nya, lalu menghilang di balik deretan pepohonan. Tidak ada air mata. Tidak ada keraguan. Hanya kekosongan yang membekukan, sebuah lubang
n dari kenangan dan pengkhianatan. Pikirannya kosong dari rencana, tapi jiwanya terasa penuh dengan t
aman kota yang belum terlalu ramai. Ia duduk di bangku taman, memandangi beberapa orang yang berolahraga pagi, anjing-
i refleks yang segera ia tekan. Ia mengabaikan panggilan itu. Lalu panggilan kedua, ket
kamu d
pergi? Apa y
g jawab aku.
idak ada. Aku melihat
rgi. Jangan mencariku." Ia ingin Adrian merasakan kebingungan yang sama, ketidakpast
tuskan ke mana ia akan pergi. Keluarganya? Ibunya akan mencemaskannya, menanyainya, dan mungkin akan memak
tudio bunga impiannya. Mereka pernah mengunjunginya setahun yang lalu, Adrian sempat menyarankan untuk membelinya sebagai investasi. Bianca meng
"Ini dia," bisiknya pada dir
rnya. Ia mengulurkan tangan, mencari tubuh hangat Bianca, tapi yang ia temukan hanyalah sepr
suaranya sedikit menga
biasanya bangun lebih dulu, menyiapkan kopi, atau sibu
nya. Tidak ada aroma roti panggang. Segalanya terasa terlalu rapi
tan kecil. Dan di bawahnya, ponselnya, dengan panggilan tak t
Bianca, rapi, elegan, tapi isinya menusuk
Matanya melebar. Apa?
berapa laci terbuka. Sebuah koper kecil yang biasa Bianc
a berlari ke studio bunga Bianca. Ruangan itu juga terasa aneh, tidak ada
mar. Ia berlari kembali ke kamar tidur, meraih ponselnya. Ada beberapa panggilan ta
suk ke kotak suara. Ia menelepon lagi, dan lagi. Sama. Ia mengirim pesan
kamu d
pergi? Apa y
g jawab aku.
idak ada. Aku melihat
tapi Adrian tidak tahu bahwa pesan-pesanny
. Ada apa ini? Ia tidak ingat ada pertengkaran. Mereka baik-baik saja tadi malam. Mereka pergi makan malam di Restoran Serenity, mereka ter
ngat bahagia. Adrian ingat senyumnya, tawanya, cara ia menatapnya
aran kecil? Perubahan suasana hati? Tidak ada. Bianca adal
alu sibuk dengan dirinya
uarganya? Keluarga Bianca? Apa yang akan ia katakan? "Istri saya pergi dan m
lama ini, ia selalu menganggap hubungannya dengan Bianca adalah sesuatu yang kuat, tak terg
ang salah, sesuatu yang
Jaya" tadi malam. Ia ingat Bianca menanyakan siapa yang mene
ang ia gunakan untuk... yah, untuk men
ian. Mungkinkah Bianca mengetahui sesuatu?
umnya yang memikat. Maya, seorang desainer interior yang bekerja sama dalam proyek Klien Jaya. Ia memang sering bertemu Maya di l
bahak tentang sesuatu yang konyol, dan Adrian tanpa sadar meraih tangan Maya, sebuah sentuhan spontan yang tidak berar
ungkinkah seseorang salah paham dan mengirimkannya pada Bianca? Tidak, itu terlalu
adarannya. Ia memang sedikit terlalu nyaman dengan Maya. Ia memang sering mengobrol dengan Maya lebih dari yang seharusnya denga
oboh. Ia telah membiarkan garis tipis antara
ahu semua ini? Apakah
alu ke catatan Bianca lagi.
i. Dan kepergiannya yang hening, tanpa penjelasan, jauh lebih menyakitkan daripada segala omelan atau kemarahan
a-bunga segar yang biasa ada di vas kini layu, karena Bianca tidak ada di sana untuk menggantinya. Cangkir kopi yang dulu selalu
k ke kotak suara. Ia mengirim pesan, memohon, mengancam, menje
, terus-menerus kembali pada Bianca. Ia menyalahkan dirinya sen
Adrian yang biasanya energik dan fokus, k
tanya Maya suatu pagi, di kanto
es pekerjaan." Ia tidak ingin berbagi masalah pribadinya
kkan kecurigaan. "Kalau butuh teman bicara,
gangguk, merasa
ejutnya dengan Adrian. "Bianca tidak pernah cerita apa-apa," kata Sarah, sahabat Bianca, dengan na
h kebahagiaan itu hanya ilusi? Apakah Bianca selam
ski, mencoba mematikan pikiran-pikirannya, mencoba melupakan kekosongan yang ia rasakan. Tapi alkohol h
an yang jauh lebih buruk daripada ledakan kemarahan. Ia tidak bisa memohon maaf. Ia tidak bisa menjelas
a mulai curiga? Apakah itu karena ia sering pulang larut? Apakah itu kare
kamar tidur. Bianca ada di sana. Apakah Bianca melihat riwayat pangg
u-satunya penjelasan yang masuk akal. Bianca tidak berteriak padanya.
. Ia pikir Bianca bahagia. Ia pikir Bianca merayakan proyek besar bersamanya. Tapi sekarang ia tahu. Bianca
rkendali. Ia telah menganggap remeh Bianca, menganggapnya sebagai istri yang manja dan genit yang selalu
n itu digunakan untuk
Bianca telah menerimanya. Seseorang telah membocorkan rahasianya. S
melihatnya. Dan Bianca memilih untuk membalas deng
tidak bisa fokus pada pekerjaan. Proyek Klien Jaya yang ia banggakan kini teras
. Ia menghubungi teman-teman dan kerabat jauh Bianca, berharap ada yang ta
takan bahwa Bianca pergi. Ibunya khawatir, sangat khawatir, tapi Adrian tidak bisa memberinya j
jawab Adrian, mendoro
narnya terjadi, Nak? Bianca tidak mun
"Aku tidak tahu, Ma. Aku tidak tahu." K
a hilang ke polisi, tapi ia tahu itu akan menjadi bencana. Bianca meninggalk
disengaja itu ada
membayangkan hidup tanpanya. Setiap sudut rumah, setiap kenangan, setiap
, dengan aroma bunga, dengan kehadirannya yang ceria. Sekar
Ia telah mengkhianati kepercayaan Bianca. Ia telah meremehkan ikatan mereka. Ia telah
merayakan keberhasilannya. Tapi Bianca sedang merencanakan kepergiannya, dal
. Ia menyentuh meja kerja Bianca, tempat ia biasa merangkai bunga, menciptakan keinda
han mereka. Bianca tersenyum, gaun putihnya berkibar, matanya memancarkan
Air mata mulai mengalir di pipinya, air mata penyesalan yang dalam
asti: ia telah kehilangan cinta perlahan-lahan, dan itu jauh, jauh lebih menyakitkan daripada kehilangan se
aya, "Kalau butuh teman
, tapi bukan Maya yang ia tu
. "Aku perlu mencari istriku. Dan aku perlu mencar
ari tindakannya. Tapi ia tidak akan menyerah. Ia akan mencari Bianca, bahka
alan yang akan selalu bersamanya, sebuah bayangan yang tidak akan pernah hilang. Ia harus menemukan B
Sebuah janji yang telah ia ingkari. Ia har