img Janda Rasa Melon  /  Bab 2 Janda | 4.55%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Janda

Jumlah Kata:1579    |    Dirilis Pada: 26/07/2025

angit berwarna jingga kusam seperti kai

ng kretek yang menyala pelan. Angin bertiup malas, hanya cukup kuat menggoyang daun jambu, menciptak

apu halaman belakang sebelum berhenti pada wajah Ryan yang

segar aja, ya. Wajahnya cerah terus. Senyumnya itu

h. "Mungkin karena Vina kerja di toko,

oko juga, tapi malah makin kusut. Toko mainan, pula. Tapi Vina emang beda, cantikny

k juga marah. Datar. Tapi matanya menatap dalam, s

sir istri

a buru-buru mengangkat

naran. Lagian bukan cuma aku yang sering bilang gi

a Ryan tetap rendah, tapi nadanya seperti tali

ku. "Ya itu tandanya kamu emang harus bangga, Yan. Mana ada orang kamp

sayatan. "Pujian boleh. Tapi kadang yang

awa lagi, tapi nad

bocah. Walau usiaku lebih tua, kita udah sama-sa

ri. Kadang rumput tetangga kelihatan lebih

ma bantu. Lagian Vina juga selalu sopa

baik. Aku cuma minta satu hal, jangan terlalu ser

"Baik, Yan. Aku paham maksudmu. Nanti mal

i langkahnya tak seenteng biasanya. Ada kegugupan di pu

nghilang ke udara. Kata-kata Andri menggugah potongan-potongan ingatan yang semula dianggap remeh: betapa sering Vina men

Gayanya meyakinkan, mulutnya manis. Dan entah kenapa, rasa tidak ny

, muncul rasa yang aneh-antara curiga, takut, dan pasrah. Ia belum tahu apakah ini

ncul dengan gayanya yang khas, jaket lusuh tergantung di bahu, dan rambutnya yang disisir ke belakang tamp

apanya, setengah rama

sih menyimpan jejak keresahan set

lakukan teman. Ia mengeluarkan rokok dari kantong celananya, menyala

ari kejauhan. Ngobrol sam

bentar," jawa

mpan sesuatu. "Hati-hati, Yan. Tem

pat, alisnya na

ajak ngobrol. Tapi kamu tau sendiri, dia tipe yang... kalau liat sesuatu menari

na terdengar terlalu pas dengan rasa cur

uga tau istrimu memang luar biasa. Nah apakah kamu gak curiga sama si Andri. Istri secantik Vina, jangan terlalu

an di pangkuannya, ta

an-bukan," lanjut Dayat, masih dengan senyum yang terlalu santai. "Ka

u barusan ngomong kayak orang mab

ng yang nyata. Dan aku cuma pengin kamu waspada aja

kata Ryan pende

h. "Aku gak bermaksud jahat, Yan. Cuma kadang suami mem

n ketakutan mulai saling berebut tempat. Ia tahu, kampung kecil ini penuh bisik-bisik, dan istriny

nja, dan malam pu

empat disampaikan. Ryan melangkah keluar rumah, niatnya sederhana-sekadar membeli roko

r suara dua lelaki yang sangat ia kenal

engar geli. "Tapi jujur ya, aku yakin istrinya itu kurang kepuasan. Lihat aja cara

i dalam sekam. Gerak-geriknya... lirikan matanya, cara dia bawa diri-kaya

tergelak, nyaris tersedak kopiny

asa melon campur cabe rawit. Sekali nyoba, me

r sedang menyalakan api di dada seseor

ahnya terasa lumpuh. Bukan karena takut-tapi karena malu. Sebab sebagian dari kat

udah pengen banget punya anak. Tapi ya... lihat sendiri suaminya. Istrinya penuh gair

Kalau aja dia minta bantuan buat buntingin

as Andri. "Jangankan satu anak, Sepulu

an terasa makin kecil. Ucapan mereka seperti belati: tidak langsun

tapi karena di dalam hatinya sendiri, ia juga mulai bertan

lebih mendesak adalah menjawab pertanyaan yang tiba-tiba menggelegar

ngiang seperti gema buruk yang tak bisa dipadamkan. Dalam hati, ia mencatat: Dayat memang ular kepala dua

kamar. Di sana, Vina duduk santai di atas ranjang, ponsel di tangan, senyum-seny

m. Ingin bertanya, "Sedang chat sama siapa?" Tapi lidahnya kelu.

pelan, tapi sang istri tak menoleh. Jemarinya tetap si

an serak, "Boleh

nci ponsel. "Apa, M

alu mengusap

ayat, mereka sering gan

namanya juga lelaki. Kadang celetuk, goda

api kamu... nggak

i. "Asal jangan diladenin, tapi juga jangan

ligus menusuk. Ryan memaksak

napa nanyanya ane

k apa-apa. Aku cuma.

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY