img Siapa Yang Menghamili Istriku?  /  Bab 7 Belum Terjatuh | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Belum Terjatuh

Jumlah Kata:1512    |    Dirilis Pada: 25/06/2025

tasi interaksi dengan tetangga, hanya keluar rumah untuk bekerja dan kembali pulang. Kebutuhan rumah tangga ia penu

Baru seminggu, ia sudah mulai mengeluh, lalu perlahan kembali ke kebiasaan lamanya. Zahra tahu, program ini tidak mud

mungkin, mulai menerima-bahwa rumah tangga yang ia perjuangkan ini mulai k

ar bagaimana pun itu adalah aib Filda. Belum tentu Pak Arya bisa meneriama kenyataan kalau anaknya bermasala

rung kopi kecil di pinggir jalan. Tempat itu sederhana, tapi sela

ku kayu menghadap ke jalan. Banyak hal berkecamuk di kepal

pikirnya. Kalau Fadlan mau ikut, syukur. Nggak

i sana, kenyataan tetap mengejarnya. Zahra mendesah panjang. Matanya masih tertu

laikum. In

i tangan. Sosok yang begitu dikenal, tapi terasa seperti bagian dari masa lalu yang jauh. Gilang

sedikit bergetar, campuran antara keterkej

kenangan masa lalu. "Nggak nyangka bisa ketemu d

yang campur aduk. "Aku kerja di kantor Mastex tuh depa

duk di bangku kosong di depan Za

driver ojek online. Ya, nggak banyak yang

ngan, Zahra bisa merasakan ada be

kini tinggal bersama ibunya, jauh dari Gilang. Sejenak, Zahra merasa iba. Zahra dan G

ra bertanya pelan, mengingat bahwa Gilang

hit. "Tapi aku sudah resign. Sekarang balik ke s

at menanggapi lebih jauh, Gilang tiba-tiba ber

gia kan sama suamimu?

di jantungnya. Zahra tersenyum tipis, berusah

saja, Mas. Belum ada anak,

am matanya yang seolah mengerti, memaha

selalu ada buat kamu. Meskipun kita udah

menjemputnya sekolah dengan motor setiap hari tanpa mengeluh. Hujan atau terik matahari, Gilang tetap setia. Kenangan itu seje

habiskan tehnya dan

tor. Hati-hati di jalan, ya," ucapnya sambil tersenyum

senyum, "Ya, kamu juga hati-

warung kopi itu dengan perasaan campu

n yang belum selesai. Pertemuan tak terduga ini membuka kembali pintu kenangan yang sudah lam

ran, namun pikirannya masih tertinggal di warung kopi tadi. Wajah G

ilang, mungkin sudah punya anak. Tidak akan menjadi menantu terhina.

usan seseorang yang melihatnya sebagai perempuan yang cukup, bukan hanya istri yang dituntut

irihnya pelan, ny

na hatinya diam-diam berharap bisa bicara lebih lama. Tanpa tekanan, tanpa topeng, hanya menjad

iasa di depan layar komputernya. Tapi kenyataan bahwa ia baru saja bertemu seseorang dari masa lalu. Yang kin

uh pengertian. Aura itu belum hilang. Inner handsome begitu istilahnya sekarang. Dan Zahra tahu, bukan wajah atau penampilan luar

, mengapa Gilang dan istrinya berce

*

gan dasi yang mulai dilonggarkan. Hari ini tidak terlalu buruk di kantor, tapi kepalan

uat Fadlan?" gumamny

alnya. Istrinya benar-benar serius waktu bilang itu. Bahkan sempat menyebut

ng terus terang: "Yang bermasalah itu bukan istrinya

. Dia tahu, kata-katanya akan dipelint

pantas. Terbersit bayangan Pak Hendra, yang dengan entengnya menye

stighfar sambil menepuk pelan dadanya. "Pak Hendra

ya menangkap sosok Zahra-berdiri di de

iturunkan, lalu senyumnya muncul s

lan mungkin belum pulang ka

lalu tersenyum lembut. "Wah, ke

at hening beberapa saat. Sampai akhir

ikiran sama Mama ya. Dia memang kad

l, tapi tatapannya t

manya juga orang tua. Saya juga p

asti udah usaha. Cuma Ayah pengin kamu tahu satu hal-kamu nggak

erkaca. "Terima kasih, Yah. Saya bersy

gejolak kecil yang tiba-tiba menghantam dadanya.

n, mobil sudah sampai

a, berusaha terdengar netral,

Hati-hati

Arya kembali ke mobil, memejamkan mat

ah," bisiknya

m sepenuhnya aman dari godaan yang diam-diam

*

dicoba menbaca beberapa cerit

ihan Mam

Birahi

Nakal Ay

manku

Menantu

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY