u, terutama setelah bicara dari hati ke hati dengan Rif
. Seolah aku butuh bukti: apa benar ukuran penisku ini segitu pentingnya? Sebegitu diidamkan
a 'kontol' besar dan panjang, kira-kira dia bakal tertarik gak, ya?' Pikiran itu sela
ereka lewat di depan rumah dengan pakaian olahraga warna-warni yang ketat. Meski sebagian besar memaka
ya. Kadang aku sengaja menyapu halaman depan, pura-pura sibuk hanya dengan memakai singlet dan celana pendek tanpa daleman
i bisa dirasa. Aku bisa merasakan ketertarikan luar biasa dari ibu-ibu itu saat curi-curi pandang ke arah selangkangaku
enitnya selalu jelalatan dan bernafsu menatap tonjolan selangkanganku. Salah seorang ob
hnya aku justru bisa merasakan kalau dia, justru paling rajin dan intens memperhatikan selangkanganku. Bukan karena
ar mencuci perabot atau pakaian. Sebenarnya tempat itu dibatasi dengan dinding tembok nam
sanya menjadi ajangku untuk menonton aktifitasnya secara sembunyi-sembunyi, terkadang sambil onani. Saat sedang men
ap pagi mengintip Bu Anhar sambil mengocok peni
dan cantik dalam usianya yang sudah menua, selalu sukses membuat jantungku dag-dig-dug
beberapa kali aku bisa melihat paha mulusnya dan celana dalamnya yang mendebarka
lebih. Maka ketika rumah Bu Anhar kosong aku masuk ke tempatnya mencuci lewat pintu belakang ru
dibuka lebar-lebar. Dan gilanya lagi aku merasa mendapatkan kepuasan tersendiri keti
ngkatkan keberanianku. Feelingku mengatakan jika sesungguhnya Bu An
erbuka dan ketika ejakualasiku tiba, aku sengaja mengarahkan penisku ke luar jendela
ternyata sikap Bu Anhar pun teramat biasa-biasa. Dia
r seperti yang gelisah dan matanya selalu mencuri-curi pandang ke kamarku. Bahkan sesekali dia senga
cang sebuah atraksi
dewasa, telingaku kembali mendengar suara Bu A
embuka gorden dan kaca nako. Setelah itu aku pun melucuti seluruh pakaian,
ja maju mendekati jendela. Saat itulah sensasi liarku membakar birahi, menyerg
i melihat ke arah kamarku dengan pandangan tajam, kemudian menunduk dan tak berapa lam
ng di atas tempat tidur. Aku yakin seyakin-yakinnya Bu Anhar b
ulas, karena sudah berhasil melampiaskan ob
a. Kebetulan aku pergi dan pulang sekolah jalan kaki. Aku menunduk malu tidak berani
nggil saat aku sedang memasukan
e
karena Bu Anhar mendatangiku dengan langkah yang seaat Bu Anhar sudah benar
mar?" tanya Bu Anhar dengan lembut namun tubuhku tambah geme
a malu atau takut. Justru aku berniat hari ini akan kembali melakukan dengan gaya yang lebih ekstrim. Namu
.. sa... saya, Bu Haji." Aku
ku yakin Bu Anhar bisa melihat wajah gan
ar dengan suara kalemnya, sambil merapikan jilb
at wajah ibu yang cantik. Saya bener-bener g
li tidak menunjukan tanda-tanda akan marah. Bu Anhar kemba
r sama ibu." Ucapannya sontak membuat dadaku plong,
nyaanku meluncur beitu saja. Mungkin saking tak percaya dan senang
bergantian. Ajaibnya penisku di balik celana seragamku mendadak
, ibu kan gak
nyukai apa yang aku lakukan selama ini. Aku juga sangat yakin Bu Anhar hatinya sanga
ku, Bu Anhar pamit kembali ke ruma
ya Bu Anhar akan mencuci siang menjelang sore ini. Dan seketika itu juga
era menuju tempat Bu Anhar mencuci, lewat pintu dapur yang te
an, tampaknya dia sangat terkejut dengan k
k kontol saya depan Bu Haj
r dengan nada sedikit ke
u. Lagian gak ada orang lain ini, B
ang ajar sama ibu!" Bu Anhar lagi-lagi menata
aja nyucinya, jangan terganggu," jawabku sambi
an celana kolorku hingga batas lutut. Bu An
panjang banget anunya, kaya orang de
Bu Haji suka kan
" bentaknya sambil te
*