Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2

Jumlah Kata:1135    |    Dirilis Pada: 29/07/2025

n berdering dua kali sebelum dia mengangkat, suaranya yang c

atal ikut spa besok. Akhirnya Brama

erbicara, tetapi hanya is

ik-baik saja?" Suara Jiha

araku pecah. "Aku perl

arena Brama? Apa bajingan po

esar, terlalu mengerikan. Rasanya jika aku mengatakannya dengan

luar. "Yang kau ceritakan padaku di Paris. Te

reau? Elara, itu komitmen dua tahun. Kau bilang tid

t perutku mulas. "Pendapa

ng sebenarn

tah dan napas yang tersengal-sengal. Taman itu. Kania. Anak laki-laki yang me

itu. Benar-benar sampah. Setelah semua yang kau lakukan untuknya, untuk pernikahan itu. Perawat

rgagap. "Dan kau masih ham

erutku yang rata. Gerakan protektif dan naluriah. Bayi itu.

seperti medan perang, kekecewaan yang menghancurkan dari bulan ke bulan. Aku melak

anehnya tenang. "Aku harus pergi. Sekarang. Aku akan mengur

but, pertanyaan itu menggan

enjawab. Ak

ke rumah yang tidak lagi terasa seperti milikku. Sudah larut ketika ak

a kopi penuh dengan puntung rokok. Dia tidak pernah merokok. Hanya ketika dia sangat stres. Pema

jah mereka dipenuhi ketakutan. Dia memiliki

ya digantikan oleh gelombang kelegaan yang begitu kuat hingga nyaris terasa.

Kau tidak menjawab teleponmu." Dia membenamkan wajahn

pelanggaran. Aku mendoron

tapku, sebersit kebingungan d

bohongku, suaraku d

uncul. "Sudah kubilang untuk selalu mengis

ang kontrol. Setiap penyimpangan dari rutinitasku, setiap panggilan tak terjawab, akan men

nya melembut. "Maaf, aku tidak marah. Hanya khawatir." Dia merogo

da. Dia membukanya untuk memperlihatkan kalung berlian, desain yan

ma di Eropa. Kau suka?" tanyanya, matanya penu

u. Kemunafikannya sungguh luar biasa. Dia mencoba membeli penga

a apa-apa, wajah

suka? Tidak apa-apa, aku bisa membelikanmu yang lain. Apa pun yang kau

ing Golden Retriever kecil yang berbulu lebat. Anak anjing itu merintih pelan

lenganku. "Ingat Sunny? Kau sangat sedih saat dia mati. Aku tahu

mengalir di pipiku. Sunny adalah anjing masa kecilku. Brama membencinya, selalu bersin dan mengeluh, tetapi dia mentolerir anjing itu un

al-hal kecil yang berarti bagiku. Dan dia menggunakan pengetah

ar dari bibirku. Pria ini, monster ini, dia mengenalku denga

angan. Dia pikir dia telah menang. Dia pikir makhluk kecil berb

apanku, dan mengajukan pertanyaan yang te

a kau masih

ergeletak di meja kopi, bergetar. Layarnya m

ni

tenggorokanku. Dunia b

nya. "Hanya pekerjaan, sayang. Masalah di kantor cabang." Dia me

r seolah dia sangat menderita. "Aku har

alik unt

hanya melihatnya berjalan pergi, kebohong

agang pintu, aku berbicara

ngg

bersit ketidaksa

gambil sebuah map dari laci, dan berjala

ndatangani ini

n, sebuah tindakan pencegahan yang Jihan desakkan setelah pertama kali aku c

huruf tebal. Brama Wijaya. Dan di

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY