at, sisa-sisa mimpi buruk masih menempel erat. Bayangan Elena, wanita di foto Bayu, terus menghantui pikirannya. Siap
a yang ia rasa perlu: mencari tahu lebih banyak tentang Elena. Ia tahu ini melanggar privasi Bayu, tapi rasa penasarannya sudah tak terbendung.
gan kombinasi "Elena" dan "keluarga Pratama"-nama belakang Andi dan Bayu. Hasil pencarian pe
baca judulnya: "Kecelakaan Maut Merenggut
erpampang jelas: wajah Elena yang tersenyum cerah, sama persis dengan yang ada di foto Bay
ndiri. Lalu, mengapa Bayu menyimpan fotonya dengan tatapan yang begitu pilu? Mengapa
dinyatakan bersalah karena mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Namun, ada satu detail kecil yang menarik perhatian
ebuah kemungkinan menyeruak di benaknya, sebuah pemikiran yang begitu kelam dan mengerikan: mungkinkah Andi
n yang cemerlang, dikenal ceria dan penuh semangat. Ia adalah kebanggaan keluarga Pratama.
ng seorang anak perempuan yang hilang, dengan nada
ak, buru-buru menutup tab browser dan mematikan lapt
dari ruang tamu. Ia tampak mengenakan
r, jantungnya masih be
gin dari kulkas. "Aku lupa mengambil beberapa doku
ap datar, namun kini, setelah mengetahui tentang Elena, Sarah bisa merasakan aura kesedih
ikan diri. "Aku... aku m
n tajam yang membuat Sarah sedikit gentar. "Kau menggel
ncang. Tapi... aku penasaran." Ia menarik n
sesuatu yang lain. Ada kilatan kesedihan yang mendalam, j
a," lanjut Sarah, suaranya pelan. "Aku t
ng sarat dengan emosi yang tak terucap. Bayu akhirnya
tak terdengar. Ini adalah kali pertama Sarah mendengar Bayu menunjukkan sedikit emosi,
ana saat itu," sam
ya mengeras. "Andi menge
gemudi lain yang bersalah karena alkohol. Tapi tidak menyebutkan bahwa Andi adalah
mudi?" Sarah bertanya
i sudah minum sedikit. Dia menolak, tapi Elena terus memaksa. Akhirnya, Andi menyerah." Ia berhenti sejenak, memejamkan mata. "Dan di
ah kecelakaan yang tragis. Dan Andi, a
a tidak pernah bisa memaafkan dirinya sendiri. Sejak itu, dia berubah. Dia jadi pendiam,
pengkhianatan murni, tapi lebih kepada pelarian dari hantu
hkannya?" tanya Sarah, suaranya
es yang tak tertembus. "Menyalahkan tidak akan mengembalik
erasakan apa-apa, melainkan karena ia memilih untuk mengubur semua emosinya dalam-dalam. Ia mem
k melindungi keluarga dari aib, tapi juga untuk menutupi ra
arah, ekspresinya tetap sulit dibaca.
a penemuan barunya. Apartemen itu kembali hening, namun kini, keheningan itu terasa berbeda. Ada
yang membuat Andi kabur, dan rahasia yang membuat Bayu menjadi sedingin es. Sebuah tragedi yang merenggu
tapi juga sebagai tameng. Tameng dari pertanyaan-pertanyaan yang tak terhindarkan, tameng da
a seperti bagian dari sebuah tragedi yang lebih besar. Sarah merasa terp
yu yang dingin dan jauh. Namun, kini Sarah menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Ada rasa iba, sedikit pengertian, dan sebuah pertanyaan besar
catatan kecil di meja kerjanya, mencoba menciptakan sedikit kehangatan di tengah badai es yang mengelilingi mereka. Tapi Bayu jarang
ari biasanya. Ia tampak lelah. Sarah
ya Sarah, mencoba
n tas kerjanya ke sofa. Ia berjal
esuatu kalau kau
"Tidak perlu. A
si. Ia ingin membantu, ingin mencoba menembus di
la napas. "Sampai kapa
tatapannya taja
, suaranya sedikit meninggi karena frustrasi. "Kau tidak bis
ras. "Kau tidak
merasa bersalah. Aku mengerti semua ini bukan salahmu, dan kau memikul beban ya
osi yang begitu jelas di wajahnya. "Kau tidak punya hak untuk menghakimiku, Sarah," desis
a kehilangan seorang adik. Tapi ia tahu rasanya dikhianati,
dikit bergetar. "Aku hanya... aku ingin kau tahu,
kali, hanya kepedihan. "Bersama? Kau dan aku? Kita bahkan tidak sal
akan menghabiskan sisa hidupmu di balik dinding es ini, Bayu? Apakah ka
alkan Sarah berdiri sendirian di ruang tamu. Ia masuk ke ka
api air matanya sudah kering. Ia ingin berteriak, tapi
