img Kau Tak Menyadari Disaat Aku Pergi  /  Bab 1 Retakan Pertama | 20.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Kau Tak Menyadari Disaat Aku Pergi

Kau Tak Menyadari Disaat Aku Pergi

Penulis: Dimas Prasetya
img img img

Bab 1 Retakan Pertama

Jumlah Kata:2854    |    Dirilis Pada: 16/06/2025

as setiap pagi di rumah mereka. Adrian sudah duduk di meja, membaca berita di tabletnya, rambutnya sedikit acak-acakan-gaya yang selalu Bian

nghampiri Adrian, membungkuk dan mengecup puncak kepalanya, lalu mendarat

"Pagi, Bintangku," balasnya, julukan yang ia berikan pada Bianca bertahun-tahun yang lalu, mengacu pa

nggung tangan Adrian dengan ib

Bianca menurut, melingkarkan lengannya di leher Adrian, merasakan detak jantungnya yang stabil di dadanya. Sebuah ke

janji temu dengan klien untuk butik bunga daringnya. Bianca sangat mencintai pekerjaannya, menciptakan keindahan dari kelopak bunga dan dedaunan, membawa senyum

ari pangkuan Adrian untuk menyiapkan sarapan mereka. "Inga

juga. Jangan sampai lupa makan si

keningnya sedikit saat memikirkan solusi, bagaimana tangannya yang kuat dan terampil memegang cangkir kopi. Ia merasa gelombang kehangatan menjalar di dadanya. Lima tahun pe

anan karangan bunga pernikahan, setiap kelopak dipilih dengan hati-hati, setiap tangkai diposisikan dengan presisi. Ponselnya berdering, sebu

kening. Mungkin itu pengantar bunga atau salah satu pemasokn

. Itu adal

seorang wanita. Rambutnya pirang cerah, punggungnya sedikit terbuka, lengan wanita itu melingkar di pinggang Adrian. Mereka duduk di sebuah kafe outdoor yang tidak dikenali Bianca, cangkir kopi mengep

singkat: "Suamimu. Kebah

ang sebelumnya menyenangkan kini terasa menyesakkan. Tangannya bergetar, menjatuhkan tangkai lili yang sedang

aham. Ini tidak mungkin.

n, bahkan cara rambutnya jatuh di dahi-semuanya sangat akurat. Dan senyum wanita itu, ta

rian dan wanita itu tertawa. Adrian meraih tangan wanita itu, meremasnya lembut, dan kemudian mengusap punggung tangannya deng

i ruang kepalanya, mengoyak keheningan. Ia merasa pening, seolah-olah dunia di seke

sebuah bayangan hitam yang menutupi semua cahaya. Ad

is? Tapi gestur-gestur intim itu, tawa yang lepas itu, sentuhan di tangan-itu bukan p

dihan yang mulai mendidih di dalam dirinya: kemarahan. Kemarahan dingin yang membakar, membekukan semua emosi lain

mimpi-mimpi yang mereka bangun bersama, candaan-candaan kecil yang hanya mereka berdua p

Sebuah pesan lagi. Kali in

l 7 malam. Kita bis

nah sebutkan ingin mereka kunjungi suatu hari nanti. Restoran yang sangat eksklusif, sulit mendap

ca beterbangan di dalam kepalanya. Rasa sakit yang tajam menus

ya, aura kelelahan yang menyenangkan setelah seharian bekerja. Ia mele

g!" serunya, suara

alam. Ia telah menghapus semua jejak air mata, mengumpulkan sisa-s

gar normal. Ia berbalik, tersenyum padanya, s

, dagunya bersandar di bahu Bianca. "Harimu bag

biasanya begitu menenangkan, kini terasa asing, bahkan

melepaskan diri dengan halus. "Aku sib

melelahkan, tapi berhasil. Ada ke

t Adrian akan melihat bayangan kekecewaan dan kemarahan

erhasil mendapatkan reservasi di Restoran Serenity minggu d

tak. Restoran Serenity. Alama

n kepingan-kepingan informasi. Apakah ini semacam kencan ganda yang Adrian rencanakan tanpa sepengetahuannya? Atau apakah Adrian m

am-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Oh, benarkah? I

epaskan pelukannya dan berjalan ke lemari es untuk meng

drian tidak menyadarinya. Ia terlalu sibuk dengan kegembiraannya s

ias," kata Bianca, su

kali tertawa di tempat yang tepat, bahkan memberikan masukan yang cerdas. Namun di dalam dirinya, badai bergejolak. Setiap senyum Adrian ter

lap, memandangi foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding. Adrian memeluknya erat, senyumn

dan video itu berulang kali. Tidak ada keraguan. Itu adalah Adri

erus kembali pada gambar-gambar itu, pada pesan-pesan anonim itu. Siapa pengirimnya? Menga

n foto-foto itu, untuk menuntut penjelasan, untuk berteriak sampai pita suarany

tinya. Membiarkan dirinya terlihat hancur di hadapan Adrian hanya akan memberinya kepuasan, ata

lnya, semua orang mengira wanita itu pengecut. Tapi seiring berjalannya waktu, suami itu menyadari bahwa kesunyian istrinya jauh lebih menyakitkan daripada ledaka

Membalas dendam tidak harus selalu bising.

ga. Ia akan menjadi lebih pandai dari Adrian dalam permainan ini. Ia akan membiarkan Adrian merasakan kehil

yang setara. Ini tentang membiarkan Adrian menghadapi ko

ubah. Ia tersenyum pada Adrian, mendengarkan ceritanya, menyiapkan makan malam, bahkan kadang-kadang berinisiatif untu

jadi di dalam diri Bianca. Atau setidaknya, itulah yang Bianca pikirkan. Kadang-kadang, Bianca menangkap tatapan Adrian yang seki

erlalu cepat menyimpulkan? Tapi foto dan video itu... tidak ad

ng memeriksa ponselnya, dan terkadang, ia tampak sedikit gelisah saat Bianca ada di dekatnya. Hal-hal yang sebelumnya Bianca

g singkat, dan Adrian bergegas keluar dari kamar mandi, handuk melilit pinggangnya, dengan cepat menjawab panggilan itu di ruang tamu. Ia berbicara dengan nada r

baiklah. Aku akan menemuimu di sana.

mar tidur, senyum di wajahnya. "Rapat mendadak, Sayang," katan

a sesak. "Tentu," katanya, suara

ggu beberapa menit, memastikan ia benar-benar pergi. Lalu, dengan tangan gemetar, ia mengambil ponsel Adrian yang tertinggal di meja sa

aya". Bianca membuka kontak itu. Itu adalah nomor telepon, bukan nama perusahaan. D

irang cerah. Wanita yang sama di fo

sih di tangannya. Air mata yang selama ini ia tahan akhirnya tumpah, mengalir deras di pip

ita itu. Selama ini Adrian be

usuk jantungnya berulang kali. Tapi di tengah rasa sakit yang luar biasa

ilih. Dan Bianca

ama daripada ledakan amarah apa pun. Bianca akan membiarkan Adrian merasakan kehampaan yang ia ciptakan, perlahan-laha

ng memeluk lekuk tubuhnya dengan anggun. Ia berdandan dengan hati-hati, memastikan setiap detail sem

. "Kamu cantik sekali, Sayang," bisiknya, meraih tangann

kini terdengar seperti ejekan. Ia hanya tersenyum tipis, membiarkan

Apakah wanita itu akan muncul? Apakah Adrian akan memperkenalkan mereka? Atau apakah ini ad

reka ke meja yang nyaman di sudut, dengan pemandangan kota yang menakjubkan. Adrian tampak begitu antusias, menunjuk-nunjuk pemandanga

esial. Bianca membiarkan Adrian menuangkan anggur untuknya, membiarkan gelembung-gelembung champagne

ianca, suaranya

nya bertemu dengan mat

ukan untuk kita," lanjut Bianca, setiap kata terasa sep

ca di atas meja. "Kamu juga segalany

man Adrian, tapi hatinya terasa seperti batu

Ia tidak akan memohon. Ia tidak akan memberi Adrian kepuasan untuk m

menangan palsunya. Ia akan membiarkan Adrian menikmati momen ini, tidak

a di dunia. Adrian tidak pernah tahu bahwa setiap tawa adalah racun, setiap sen

ium rambutnya, dan membisikkan kata-kata cinta. Bianca membiarkan

las di sampingnya. Wajahnya begitu damai, begitu polos. Sebuah kemarahan baru menyen

kecil, dan mulai mengisinya. Hanya beberapa barang penting: pakaian, dokumen, beberapa perhiasan, l

berapa kata. Ia meletakkannya di meja sampi

, begitu menghancurkan, sehingga ia tidak bisa bernapas. Tapi ia tidak akan membi

gnya dengan lembut. Ia berjalan melewati ruang tamu, melewati dapur, d

pria itu menyadari, kehilangan cinta perlahan-lahan jauh

memilih diam. Dan keheningan itu akan menjadi s

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY