bunyikan rahasia di antara tebing-tebing. Asha terbangun kaget, masih merasa s
berada di
jalan di antara tempat perlindungan batu yang menjadi tempat berlindung mereka. Aroma tanah lembap dan abu melayang
u menjuntai seperti cabang pohon yang mati. Itu lebih dari sekadar kerak obsidian: sekarang mencapai bahunya, dengan urat-ur
pis dan keras di pipinya, seperti bekas luka yang membeku di tengah transformasi. "Aku tidak bisa menggerakkan jari-jariku tadi malam," katanya, sambil menatap lengan kanannya. "Aku merasa seperti mereka bukan milikku. Seperti... seperti mereka bukan bagian dariku lagi!" "Jangan katakan itu," Asha segera membalas, terlalu cepat, terlalu patah. "Itu benar." Keheningan menyelimuti mereka seperti
kata Kael, seolah membaca pikirannya. "Selama kau menyimpannya,
b Asha, suaranya lebih tega
at pertama kali melihatnya, di koridor kuil, ketika dia menjadi sipirnya dan dia menjadi tahanan dengan lidah ter
it?" tanyanya,
gelengkan
sakit. Itu ada
mbuat darah
entuhannya masih hangat, masih dirinya. Asha berpegangan erat pada kemanusiaa
n menemukan pecahan-pecahannya, kami akan mengaktifkan kembali si
katanya lembut. "Kalau-kalau saat itu tiba. Ka
tenggorokannya. Dia tidak menginginkan janji kematian. Tidak
, menelusuri garis-garis di batu dengan pigmen alami. Melihat mereka, Ash
auh dia per
er," kata Ash
kejutan. Hanya konfirmasi d
an mineral mungkin berguna. Ada catatan kuno tentang obsidian yang masih hidup. M
sengaja?" tanya Asha, merasakan kem
n Kael melindunginya, dia mungkin menyerap sebagian apinya. S
angkasa. Asha memperhatikan bahwa dia tidak menyentuh apa pun dengan l
"Wanita tua itu mengatakan itu mungkin gerbang menuju ingatan yang te
kata Asha sebelum K
.." gu
Jika ada sesuatu di celah itu, sesuatu yang member
guk. Keputusan
a dalam diam, bara api menyinari wajahnya dengan cahaya yang berkedip-kedip. Batu itu tampak bergerak lebih cepat di
atas batu, mengamati bintang-bintang, menggamb
ai di sana tepat waktu?"
nya kau lakukan," jawab Lirien tanpa mena
uannya? Menj
oleh para Penjaga sehingga mereka mencoba menguburnya. Kael leb
ngnya, tetapi dia tahu Lirien tidak berbicara dengan kejam, tetap
aku tidak ingi
an kapan harus membakar..
ang jauh. Sebuah retakan yang terbuka
ka terbakar dengan janji yang sama yang dipegangnya di telapak tangannya:
hu bahwa setiap langkah menuju retakan itu adalah langkah menuju sesuatu
ilangan