img Tunangan yang Membiarkannya Mati  /  Bab 2 | 20.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2

Jumlah Kata:905    |    Dirilis Pada: 26/11/2025

in yang tak henti-hentinya. Aku terbaring di cekungan dangkal di salju, sebuah lubang yang digali denga

inggi yang mengganggu telingaku. "Dia merobek jaketnya s

a kasar di bahuku. "Lina! Lina, b

Paru-paruku terbakar dengan setiap napas pendek yang terengah-engah. Dingin kini menjadi kehadiran yan

man Bram, mengintip ke dalam lubang saljuku. "Dia hanya kesal

inan, tetapi dengan penghinaan total. "Sudah kuduga. Dia

nada panik yang tulus kini mewarnai si

tku lebih jauh ke dalam lubang salju, sepatu botku bergesekan tak berdaya di atas es. Dia menumpuk salju di seki

lju dari sarung tangannya ya

mencengkeram kain celana saljunya deng

anku, ekspresinya penuh dengan

but Karin. "Jangan terlalu keras padanya, B

dalam suaranya adalah pukulan fisik. "Ayo pergi. Di

eka memudar, dit

send

lkan untuk mati oleh pria yang

enti menggigil sekarang, sebuah tonggak yang menakutkan. Aku tahu apa artin

timeter, memperlihatkan lapisan dalam pada elemen-elemen alam. Angin langsung masuk ke celah itu, serangan brutal yang k

diriku. Telepon satelitku hilang. Tapi ada satu kesempatan terakhi

irancang untuk berinteraksi dengan selimut pintar. Dan tersembunyi di dalam manset lengan kiri, dijahit ke dalam jahi

us menc

menekuk ke arah wajahku, tetapi nyaris tidak berkedut. Lengan kananku sedikit lebih responsif. Dengan san

ti rasa dan tidak berguna, tidak bisa m

nilah akhirnya. Dikhianati, ditinggalkan, dan mem

akan kekuatan terakhir. Aku tidak akan mati sepe

. Gigiku menjepit bahan tebal itu, mengabaikan rasa sakit yang menyentak di rahangku.

ecil yang hampir ta

lubang itu. Sekali. Dua kali. Tidak ada hasil. Senso

oleh angin, aku membenturkan perge

g nyaris tak terlihat berked

ti

kitkan. Segera diikuti oleh gelombang kelelahan yang lua

asa sangat berat. Dunia memudar menjadi putih yang damai dan me

merenggutku, sebuah bayan

cahaya biru selimutku menerangi wajahnya. Air mata palsu itu hilang.

nyaris berbisik melawan angin. "Ka

pikir kamu hanya sedang mengamuk. Dia bilang padaku dia sudah membencimu selama bertahun-tahun. Benci hidup di bawah bayang-baya

ahan es, menusuk bagian te

bisiknya, senyumnya melebar

sebuah isyarat penghinaan terakhir. "Jangan kh

am badai salju, meninggalkanku dengan kebenaran ya

-

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY