kaan Melati, telah benar-benar menjadi surga kecil. Aroma masakan Melati selalu memenuhi dapur, tawa Rara sering terdengar dari taman belakang, dan kehadiran Andi yang kini lebih hangat,
. Andi masih seorang pria yang serius dan teratur, tetapi ia tidak lagi kaku. Ia belajar untuk lebih spontan, dan Melati belaja
ang hanya sekadar mengobrol ringan, kadang membantu membuat kopi. Rara akan muncul tak lama kemudian, melompat ke pelukan mereka ber
dan mengurus perizinan. Ia bahkan menyewa desainer interior untuk membantu mewujudkan visi Melati. Melati merasa sangat berte
ri, saat mereka sedang meninjau lokasi tok
impiku, Andi. Dan aku tahu aku bisa me
embut. "Aku akan selalu mendu
dengan aneka ragam bunga segar, bibit tanaman, dan aksesori taman. Rara adalah pengunjung setianya, selalu antusias membantu menyiram bunga atau
dai tak terduga. Suatu sore, Melati menerima telepon dar
atang ke rumah sakit sekara
kinya terasa lemas. Ia segera memanggil sopir dan bergegas menuju rumah sakit
wi duduk di kursi tunggu, wajahnya pucat pasi. Rant
nte?" tanya Melati,
a pendarahan di kepalanya," jawab Tante
lalu kelamnya dengan Adam, bagaimana pernikahannya hancur. Kini, ia dihadapkan pada
nangis, mulai ikut menangis. "Ayah kenap
Rara ketakutan. Mereka menunggu berjam-jam, setiap menit terasa seperti selamanya. Doa tak henti-hentinya terucap dari bibir Melati. Ia tidak
s di bibirnya. "Operasi berhasil. Pendarahan sudah dihentikan. Pasien akan dipindahkan ke r
ursi. Stabil, tapi masa kritis belum terl
samping ranjang Andi di ICU, hanya pulang sebentar untuk mandi dan mengganti pakaian. Rara serin
m tangan Andi erat, membisikkan kata-kata penyemangat, menceritakan tentang Rara, tentang toko bunga, tentang semua hal
fikan. Ia dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Saat itula
" Suara Melati bergetar, a
Rara. Ada senyum tipis di bibirnya. "Mel
nya erat, menangis bahagia
ti tahu bahwa perjuangan mere
Ia juga membantu Andi melakukan terapi fisik agar bisa kembali berjalan. Selama masa ini, hubungan mereka semakin kuat. Andi melihat beta
," kata Andi suatu hari, saat Melati sedang
entu saja aku perlu,
kilatan emosi di matanya. "Aku sa
memilikimu, Andi,"
cita. Rara menyiapkan gambar-gambar dan tulisan "Selamat Datang Ayah" yang ditempel di dinding. Tan
ja. Melati mengurus toko bunga dan juga merawat Andi dan Rara. Ia merasa lelah, tetapi ia melakukannya dengan pe
mereka, ditemani Melati. Angin malam ber
," kata Andi pelan. "Aku hampir kehilang
nya erat. "Tapi kau tidak kehilangan k
ulu, aku selalu terlalu fokus pada pekerjaan, pada mas
melihatnya, kan?" t
tnya. Aku melihat masa depanku bersamamu dan Rara. Aku melih
annya. "Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu, Mel
matanya menetes. "Aku
tidak lagi menjadi workaholic seperti dulu. Ia meluangkan lebih banyak waktu untuk Melati dan Rara.
engadakan lokakarya merangkai bunga, yang selalu dipenuhi peminat. Andi sering berkun
nga di toko, Andi tiba-tiba datang membawa
ini?" tan
i lebih sering ia tunjukkan. "U
, pipinya mero
Melati. "Melati, ada sesua
n jantungnya be
yang tidak biasa," kata Andi. "Dan aku tahu ki
kan dahi. "Memang
ingin kita menikah lagi. Dengan caraku. Dengan caram
ia tidak pernah duga akan ia dengar. Ia melihat ketulusan di mata
ati tidak bis
uah cincin berlian berkilauan. "Melati, maukah kau menikah denganku lagi? Kali ini, dengan seluruh hati
ngangguk, tidak bisa berkata-
cincin itu di jari manis Melati, lalu memeluknya erat. Ciuman mereka kali ini penuh dengan janji, p
enakan gaun putih sederhana yang anggun, wajahnya berseri-seri. Andi, dengan setelan jasnya, terlihat gagah dan penuh ci
ada lagi keraguan, tidak ada lagi paksaan. Hanya ada dua hati yang bersatu, siap untuk membangun mas
sempurnaan, melainkan pada penerimaan, pada perjuangan, dan pada cinta yang tumbuh dari benih-be
yang bahagia, pengusaha sukses, dan ibu yang dicintai. Mereka berdua, bersama Rara, adalah bukti bahwa bahkan dari reruntuhan masa lalu, sebuah keindahan y