img Kakakku, Pengkhianatku  /  Bab 4 Suara deru mesin pesawat | 80.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Suara deru mesin pesawat

Jumlah Kata:2319    |    Dirilis Pada: 19/06/2025

kembali. Udara Jakarta yang hangat dan lembap segera menyergapnya begitu ia keluar dari pesawat, membawa serta aroma khas kota: bensin, asap knalpot, dan rempah-rempah dari warung makan. Kali ini, t

tidak yakin apakah ada yang akan menjemputnya. Ia tidak memberitahu mereka tanggal dan jam kedatangannya secara pasti, hanya

erumunan penjemput lainnya. Wajahnya terlihat lelah, tetapi matanya mena

ada lingkaran hitam di bawah matanya. Wajahnya yang selalu tegas kini tampak dipenuhi kerutan khawatir. Begitu menyadari Raya

bereaksi seperti apa. Begitu sampai di depannya, Arjun tidak berkata apa-apa. Ia hanya me

embali kenangan masa lalu. Kenangan tentang Arjun yang selalu melindunginya, Arjun yang selalu mengajaknya bermain bola di ha

k, teredam di rambut Raya.

menatap wajah Arjun. "Kakak

i tidak akan membiarkanmu pulang sendiri. Ayah... Ayah m

" Raya menge

a, dan Dito. Mereka semua ada di sana, berdiri beberapa langkah di belakang Arjun, mena

Mereka semua mengenakan kemeja rapi, seolah ingin menunjukkan bahwa mereka sudah berbed

anggilnya pelan, suaranya dipenuh

angguk, masih m

anya bisa menatap Raya dengan mata berkaca-k

rnya terkatup rapat, tetapi matanya

ndukan kalian." Kalimat itu terasa aneh di l

. Dia tidak bisa datang karena kesehatannya belum puli

menatap pemandangan Jakarta yang familiar namun terasa asing. Ada ketegangan yang menggantung di udara. Mereka berusah

kenangan pahit. Ia melangkah keluar dari mobil, menatap fasad rumah yang tidak berubah. Halaman dep

rsi favoritnya. Wajah Ayah terlihat jauh lebih tua dari yang Raya ingat. R

kaca. "Raya," panggilnya, suaranya berg

iar, campuran tembakau dan aroma kayu, menenangkan hatinya. Peluka

pulang,"

aya dengan lembut. "Ayah sangat khawatir. Maafkan Ayah, Nak. Ayah terlalu sibuk

menusuk. Melihat ayahnya begitu terpuruk, membuatnya sa

begitu," Raya menenangkan. "

ritakan lagi tentang penipuan Luna, kali ini dengan detail yang lebih lengkap. Bagaimana Luna dengan licik memanipulasi

. "Luna selalu pandai memutarbalikkan fakta. Dia selalu membuat seolah-olah d

wajah kakaknya. Mereka semua menunduk, tidak berani

lagi yang bisa melawannya. Tapi Candra... Candra mulai curiga. Dia melihat beberapa transaksi aneh di

ruangan, dan akhirnya kami menemukan bukti-bukti yang tidak terbantahkan. Luna dan kelu

Luna, dan melaporkan mereka ke polisi. Rumah ini... terasa sangat kosong setelah itu, Raya. Kami meny

kirkanmu. Kami mencarimu, mencoba menghubungimu. Kami ingin meminta maaf, meminta kesempatan unt

n pemahaman. Mereka memang buta, dan Luna memang sangat lihai. Ia menyadari bahwa memaa

gerti," kata Raya, suaranya tenang. "Tapi... melupakan

k. Seberapa pun yang kamu butuhkan. Tapi tolong, jangan pe

selama liburan musim panas. Setelah itu, aku h

ngangguk. "Itu sudah lebih dari cukup, Raya," kata Arju

enangan lama masih membekas di setiap sudut, tetapi ia mencoba melihatnya dengan perspektif yang berbeda. Ia mulai menghabiskan waktu bersama Ayah, me

a, mengajak bicara, menanyakan tentang kuliahnya di London. Bima mencoba mengajak Raya untuk bermain basket lagi, seperti d

penuhnya melupakan bagaimana mereka memilih Luna, bagaimana mereka mengabaikannya. Setiap tawa yang dul

bawa dua gelas teh hangat. "Raya, bisa kita

Bima duduk di s

kata Bima, menatap lurus ke matanya. "Aku ingin menceritakan semua

aca orang. Ia tahu apa yang dibutuhkan setiap kakak, dan ia memberikannya. Kepada Arjun, Luna menunjukkan sisi rentan dan butuh perlindungan. Kepada Dito, Luna menunjukkan sisi ce

ta Bima, matanya meredup. "Dia selalu membandingkan dirinya denganmu, membuat seolah-olah dia tidak

interupsi. Ia mulai mema

memperlakukanmu. Aku hanya ingin kamu tahu, kami menyesalinya setiap hari. Aku merindukan saat-saat kita bisa b

ia yang dulu begitu kuat dan tak tergoyahkan di

kata Raya pelan. "Aku ju

, Raya? Memberi kami kesempatan lagi?"

aku bisa melupakan sepenuhnya, Kak. Tapi aku ak

ama tidak Raya lihat. Ia memeluk adiknya.

rima ajakan mereka untuk makan malam bersama di luar, untuk menonton film, atau sekadar mengobrol santai. Mereka tidak lagi me

kuan yang ia dapatkan di London, kepercayaan diri yang ia bangun di sana, sudah cukup baginya. Ia tidak lagi menc

a. "Raya, kami ingin meminta maaf secara resmi padamu. Kami i

. Kalian sudah mengakui kesalaha

desain. Bagaimana kalau kami membuatkan sebuah studio kecil di rumah, khusus untukmu? Dengan semua

buah studio. Itu adalah impiannya. Tempat di

agus," kata Raya, suar

London, Raya," tambah Candra. "Anggap saj

Kak. Beasiswaku sudah mencukupi. Ak

ta Arjun lembut. "Ini tentang kami. Kami ingin ber

ar-benar ingin menebus kesalahan. Ia melihat kerendahan hati

ya, mengangguk pel

asih ada, tetapi tidak lagi mendominasi. Ia telah melewati badai, dan kini, ia melihat pelangi. Proses penyembuhan memang panjang, tetapi ia tahu ia tidak sen

n dari cerita mereka. Namun, kini ada pemahaman, ada maaf, dan ada harapan. Ia telah meninggalkan Jakarta sebagai gadis yan

dengan Ayah, dengan para kakaknya, mencoba membangun kembali jembatan yang runtuh.

gi. Tidak ada lagi air mata kesedihan, hanya pelukan hangat dan janji untuk terus berkomun

kecanggungan. Mereka tertawa, bercerita, bahkan Dito sempat

aik-baik, Raya

kami ya kalau sudah

sainmu sudah jadi, kam

ya di sana!" Dito

. Ia memeluk mereka satu per satu. "Terima kas

gi menyakitkan. Itu telah menjadi bagian dari dirinya, bagian dari perjalanannya. Ia telah berdamai dengan masa lalunya, dan kini,

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY