a terbangun dengan kepala berat, sisa-sisa tangisan semalam masih membekas di kelopak matanya yang bengkak. Ia mel
gin, mencoba menghapus jejak kesedihan. Di cermin, ia melihat pantulan dirinya: seorang wanita yang baru saja menikah, namun tanpa sorot bahagia sedikit pun. Ia adalah
dapur? Haruskah ia menunggu dipanggil? Rumah ini terasa asing, meskipun ia tahu ini ad
a, Nyonya Besar Wijaya, masuk dengan senyum tipis di bibirnya. Ia mengenakan b
amah, namun ada nada pengawasan yang terselip di sana. "R
uk. "Baik, Ny
umnya semakin lebar. "Kau sudah menjad
bisa membayangkan memanggil wanita ini dengan sebutan
ari kayu jati ukiran. Reza sudah duduk di sana, membaca koran bisnis dengan wajah datar. Tuan Wijaya juga
anya," sapa Helena,
an Wijaya tanpa
na. Anya merasakan hatinya berdenyut sakit, namun ia berusaha mengabaikannya. Ini a
telur, daging asap, buah-buahan segar, dan berbagai kue-kue kecil. Anya me
Anya?" tanya Helen
dang menunggu jawabannya. "Nyenyak, Ma. Terima kasih." Ia me
i sore, kita akan menjenguk orang tuam
belaka, sebuah cara untuk menunjukkan pada dun
an lain, dan rencana ekspansi Wijaya Corp. Reza sesekali menanggapi dengan singkat, sementara Anya hanya mendengar
perintah Helena. "Dia harus tahu di mana letak semuanya. Kalian
Baik, Ma." Suaranya datar,
bangkit. "Ayo," katany
ng tamu yang mewah, ruang keluarga yang luas, hingga ke perpustakaan yang berisi ribuan buku. Reza m
kerja besar, komputer canggih, dan rak-rak buku yang penuh dengan buku-buku bisnis
ruang kerjaku sendiri di
kat bahu. "T
amar tidur. Ada beberapa kamar kosong di san
uah pintu ganda. "Dan ini... kamar tamu d
apnya. "Ka
n yang kita inginkan. Aku tidak akan memaksamu
egaan karena ia tidak harus berpura-pura lebih jauh, hampa karen
nya pelan. "Aku akan m
u, panggil saja pelayan. Mereka akan membantumu.
tamu yang ditunjuk Reza. Kamar itu sama mewahnya dengan kamar utama, namun terasa lebih dingin dan sepi
angat terbatas. Helena selalu punya jadwal untuknya: makan siang bersama sosialita, kunjungan ke acara amal, atau sekadar minum teh dengan kerabat jauh. Setiap pertemu
un. Ia tahu ini adalah bagian dari perannya. Ia harus terlihat sempurna, tanpa cela, untuk menjaga
erkadang, diam-diam menyelinap ke ruang kerja orang tuanya yang ia bawa serta, mengecek email dan laporan keuangan Pramudita Global. Kondisi perusaha
ereka hanya berpapasan di ruang makan saat sarapan atau makan malam, dan itupun hanya ada keheningan di antara merek
dari kolam renang. Ia melirik, dan melihat Reza sedang berenang bersama seorang wanita. W
gitu bahagia, di rumahnya sendiri, rasanya tetap menyakitkan. Ada rasa terkhianati yang Anya sendiri
. Ia merasakan pipinya memanas. Ini adalah realitas yang harus ia hadapi. Reza akan membaw
ian, ia mendengar l
," sapa su
gaun pantai yang tipis, rambutnya basah dan meneteskan
Anya, berusaha terden
nya. "Aku tahu ini mungkin canggun
up bukunya
tahu Reza tidak mencintaimu. Dia mencintaiku." Suaranya bergetar. "Aku hanya i
in dalam drama ini. "Aku tidak akan menghalangimu, Kirana," kata Anya lembut. "Aku t
enceritakan semuanya. Tentang perusahaanmu yang bangkrut, dan bag
ahu bahwa ia bukan penjahat dalam kisah ini. "Aku mi
SMA. Kami punya begitu banyak rencana." Ia terdiam sejenak. "Aku hanya berharap... kau ti
Kirana. Aku tidak percaya pada cinta. Dan bahkan jika aku percaya pun, aku tid
rtama kali ia melihat sisi lain dari Anya yang selama ini terli
ak sedih jika harus menikah dengan cara seper
pendek. Ia melihat Anya dan Kirana sedang berbicara,
dak ada apa-apa, sayang. Aku
ngangguk, tanpa berkata apa-apa.
