ang menyala memperlihatkan angka-angka yang terus berubah, grafik naik turun yang mewakili kekayaan dan kesuksesan yang ia bang
tuk mulai merasakan penyesalan. Tapi penyesalan itu belum pernah datang, bukan karena ia tak punya al
ar sebelah terdengar. Seorang wanita muda masuk mem
gkat tanpa menoleh. "
rtahun-tahun setia mendampinginya. "Acara kecil hari i
ang tahun seperti ini sia-sia. Setiap tahun, perayaan itu hanya mengingatkannya
ara bel pintu menggelegar di ruang tamu. Declan mengerutkan
ya pada Elise yang
a sedikit tirai dan menatap ke l
seorang anak laki-laki berusia sekitar empat tahun, dengan rambut ikal coklat gelap dan mata abu-abu yang menusuk.
an terdengar serak, anta
engan sedikit bangga. "Namaku
rti petir di siang bolong, menggun
dengan suara nyaris tak perc
terlihat sedikit bingung. "Mama bilang kamu
bocah kecil itu dengan lebih seksama. Ada sesuatu yang sangat familiar dalam wajah Elio-buka
" Declan akhi
tidak bilang. Tapi aku
lombang emosi bergejolak dalam dadanya: keterkejutan, ketakutan,
harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya memiliki seorang anak. Anak yang sela
agar sejajar dengan Elio. "Dengar, Nak. Kamu harus cer
guk, menatap
aimana Declan selama ini menghindari urusan pribadi dan
Masa Lalu y
ang belum terwujud. Ia bertemu dengan seorang wanita bernama Lysandra, seorang artis muda dengan mata tajam
leh hubungan yang menurutnya akan membebani masa depannya. Lysandra menghilang tanpa jejak setelah me
a har
ya dengan tatapan penuh kejujuran. "Aku ingi
gaimana bisa Lysandra membiarkan anak ini datang ke
? Kenapa kamu harus di sini, Nak?"
ng dia tidak bisa. Dia bila
nya. Ia mencoba mengingat kembali setiap detik yang pernah ia habiskan be
laskan semuanya sekarang. Tapi aku ja
is, seolah mengerti bahwa per
ang kerja, Elio tidur pulas di kamar ta
di antara dokumen-dokumen pribadi Declan-fo
elah menolak lebih dari sekadar pernikahan. Ia menolak dirinya sendiri, menolak ke
itu, dan yang lebih penting, masa dep