dalam kondisi mereka yang sekarang, bagai pisau bermata dua. Di satu sisi, ada kepuasan tipis melihat Danang begitu hancur, merasakan sedikit kemenangan atas perlakuan kejam mereka. Namun
nnya, tetapi kenangan tentang Arka kecil yang manis, yang
a akan membersihkan kamar Arka yang berantakan, dan mencoba mengajaknya berbicara. Danang, yang tampak seperti bayangan dirinya yang dulu, selalu ada di dekatnya, menawarka
bantuan profesional. Dengan bantuan Dewi, yang memiliki banyak koneksi, Naira menemukan seorang psikolog anak yang sangat
perpisahan dengan ibunya yang dulu, ditambah kejadian malam itu, sangat memengaruhi mentalnya. Dia
, terutama setelah semua yang terjadi. Namun, ia bisa menjadi seseorang yang m
rka maupun untuk mendapatkan masukan dari psikolog tentang cara berinteraksi dengan anak itu. Perlahan, dinding es yang
erasaannya. "Aku... aku takut, Ma. Aku takut Mama pergi lag
Danang berusaha mati-matian tutupi. Air mata Naira menetes. Ia memeluk
nyaksikan (atau setidaknya menyadari) Naira diserang dan perlakuan ayahnya yang dingin, memperburuk kondisi mentalnya. Arka merasa bersalah, dan ketidakmamp
arkan Arka menanggung beban seberat ini sendirian, dan juga karena telah gaga
lah asisten yang sangat membantu, mengelola sebagian besar pekerjaan administratif dan tugas-tugas awal. Naira juga mengurangi jadwal event atau seminar, memprioritaskan waktu untuk Arka. Maya dan Dewi j
Minggu
kan lebih banyak, dan sesekali tersenyum. Ia bahkan mulai kembali ke sekolah, meskipun masih perlu didampingi.
ringkali hanya duduk di sofa, memandangi Naira dan Arka yang berinteraksi. Ada rasa cemburu, penyesalan, dan kesadaran yang pahit di mata
arnya, Danang masuk. Ia membawa secangkir teh untuk Naira. "Naira
i mata Danang, tatapan yang belum pernah
Terima kasih sudah kembali untuk Arka. Terima kasih sudah merawat
. Ia tidak
u... aku tidak pernah tahu betapa berartinya dirimu bagi kami sampai kau pergi," Danan
uak di hati Naira. Bukan berarti ia akan memaafkan semuanya, namun ada sedikit beba
idak memaksakan diri la
pulih. Setelah Arka tidur, Naira akan kembali ke studio apartemennya, mengakhiri hari dengan bekerja a
li ke
abil dan bisa mandiri di sekolah, Naira memutuskan untuk kemba
a. "Saya ingin tahu apakah saya bisa melangkah ke tahap se
bagus, Naira. Anda sangat kuat. Sekarang
n malam itu, mengenali pemicu ketakutannya, dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya. Proses itu
eadilan atas apa yang terjadi padanya. Ia menghubungi seorang pengacara yang direkomendasika
berat, Naira. Terutama karena sudah berlalu cukup lama, da
ngin ada pengakuan atas penderitaannya, dan mungkin, mencegah hal serupa terjadi pada orang lain. Lebih dari itu, ia ingin melampia
ng secara hukum karena mengabaikanku dalam si
liki dasar hukum pidana yang kuat di Indonesia, kecuali jika ada niat jahat atau hubungan darah langsung. Namu
hadapan langsung dengan Danang di penga
awab pengacara. "Tujuan utama kita adalah mencari keadilan unt
drama hukum yang panjang. Ia sudah terlalu lelah dengan semua itu.
Bali
tudio, Naira menerima telepon dar
ka! Dia...
mencelos. "K
dia mau pergi dari rumah ini," Danang menjelaskan, suaranya
rka, namun tidak ada yang tahu. Naira mencoba menenangkan Danang, lalu mereka berdua mulai mencari Arka. Mereka
pon Maya dan Dewi, meminta bantuan. Mereka berdua langsung datang, ikut membantu menc
ia melakukan ini?" Danang merintih
yang mendalam. Di mata pria itu, Naira melihat bayangan dirinya sen
rkannya ke polisi,
antor polisi. Polisi mulai menyisir area sekita
hasia yang dulu sering ia kunjungi bersama Arka kecil, sebuah taman kecil yang tersembunyi di balik gedun
aira. "Aku tahu tem
run rintik-rintik, dan udara terasa dingin. Mereka berlari menembus ke
eorang diri, adalah Arka. Tubuhnya gemetar kedingi
at-erat. Ia menangis, memeluk Arka dengan erat. "Syu
pelukan ayah
luar biasa, namun juga rasa perih. Ini adalah keluarga, ini adalah
, Arka mendongak, mel
ala Arka. "Kamu tidak apa-ap
pa... Papa tidak peduli padaku,
penuhi rasa bersalah. Ini adalah bukti nyata dari pen
taimu," Danang berkata, suaranya bergetar. "
dengarkan Mama. Papa mencintaimu. Dia mungkin tidak tahu bagaimana menunjukkannya. Tapi dia peduli padamu."
a mengalir di pipinya. "Ak
i, lalu membuatkan minuman hangat. Danang duduk di samping Arka, memelu
"Naira, terima kasih. Kamu sudah menyelamatkan Arka lagi
kata Naira. "Dia membutuhkan k
tahu bagaimana memperlakukanmu selama ini. Aku... aku merasa bersalah karena ibunya Arka meninggal, dan aku merasa
mun setidaknya memberikan sedikit gambaran tentang akar masalahnya. Ia menyadari bahwa Danang juga terl
ejutkan dirinya sendiri. "Tapi itu tidak berarti aku akan kembali padam
kaca-kaca. "Aku mengerti, Nair
elah terangkat dari pundaknya. Ia telah memaafkan. Ia tidak melupakan, tapi
ing. Ia melihat Maya dan Dewi yang masih menunggu di mobil
na?" tan
Naira. Ia menatap langit, menghirup ud
masih harus membuktikan perubahan dirinya. Namun, Naira tidak lagi membawa beban masa lalu.
it, tetapi juga memaafkan, dan kini, siap meng