img Kakakku, Pengkhianatku  /  Bab 3 menjanjikan | 15.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 menjanjikan

Jumlah Kata:2293    |    Dirilis Pada: 19/06/2025

kota ini, dan setiap hari adalah bukti nyata dari keputusannya untuk pergi. Ia telah melewati fase paling sulit dalam beradaptasi, dan kini London t

h hangat dan roti bakar, sambil memeriksa jadwal kuliahnya untuk hari itu. Proyek desainnya semakin kompleks, menuntut kreativitas dan dedikasi yang lebih besar. Ia berh

sosial yang menarik, mengambil foto-foto makanan yang estetik, dan berinterinteraksi dengan pelanggan secara daring. Hasilnya, kafe tersebut mengalami peningkatan jumlah pelanggan yang signifikan. Mrs. Davis bahkan

bijaksanaannya yang tenang, adalah pendengar yang baik dan sering memberikan nasihat yang menenangkan. Bersama mereka, Raya bisa menjadi dirinya sendiri, tanpa beban, tanpa perlu menyembunyikan luka. Ia bahkan mulai berani mencer

mail dari ayahnya, sebuah pesan masuk di akun media sosialnya. Dari sebuah ak

balas telepon atau email kami. Tapi kami sangat m

ia lupa tentang media sosial. Bagaimana Arjun bisa menemukannya? Pasti dari teman lama atau kerabat yang masih terhubung denganny

ncul. Terkadang dari Arjun, terkadang dari akun lain yang kemungkinan milik Bima atau Candra. Mer

i Jakarta. Itu adalah foto keluarga mereka. Ayah, Arjun, Bima, Candra, dan Dito. Dan di samping mereka... tidak ada Lu

rinduan yang nyata terpancar dari wajah mereka. Tapi, apakah itu cukup?

terus menghindar. Cepat atau lambat, ia harus menghadapi

dari kampus, ponselnya berdering. Ia melihat ke layar. No

ranya sedik

yang dulu menjadi sahabat terbaiknya. Suara itu kini terdengar

an kata ingin ia ucapkan, ribuan pertanyaan ingin i

?" tanya Bima, suaranya dipenuhi keputusasaan. "Kami semua sangat

sakit? Rasa bersalah menyusup. "Aku...

kamu pergi begitu saja? Kenapa kamu tidak bilang apa-apa?" Suara

tidak punya tempat di rumah itu! Kalian yang melupakanku, mengabaikanku, seolah aku tidak pernah ada!" Emosi yang se

kami tahu kami salah. Kami sangat menyesal. Kami tidak tahu apa yang kami lakukan. Luna... dia terlalu pan

tu percaya pada orang asing dibandingkan adik kandung kalian sendiri! A

an fakta, membuat seolah-olah kamu yang bermasalah. Kami terlalu bodoh untuk menyadarinya," jelas Bima, suaranya sarat penyesalan. "Setelah kamu pergi, semuanya mulai terlihat. Ada banyak hal a

n. Luna seja

pu, dia memanfaatkan kebaikan keluarga kita. Dia bahkan tidak pernah sebatang kara seperti yang dia ceritakan. Dia punya keluarga

saran. Otaknya mencoba mencerna semua informasi ini. Ini menjelaskan mengapa Luna

sana?" tanya Raya pelan, suaranya

a bersalah karena tidak melindungi kita, terutama kamu. Kami semua merasa bersalah. Kami telah menyia-nyiakanmu, melukai hatimu. Tidak

mata kompleks dari campuran amarah, rasa lega, dan juga sedikit simpati. Mere

akhirnya berucap, suaranya serak. "Terlalu banyak yan

anya ingin kamu tahu, kami menyesal. Sangat menyesal. Kami ingin memperbaikinya

us pulang? Apakah ia bisa kembali ke rumah itu, ke kenangan-kenangan pahit yang tak terhapus

u, Kak. Aku butuh wak

tolong, jangan menghilang lagi. Setidaknya biarkan kami tahu kamu baik-ba

a akhirnya berucap. "Aku haru

Raya," kata Bima, su

i melanda dirinya. Penyesalan. Itu adalah kata yang terus terngiang di benaknya. Penyesalan dari orang-oran

itu. Pikirannya terus kembali ke percakapannya dengan Bima. Luna seorang penipu. Kelu

yikannya. Mereka mendengarkan dengan sabar, tanpa interupsi, tanpa menghakimi. Saat Raya se

ng apa pun pada mereka. Tapi kalau mereka benar-benar menyesal, dan sudah mengaku

kata Raya, suaranya lirih. "Aku takut jika aku kembali, semua luka itu akan muncul lagi.

banyak hal. Kamu sudah sangat kuat sekarang. Kamu tidak lagi membutuhkan pengakuan

a yang meninggalkan Jakarta dengan hati hancur. Ia telah tumbuh, belajar, dan menjad

Ia tahu bahwa berdamai dengan masa lalu tidak berarti melupakan rasa sakitnya. Itu berarti menerima bahwa

embangun hidup di London. Ia tidak langsung mengatakan ia akan kembali, tetapi ia juga tidak menutup pintu sepenuhnya. Ia mengatakan ia perl

Ia mulai merasa sedikit lebih ringan, seolah beban berat yang selama ini ia pikul sedikit demi sedikit terangkat.

berbicara tentang kuliahnya. Dengan Candra, ia membahas proyek desain terbarunya. Dengan Dito, ia bertukar lelucon ringan, mencoba mencari kembali ikatan persaudaraan ya

mudah. Tapi kami benar-benar ingin menjadi keluarga lagi. Kami ingin

kembali untuk berdamai secara langsung? Atau cuku

g anak, pelukan hangat sang ayah. Pemandangan itu menusuk hatinya, mengingatkannya pada hubungan yang pernah ia miliki deng

wa, penuh petualangan. Lalu ia melihat foto-foto lama keluarganya, foto-foto kebahagiaan yang kini terasa begitu jauh. Ia m

idak untuk saat ini. Tetapi untuk menghadapi mereka, untuk berbicara, untuk mencoba mencari penutupan. Ini bu

kembali ke Jakarta untuk liburan musim panas

merindukanmu, Raya! Tapi aku senang kam

selalu ada untukmu, Raya. K

a kekuatan. Ia memesan tiket pesawat.

adapi. Takut jika ia kembali hancur. Tetapi di samping rasa takut itu, ada juga rasa tekad yang membaja. Ia telah menempuh perjalanan jauh, tid

, tentang kekuatan yang telah ia temukan, tentang pentingnya memaafkan-bukan hanya orang lain, tetapi juga di

ke bawah dengan kesedihan. Ia menatap ke depan, menatap cakrawala. Perjalanan ini bukanlah pelarian lagi, melainkan sebuah langkah menuju pe

a tahu ia kini memiliki kekuatan untuk menghadapinya. Ia telah melewati mus

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY