ak dengan kepercayaan diri yang sama yang memikat para juri dan melucuti senjata lawan
i mobil, tubuhku mengingat saat kehadirannya ber
enganku. Sentuhan itu dimaksudkan untuk meya
emotong udara, manis dan memuakkan. "Ki
le
nku seolah-olah panas. Dia menoleh pad
angan dalam gaun putih, rambut pirangnya menangkap cahaya sore. Dia ber
matanya berkilauan dengan air mata yang belum tumpah.
kami. Nada suaranya tegas, sebuah perintah halus. "Valerie telah
ritahuku bahwa aku berutang sesuatu padanya. Ke
atakan sesuatu, apa saja, tetapi Baskara mera
an. Gumaman percakapan berhenti. Semua mata tertuju pad
ihatannya...
yahnya sendiri.
darinya? Dia bukan apa-a
keluarga sampah. Pernah d
ran waktu kuliah hukum. Merek
i tegang. Dia menarikku lebih dekat, lengannya melingkari bahu
" bisiknya di telingaku,
uhku adalah balok es. Aku tidak bersandar padanyan sengaja, aku men
s sesuatu-kebingungan, mungkin bahkan sakit hat
lah mimpi buruk. Setelah hari yang penuh tekanan. Dia
nya orang yang kubutuhkan perlin
tuh perlindu
mengendalikan reaksiku, dan itu mengganggunya. Dia men
eras, suaranya menggelega
itu lang
i kerumunan. "Ini istriku, Kirana Aditama. Dia telah mela
u sama performatifnya
terkuat yang kukenal, dan dia sudah pulang. Bersamaku. Jika ada yang pu
i teras. Orang-orang bergeser tid
murni di matanya sebelum digantikan oleh ekspresi khasnya yang rapuapnya seca
, suaranya berdering dengan ketulusan pals
erkunci dengan mataku. "Tolon