berubah. Tapi diam-diam, aku mulai menjauh dari banyak hal-terutama dari luar rumah. Aku sengaja membatasi d
tanpa
in kecewa karena aku tiba-tiba menjaga jarak, mungkin juga karena harapan-har
u makin berkembang... jadi sesuatu yang bisa merusak banyak hal. Rumah
njauh dari Rifky,
sempurna di depan orang-orang. Tapi aku tahu-di balik itu semua, ada kemunafikan yang sulit aku toleransi. Aku paling m
dulu-menyendiri, menjaga jarak, dan dia
i tak pernah selesai menagih. Kadang hadir dalam mimpi, kadang muncul begitu saja saat aku termenung sendirian. Anehnya, di bali
ulang. Meski aku tahu, tak seharusnya aku menginginkannya. Dan onani menjadi rutini
dia. Benarkah di kembali ke rumah orang tu
di depan rumah. Aku langsung berdiri, agak heran. Biasanya beliau baru pulang hari selasa
jumat?" tanyaku sambil me
hela napas lega. "Hehe... cuma ma
nya, langsung penasa
pan. Bude Ines di Jogja minta ka
gang. "Ser
s bawa rombongan PGRI ke Lampung, ke Way Kambas.
iri. "Wah... ke Jogja!
. "Dasar, itu dulu
u harus siapin a
a, kamu tinggal datang aja. Bahkan katanya kamu udah di
ang tetep paling ganteng lah. Tapi..
kamu pergi, kamu bawa nama keluarga kita. Jadi jaga
Yah.
us nyetir sore ini ke Subang, anter romobongan mak-mak yang mau ke L
luk ayah dan dia mencium ken
han menjauh di atas motor. Ada rasa hangat di dada. Bukan cuma karena aku akan perg
klik semua hidup mapan. Rumah besar, mobil pribadi, kehidupan yang terlihat se
ah. Meski hidup kami jauh lebih sederhana, mereka tetap menyayangi ayah seperti
, diberi uang saku, makanan enak, dan perhatian yang kadang bikin aku malu sendiri. B
an adikku, Prilia. Karena buatnya, kami tetap keluarga. Dan Mama
perlihatkan jarak. Justru membuatku merasa dihargai, diterima, dan berarti
*
orok-jorok, deh. Lu jadi ikut nggak na
yak maling ayam, padahal jelas-jelas ini jam pelajaran Bu Nila. Siapa sih yang berani mac
sibuk nulis di papan, aku balas pelan, "Diem lu, jelek! Lu s
rik ke Yesi yang duduk di deretan depan.
A YANG BISIK-BISIK
i untungnya, dia masih membelakangi kami, sibuk nulis entah apaan di papan t
ba-tiba secuil kertas mendarat tepat d
et rumah Yes
malah norak banget-nendang kaki bangkuku. Dan sialnya, bukan sekadar sentuhan.
nulis. Suasana kelas men
f cari pembunuh. "Kalau bukan kalian berempat, pasti geng-nya Katrina di sana
nendang bangku?
u kepleset nyeletuk polos, "Eh... itu
sampe pipi mereka merah. Tora
mbil ngebalik badan, "Kalian berempat, habis pulan
wa dan takut disetrap. Pelajaran cuma bertahan kurang dari sepuluh menit, sebelum akhirnya Bu Nila keluar kela
pasrah. Antara nyesel dan... ya, t
as riuh rendah, dan tentu saja, sorak-sorai paling nyebelin langsung ditujukan ke kami berempat- Aku, Tor
ng interogasi!" celetuk Rika dari pojokan, s
t botol!" tambah Aldi, sambil pura-
a kena kartu kuning, pura-pura bangga. Kamil udah pasrah, dan Indra? D
baca puisi Chairil Anwar sambil berdiri di atas meja. Ada juga cerita absurd lain: siswa disuruh nyapu ruang guru sambil nya
ah menghukum seseorang siswa laki-laki untuk telanjang bulat di ruangannya sambil menari perut. Aku sendiri tak p
mbil nyengir, "Bro, fix ini karma gara-gara
a udahlah, namanya juga hidup anak sekolah-kadang si
ndang Bu Nila kek sekalian, kan gue juga
akut, Mil!" balas Tora s
tanya Indra yang d
kik. Dan kami berempat pun tertawa terbahak-bahak
usan, maka aku dan tiga sahabat edanku pun terpaksa mendapatkan meja di luar dekat kedai bubur ayam. Tanpa
uman telanjang dan tari peut
menanggapi pertanyaanku, karena Kamil hanya menge
aya kalau belum ngebuktii
ukum si Botol, emang gak pernah d
dapat hukuman gitu, hehehehe.
*
lanjutannya, Janga
NKU C
EMUAS
IAR SANG
I ANA
ENANTU D
*