Pandan
membawakan mobilku. Udara sejuk tidak bany
begitu
datang untuk berdiri di sampingku, mengulurkan setangka
natap matanya. "Aku tid
tu banyak dariku, Alea. Empat tahun waktu Bima. Tapi jangan khawatir. Aku
dia," kataku, suaraku da
lauan dengan kedengkian. "Kamu tida
rang-orang berteriak. Perancah konstruksi di gedung seberang telah runtuh,
ya pucat karena panik. Matanya memindai kerum
atu yang lebih mirip kegembiraan daripada ketakutan. Sebuah balok baja
nggir!"
Shania menyingkir, membungkus tubuhnya di sekeliling
ang lebih kecil, sebuah pipa, terlepas dari reruntuhan yang ku
n putih-panas di kakiku saat pipa itu menghantamku, m
ngannya melingkari Shania yang gemetar, membisikkan kata-kata penghib
nuhi hidungku. Kakiku terbungkus gips tebal, ditinggikan di atas tumpukan ban
oba terlihat khawatir, tetapi itu adalah pertunjukan yan
egas ke sisiku, meraih tanganku. "A
Sentuhan kulitnya te
k dan kering. "Apa
s yang diasah oleh empat tahun menempa
terpancar di wajahnya. "Hanya beberapa g
u, memalingkan wajahku da
h, mungkin-di matanya. Tapi itu berlalu secepat
ia tidak a
ur sampai dia pergi. Keheningan yang
r yang terlalu cerah, terlalu ceria untuk ruangan p
ar, dan dia pergi lagi, meninggalkan aro
Anda sangat setia," katanya dengan senyum ramah. "Dia sangat kha
ponselku. Itu adalah sebuah foto. Bima dan Shania, berpelukan di kafetaria rumah sakit, lengannya mel
t ini, tulang yang patah ini, adalah sebuah anugerah. Itu
akan menahan Anda selama beberapa hari lagi
raku terdengar kuat. "Alea V
amarku
di tangannya, wajahnya membeku dalam topen
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY