Pandan
di tempat tidur, mengantarku ke dan dari kantor, dan mengisi malam-malamku dengan makanan dari restoran favoritku. Dia mengurangi k
masokis menggulir foto-foto kehidupan yang telah dibangun Revan tanpaku. Aku melihat cara dia tersenyum ketika sebuah pesan menerangi ponselnya saat dia mengemudi, senyum pribadi y
an penuh harap. "Anak-anak mau jalan-jalan naik motor ke punc
tidak bisa kubunuh, berkedip hidup. Mungkin ini adalah usahanya untuk
ataku. "
ksudku, kamu yakin? Kamu kan tida
jar," kataku,
amu ikut saja untuk perginya? Kamu bisa menunggu
engatan kecil yang tajam. Tapi aku menga
an riuh, dan aku merasa seperti alien di antara mereka. Lalu Kyra tiba, sebuah motor balap hitam ramping be
boncengan motor Revan, dan sebuah seringai muncul di bibirnya. "Ba
mesin motor Revan menderu hidup. Dia tertawa, ki
an tinggi. Aku memejamkan mata erat-erat, lenganku melingkari pinggangnya dengan cengkeraman maut, wajahku menempel
n!" teriakku, suar
di motor tepat di depan kami. Jantungku berdebar kencang di dada, seekor burung yang panik dan
turun dari motor, kakiku seperti jeli. Aku terhuyung ke ping
a?" tanyanya, meskipun tidak ada kepedulian nyata dalam suaranya. Itu adalah
erhatiannya kembali ke teman-temannya, tertawa dan mengulang so
an pulan
jalan masuk rumahnya. "Kurasa ini memang bukan duniamu." Kat
u, suaraku nyaris berbisik.
agi. Tidak akan pernah lagi aku membiarkannya membuatku merasa begitu kecil, be
yang rumit sebagai perisai terhadap kehidupan pribadiku yang hancur. Aku berada di kant
anik. "Erika, ini kontrak OmniCorp. Versi final yang dikirim... itu draf y
ung berdi
oba menipu. Semua pekerjaan kita... setengah b
tai itu. Orang-orang ber
dan mengirim file itu?" tuntut
setujuan akhir datang dari atas. Dari a
sebelumnya, melonjak dalam diriku. Aku mengambil salinan kontrak dan menyerbu
intu kantor Revan hingga terbuka dan
taku, suaraku berg
i atas dinding bilik. Pi
tanyanya, meliha
perusahaan ini miliaran rupiah dan kerja keras selama berming
emindai halaman pertama dan kemudian menatap Kyra, y
ka," katanya, suaranya menenang
. "Ini bukan permainan, Revan. Ini pekerjaan kita. Dan ora
aca. "Aku sangat menyesal. Aku akan... ak
ng oleh keberaniannya. D
yra," kataku, kesabaranku habis. "Ini tentang a
uk
openg kemarahan yang dingin. "Itu sebuah kesalahan. Orang bisa berbu
"Mempermalukannya? Dia membuat ke
tama! Mungkin jika timmu memiliki pengawas
rti pukulan fisik. Dia menyal
ku?" bisikku, s
ni. Sejak kamu datang, kamu tidak lain hanyalah sengsara. Kalau kamu tidak taha
an seluruh lantai. Pa
tiap mata tertuju pada kami. Aku merasakan ratusan pasang m
u akan menelanku, pi
keluar. Seorang pria yang kukenal lebih baik dari
mengamati pemandangan itu-aku, pucat dan gemetar; Revan,
kan benar-benar lenyap. Air mata yang bahkan tida
angannya di lenganku, menenangkanku. Dia men
ison. Pak. Saya tidak tahu B
a, suaranya rendah dan penuh kehangatan kebapakan yang menghancurkan hatiku sekali lagi. "Tidak ad
presinya mengeras. "Nona Anindita, Anda dipecat. Tim hukum kami akan mengh
gin dan tajam seperti pec
i bisikan yang berbahaya. "Kau berani bicara deng
jatuh. "Pe.
itu saja dari udara tipis? Kau telah bekerja di platformnya, hidup dalam bayang-bayangnya,
ya meresap, sebuah hukuman mati yang disa
akukan wanita yang men
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY