dan Dayat: godaan, tawa, dan bisikan tentang gairah istrinya. Ia menatap ponsel Vina-kosong
tapi di dalam dada masing‑masing masih bergolak: Ryan dibelit curiga dan malu; sementara Vi
uniai anak. Di luar, gosip tetap beredar, katanya salah satu dari mereka mandul, at
hat dari jauh. Ryan tahu siapa istri dan dirinya, dan Vina pun tahu siapa suaminya. Mereka saling m
a awal dua puluhan, tampak muda dengan kulit bersih, gaya anggun, dan tutur kata lembut. Ia memang peremp
ah hidup. Vina hadir seperti bayangan indah yang sulit digapai. Vina n
k Abdullah kini tinggal bersama istrinya dekat dengan anak perempuannya di Karawang. Dulu Pak Abdullah, Kades di d
ang tak pantas, baahkan ketika mereka masih tinggal di kota. Tapi Ryan percaya, is
ntara Vina punya kerjaan pelayan toko mainan Bude Ana. Mereka malah sering diminta bantuan oleh te
na hajat jadi lebih hidup dan berwarna, walau godaan justru semakin hebat. Semua dilakukan dengan senang hati, ta
lalu cantik untuk ukuran perempuan kampung, sementara Ryan terlalu sederhana untuk mendampinginya. Tidak
gaimana bisa, Vina memilih pria
rdampingan. Tak pernah membalas cemooh, tak juga membanggakan diri. Karena mereka tahu, perbedaan
arap Vina menjadi janda, term
embut. Embun belum sepenuhnya menguap ketika aroma
a. Sambil mencuci piring bekas sarapan, ia sesekali menoleh ke arah halaman, tempat matahari mena
laman. Gerakannya pelan, menyusuri tiap sudut teras s
di makin kinclong gini," sapa Bah Andi, peta
kilas. "Iya, Bah, mumpu
belalak menatap paha mulus Vina di balik da
atinya juga ya, biar makin kinclong luar dalam.
cam itu-sejenis perhatian lelaki kampung
Kosim, melintas perlahan, sempat-sempatnya
h-bersih hati nih. Kalau saya daftar, b
anya, karena mereka tahu, kalau Vina ada di rumah, pasti sedang sendirian. Ryan bahkan dianggap terla
is setiap hari lewat depan rumah Vina. "Mbak Vina nyiram b
Pak Guru," jawab Vina semba
ah." Pak Ilham membalas sambil tertawa. Tapi matanya tidak sedang melihat bunga, fokus pad
lantang diantara barisan ibu-ibu yang mengantar anak-anaknya ke PAUD. Vina han
an brengsek tapi suka nongkrong di pematang sawah,
belut gak?" tan
ar, panjang dan seger, suka b
dan panjang. Nanti saya bawai
... bol
Nurdin sambil nyengir geli. Vina hanya menutup mulut menaha
a seperti itu, Dia merasa selalu hidup. Bukan karena menggodanya. Tapi kar
imple. Jangan aneh-aneh
Vina duduk berselonjor di lantai dapur setelah selesai merapikan seisi dapur dan
tap. Vina menyeka tangan dengan lap dapur, lalu berjalan ke ruang t
a pelan, tercek
ke celana kain. Rambutnya yang memutih disisir rapi ke samping. Meski tak lagi muda, wibaw
?" sapa Pak Abdullah hang
Mas Ryan tadi subuh udah ke sawah,
ggak niat ganggu. Tadi sekalian mampir aja. Ini Ba
a dengan wajah berseri sumringah. Mereka pun duduk di ruang tamu yan
ajin olahraga ya?" tanya Vina d
jangan sampai kaya ibumu yang
dari dulu kesehata
jin olahraga dan jaga kese
arnya sih di toko juga kan
ga khusus yang teratur, mungkin sen
arus bayar, sa
nti Bapak kirim uangnya, terus daptar ya di sanggar sena
ak saudara juga par tetangga. Vina menyuguhkan teh panas dan pisang goreng, sementara Pak Abdullah mengelus kum
enahun. Pak Abdullah sebenarnya sedang menginap beberapa hari di rumah anak sulungnya, Ridwan, di kampung seberang.
g berat ngerawatnya, ya dijual aja. Tapi masih pikir-pikir, karena sawah it
ami. "Kalau sawah di sini, yang Mas
ukan cuma kerja keras, tapi juga enggak neko-neko. Dan kamu, Vin... terima kasih,
tertawa kecil. "Saya juga bersyukur, P
apak senang n
*

GOOGLE PLAY