img Pernikahan Kontrak Sang Pendendam  /  Bab 4 Luka di Dada Dion | 19.05%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Luka di Dada Dion

Jumlah Kata:1473    |    Dirilis Pada: 21/11/2025

aku gagal lagi. Dua kali aku telanjang di depannya, dua kali dia menolak. Dan penolakan yang kedu

yang Dion lempar semalam. Aku bangun, merangkak ke ka

rah perang, kini cuma kain lusuh yang kulempar

diriku sendiri. Bukan Adnan yang

kan Adnan. Aku nggak memikirkan bagaimana dia ter

hat tegang, seperti ada cerita yang dipaksa diam di sana. Itu bukan luka operasi pl

an yang membara. Kenapa dia punya luka itu? Apa yang sudah terjadi

s keperawanan. Sekarang, tujuanku be

ura-pura seksi hari ini. Sesi agresif sudah selesai, dan itu gagal total. Sekar

ana, sarapan bubur ayam, membaca koran bisnis

apanya, tanpa mend

di seberangnya. Aku berusaha m

uatkan khusus untukmu, karena ka

rhatian, walau caranya aneh. "Makasi

nya sedikit. Matanya

o kenapa?" tanyaku, langsu

at, tapi aku melihatnya. Itu seper

mbali menaikkan korannya. "Nggak a

l mahkota gue karena motif gue kotor, dan karena lo nggak bergairah gara-gara luk

a melipat di dada. Sikap tubuhnya

u, dan kamu menikahi aku untuk tujuan tertent

elihatan dari ukurannya, itu bukan luka jatuh dari

mau dengar spekulasi kamu. Aku nggak mau kamu mengganggu masa laluku. Fokus pada m

alkan buburnya yang

ekarang adalah menyesuaikan diri dengan jadwal dan etiketku. Kalau kamu punya energi

bodoh dan kekanak-kanakan. Tapi penola

Mbak Yuni adalah satu-satunya manusia yang tinggal d

dapur, sedang meny

a soal Tuan Dion?" tanyaku

sopan. "Tentu, Bu Ke

gkin... dia pernah sakit parah? Soalnya dia kurus bange

karena beliau atletis, Bu. Setiap hari bel

n apa?

di lantai bawah. Tapi beliau lebih suka berena

g. Berarti dia sering melepas pakai

Tuan Dion s

a tahun lalu, Bu. Dulu sih beliau jarang sekali berenang. Tapi setelah

elah aku pacaran dengan Adnan. Apakah luka

h kecelakaan tiga

, Bu. Saya nggak berhak membicarakan masa lalu Tuan Dion.

ai batasnya. Dion pasti sudah memberi tahu semua orang di rumah

mencari celah. Aku tahu Dion punya jadwal ketat, j

memutuskan untuk

ah ke area fitness dan kolam renang indoor. Ruangan itu remang-remang, ha

aku mel

dengan kekuatan yang brutal. Gerakannya cepat, teratur, tanpa jeda. Dia tid

basah kuyup. Dia memang atletis, seperti kata Mbak

a melihatku. Dia nggak berhenti, dia tetap me

erlihat jelas di bawah air, memanjang, terlihat lebih putih dari kulitnya yang kecokelatan

a langsung meraih handuk dan menutu

ggu," katanya, suaranya sedikit terengah

ku pelan. "Berenang itu un

nuju ruang ganti. "Berenang itu untuk menggerakk

karena

aku hampir nggak selamat," jawabnya, nadanya ki

selamat. Aku hampir mati karena malu. Tapi aku ngg

i, berbalik menatapku. Tatapannya tajam

alam pertama yang akan kamu sesali seumur hidup. Karena kalau aku melakukannya sekaran

ah coba cara lo, gue udah coba cara gue. Gue nikah sama lo, i

Dia berdiri telanjang dada di depanku

kan kasih kamu malam itu, kalau kamu jujur pada dirimu sendiri. Kalau kamu

tulus. Tulus pada motifnya sendiri. Sampai kamu bisa bilang, 'Aku mau kamu, D

nti, meninggalkan aku

siasi kontrak. Dia nggak butuh tubuhku. Dia b

atas es. Dingin, tapi membakar. Sekarang, aku tahu. Aku nggak l

a dia adalah satu-satunya orang yang melihat sisi han

ran itu telah berubah menjadi se

-aroma yang dingin, bersih, dan mematikan-menusuk hidungku. Aku nggak sadar, aku sud

Tuan

pa yang terjadi tiga tahun lalu. Aku akan menembus bentengnya. Karena sekarang, aku nggak lagi but

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY