nya. Ini adalah pagi keempat mereka berbagi ranjang, dan setiap detiknya terasa seperti sebuah anugerah. Dinginnya dinding es yang dulu memisahkan mereka kini telah sepenuhnya mencair, diga
dan di matanya, Melati melihat refleksi perasaannya sendiri: kelembut
i, suaranya serak
di dada Andi. Aroma maskulin yang bercamp
ebersamaan yang tulus, yang berbicara lebih banyak dari ribuan kata. Andi meng
h kaki kecil dari luar. Pintu kamar diket
eka sudah tidak perlu bersembunyi lagi. Rara kini akan tahu bahwa a
ayang!" s
tu ranjang. Ia tidak menunjukkan ekspresi terkejut atau sedih, hanya rasa ingin
ati tidur bersama
ak rambut Rara. "Memangnya
erasa begitu sempurna bagi Melati. Ia akhirnya memiliki keluarga yang s
gansi. Ia mulai lebih sering tersenyum, bahkan sesekali melontarkan lelucon ringan yang membuat Melati terkejut. Hubungan mereka berkem
i Rara, tetapi sebagai pasangannya, sebagai wanita yang ia pilih untuk menghabiskan sisa hidupnya. Ia mulai bertanya pen
tiba-tiba berkata, "Melati, aku ingin membeli ruma
rkah? Bukankah rumah i
di, menatap Melati. "Aku ingin kau yang memilihnya. Kau y
u penuh makna. Ini bukan hanya tentang membeli properti, t
ukan sesekali. Melati merasa senang, ini adalah pertama kalinya ia merasa memiliki andil penuh dalam membangun rumah ta
nitur untuk kamarnya. Andi pun ikut campur, meskipun ia lebih sering hanya mengamati sambil tersenyum. Rumah baru itu terasa
menghadapi masa lalu. Suatu hari, saat Melati sedang berbelanja di sebuah mal, ia tidak sengaja bertemu deng
enar kau?" tanya Ada
m tipis. "Ya, A
rik cincin di jari manis Melat
uk. "Ya. Sudah
elamat kalau begitu." Ia terdiam sejenak. "Aku de
gan nada bicara Adam yang mencibir. "Y
nada pahit dalam suaranya. "Aku tidak menyangka kau
awab Melati, menatap mata mantan suaminya dengan
ti merasakan sedikit gejolak emosi setelah pertemuan itu. Kenangan pahit dengan Adam kembali terlintas di
in bersama Rara di taman. Melihat pemandangan itu, hati Melati terasa hangat. Ia
g tertutup, terutama mengenai masa lalunya dengan Karina, almarhum istrinya. Melati menghor
pacaran hingga pernikahan mereka. Ada juga foto-foto Karina saat hamil, dan foto-foto Rara bersama Karina. Melati melihat wajah Karina. Cantik,
Tante Dewi di telepon. Tante Dewi menanyakan tentang acara peringatan setahun
ertanya pada Andi. "Andi, Tante Dewi menany
a sedikit mengeras.
ya di telepon," jawab Melati.
tahu. Setiap tahun aku selalu
erat?" tanya
sulit. Tapi aku merasa harus mela
ya pelan. "Aku mengerti, Andi. Tapi kau tidak ha
apannya penuh rasa syuku
i dan Rara. Ia melihat Andi menatap foto Karina dengan sorot mata yang pilu. Melati merasakan sakit di hatin
kang, memandangi bintang-bintang. Melati bergab
apa-apa?" t
g. "Aku merindukannya, Mel
tidak apa-apa untuk merindukannya. Dia adalah ba
. "Bersalah karena... karena aku mulai melupakan rasa sa
h merasa bersalah karena bahagia. Karina pasti ingin kau bahagia. R
Andi erat, membiarkan pria itu bersandar padanya, melepaskan segala beban yang selama ini ia pikul sendiri. Pelukan itu berl
agi dengan rasa bersalah yang menggerogoti. Ia mulai menerima bahwa kebahagiaan baru
ti menceritakan mimpinya untuk memiliki sebuah toko bunga kecil, dan Andi mendengarkannya dengan seksama, bahkan menawarkan untuk me
agi hari, melompat ke ranjang, dan membangunkan mereka dengan ciuman di pipi. Rara tidak lagi merasa aneh
binar. "Ibu Melati, Ayah! Teman-temanku bilang a
lalu tersenyum. Itu adalah penghargaa
ntuk Melati, bunga kesukaan Melati: anggrek putih. Ia selalu memastikan Melati makan teratur, bahkan sering membawakannya makan siang
yang terluka, namun memiliki hati yang tulus dan besar. Ia mencintai Andi bukan karena kekayaannya atau kesuksesannya, tetapi karena ketulu
, Melati dan Andi duduk di balkon
Andi tiba-tiba,
Y
aku menc
Andi mengucapkan kata-kata itu. Meskipun ia sudah merasakannya dari t
ati. Ia menoleh, menatap Andi.
gan Melati erat, lalu mencium bibir Melati dengan lembut. Ciuman itu bukan ciuman nafsu, melainkan ciuman yang penuh kasih s
dari kepingan hati yang terluka, menjadi sebuah keutuhan yang indah. Melati, janda yang dulu merasa hampa, kini menemukan kebahagiaan sejati dalam pelukan duda arogan yang ternyata memiliki hati emas. Dan