erasa sia-sia untuk mencoba menembus pertahanan Bayu. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di perpu
ering. Sebuah nama asing tertera di layar: "Bu Dian". Sarah tak sengaja melihatnya. Nomornya
l itu terus berdering. Akhirnya, rasa penasaran m
" kata
ita paruh baya terdengar dari seberang
mandi. Ada yang bisa saya bantu?" j
Bu Dian terdengar sedikit t
ndi? Bukankah Bu Dian itu Ibu Rima? I
Sarah, sedikit waspa
Kalian baru menikah ya. Maaf, saya bukan ibunya Andi. Saya hanya kenalan lama keluarga Pratama. Saya mene
a ini mereka panik, mengira Andi dalam masalah, dan sekarang ada yang melihatnya
arah cepat. "Di kota m
," jawab Bu Dian, suaranya sedikit gugup. "Saya hanya ingin menyamp
semakin kuat. Wanita itu berbohong. Mengaku sebagai ibu Andi, lalu meralatnya, dan en
ndi, handuk melilit pinggangny
nyerahkan ponselnya. "Dari seorang wanita b
enegang. Ia merebut ponselnya, matanya me
arah. "Tapi dia terdengar aneh. Pertama dia mengaku ibunya Andi, lalu meralatnya. Da
erakhir dan memutar ulang nomor Bu Dian. Namun, hanya ada nada
ke meja. Amarah yang jarang terlih
Sarah, khawatir. "Siapa
elah kecelakaan itu. Dia juga menjadi semacam penasihat bagi Andi s
hong tentang
epon seperti itu." Ia menatap Sarah, matanya berkila
kir itu penting!" Sarah membela diri. "Tapi ada sesuatu yang
. "Dia pasti melihat sesuatu. Sesuatu
tanya Sarah, hatinya mencelos.
engambil ponselnya lagi, tampak berpikir keras. "Aku harus m
. Ada sesuatu yang jauh lebih besar di balik semua ini, sesuatu
da rendah yang Sarah tak bisa dengar. Sarah hanya bisa menduga bahwa Bayu sedang mencoba m
sudah terlalu jauh terlibat. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terj
nya terasa seperti benang kusut yang harus diurai. Dan Sarah, entah
ra dari ruang kerja Bayu. Ia mengintip. Bayu duduk di depan komputernya,
pencarian, ia menemukan beberapa artikel lama dari majalah kesehatan yang menyebutkan tentang perawat yang membantu pasien trauma pasc
cana. Ia menemukan bahwa Dian pernah bekerja di sebuah kli
ang kerjanya, matanya terlihat mera
e kantor?"
beberapa hal penting y
u i
ya terkejut.
itu," jawab Sarah, tekadnya bulat. "Aku tidak akan
ang, tampak enggan. "Ini
t dalam pernikahan ini. Dan semua ini dimulai karena Andi. Aku tidak akan membiar
nya, ia mengangguk. "Baiklah. Tapi kau harus patuh padaku. Jangan
sedikit lega. Setidaknya, Bayu
ap ekspresi di wajahnya. Ia tahu ini adalah langkah pertama menuju pengungkapan ke
ian Kencana pernah bekerja. Bangunan itu tampak tua dan tak terawat
ta Bayu dengan nada resmi. "Apa
an Kencana? Dia sudah lama tidak bekerj
hun? Itu berarti Dian sudah ti
di mana dia seka
Pak. Kami tidak memiliki informas
dengan tangan kosong. Bay
k akan mudah," gumam Bayu,
ana selanjutnya
mencari tahu alamat rumah lamanya. Aku p
dan beberapa perusahaan investigasi swasta. Sarah duduk di sampingnya, mengamati setiap gerak-geriknya, setiap
ya mendapatkan alamat yang mungkin merupakan alamat rumah
ah itu tampak sepi, lampunya mati. Bayu ragu s
da jawaban. Ia mengetuk lagi
dak ada di ruma
emutar gagang
Bayu, tatapannya menyapu sekeliling. "Dia pas
a gemerisik. Bayu dan Sarah serentak menoleh. Seorang pria
?" tanya pria tua i
ana," jawab Bayu. "Apak
"Oh, Dian. Dia memang tinggal
ana?" tanya
jawab pria tua itu. "Sepertinya ada masalah. Dia bilang dia h
u Dian sudah pergi. Ia su
? Pesan? Alamat baru?" tanya Bay
, Nak. Hanya beberapa barang yang d
Mereka terlambat. Bu Dian sudah
at mereka kembali ke mobil. "Kenapa dia
," jawab Bayu, rahangnya mengeras. "
" tanya
menatap jalanan. "Entahlah. Tapi
hasil. Namun, di balik kelelahan itu, ada api kecil yang menyala. Semakin b
ah. Dan Sarah, kini, tidak akan membiarkannya menyerah sendirian. Pernikahan ini mungkin berawal dari sebuah kesalaha
ih dalam dari yang ia bayangkan. Apa lagi yang disembunyikan Dian Kencana? Dan mengapa