karang," kata Kirana, memaksakan
an Anya dan Reza dalam k
akan?" tanya Reza, sua
ng," jawab Anya. "Han
sulit. Tapi aku tidak ingin kau mengganggu hubung
ku sudah bilang padanya bahwa aku tidak akan menghalangimu. Dan lagi, siapa yang mengga
salan di sana, atau mungkin hanya kelelahan. "Aku tahu," katanya pe
a bergetar. "Ke rumah ini? Apa kau tidak memikirkan bagaimana pera
mereka yang memulai semua ini!" Ia berhenti sejenak, lalu menatap Anya. "Lagipula, kita sudah
eka harus menjalani ini sebagai sebuah perjanjian, tanpa melibatkan perasaan. Tapi entah mengapa, mel
nya, suaranya lir
Anya ditinggalkan sendirian lagi di taman,
h menjanjikan suntikan dana, kenyataannya tidak semudah itu. Setiap kali Anya bertanya kepada Tuan Wijaya tentang progres p
bungi beberapa kenalan lama di dunia startup teknologi, meminta saran dan peluang. Ia ingin membuktikan bahwa
bisnis baru, mencari celah untuk Pramudita Global. Ia ingin mengubah lini bisnis, mungkin fokus pada t
a terkejut. Ini adalah pertama kal
kan?" tanya Reza,
ngkat, mencoba menyembun
grafik keuangan dan analisis pasar yang ter
entu saja. Itu adal
gar dari Ayah, kau sering bert
ya, ada nada kesal dalam suaranya. "Perusahaan kami
Dia ingin memastikan kau benar-benar patuh. Dan juga... d
aya. "Jadi, ini adalah uji
i orang. Dan jujur saja, mereka ingin kau fokus pada Wijaya Co
marah. Mereka tidak hanya memperjualbelikan diriny
u tidak akan berhenti mencari cara untuk menyelamatkannya. Aku tidak akan
n di matanya, meskipun ia berusaha meny
lah kehormatan keluargaku. Dan ak
i hadapan Anya. "Apa yang sedang ka
embantu. "Aku sedang menyusun rencana restrukturisasi. Aku ingin mengalihkan fokus Pramudita Global ke sekto
ma, sesekali mengangguk. "Itu
n lain. Aku sudah menghubungi beberapa mantan rekan
nak. "Bagaimana ji
, terkejut. "Me
uga tahu sedikit tentang restrukturisasi perusahaan. Aku bisa membantumu menyusun pr
enggiurkan. Namun, ia juga merasa curiga.
uku?" tanya Anya curiga. "
gaimana orang tuaku memperlakukanmu. Aku tidak suka melihat mereka bermain-main dengan nasibmu dan perusa
amun ia tidak menemukannya. Ada kejujuran di sana
tidak akan bertanya tentang Kirana. Tapi jika kau bersedia mem
tara kita. Kita akan bekerja sama untuk menyelamatkan perusahaanmu, dan
yum pertama yang tulus se
rategi, menganalisis data, dan bertukar pikiran. Anya menemukan bahwa Reza, di balik sikap dinginnya, sebenarnya cukup cerdas dan memiliki
namun mereka mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama untuk membahas proyek Pramudita Global. Diskusi mereka tidak lagi canggung atau dipenuhi ketegangan.
esuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Ia juga melihat sisi lain dari Reza, sisi yang pedul
ijaya. Anya baru saja mempresentasikan garis besar rencana restrukturisasi Pramudita Global. "Transformasi
tu risiko besar, Reza. Pramudita Global
embangun startup teknologi yang sukses. Dia
bela Anya sekuat itu. "Tapi Reza, bukankah lebih baik jika Anya fokus pada W
n dana, Ma," kata Reza. "Mereka butuh kepastian
rasa Reza benar-benar ada di pihaknya. Itu a
ika kau yakin, kami akan mendukungmu. Tapi kau h
a akan membuktikannya, Tu
enthouse, Anya menatap Reza. "Terim
an?" Ada senyum tipis di bibirnya, senyum yang be
au bersedia melakukan ini
lihat sesuatu yang istimewa dalam dirimu, Anya. Kau berbe
a ada sesuatu yang mulai berubah di antara mereka. Sebuah ikatan tipis mulai terbentuk, bukan
aan bahwa hati Reza masih milik wanita lain. Dan pertanyaan itu terus menghantui Anya: akankah ikatan tipis ini