Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2

Jumlah Kata:928    |    Dirilis Pada: Hari ini15:08

na

umah sakit terbuka lagi, kali ini dengan suara tergesa-gesa. Lan

Tangan Feri gemetar saat menyentuh selimut putih. Dia menarik

membanjiri matanya. Feri tidak bisa mengendal

nya begitu lembut, penuh kasih. Dia membel

ngin, dan basah oleh air matanya. "Saya menyesal,"

a kau mau menikah dengan saya." "Kau tidak akan berakhir se

menggeram. "Suami macam apa dia? Keluarga macam a

ru saja tiba dari perjalanan jauh. Mungkin dia b

dia tidak bisa melihat saya setiap hari denga

"Handi itu orang yang kuat. Kamu butuh perlindungan."

ya anak yatim piatu yang diadopsi. Oleh kelua

a seperti kakak bagi saya. Melindungi saya

baru, cengeng, dan sakit-sakitan. Tapi dia be

an buku cerita. Menghibur saya saat saya m

hkan keluarga adopsi saya. Mereka menentan

api karena saya adalah alat. Alat untuk memp

tu saya kabur. Meskipun itu berarti dia ju

u mencintai saya. Lebih dari sekada

opsi saya tidak akan pernah mengizinkan.

saya. "Kau ditakdirkan untuk yang lebih besar."

putih. Dia membawa saya keluar dari ruang opera

kesukaan Chika. Sesuatu yang mahal,

gek. Tanpa ragu, Handi mengambil kunci mobilnya. "Saya akan

ang jalan. Dia bilang terlalu jauh, terlalu merep

erpapasan dengan Handi. Handi baru saja akan ma

Wajah saya tidak terlihat. Hanya bentuk tu

tan amarah di mata Feri. Handi menger

ah dan penuh ancaman. Dia tidak pedu

nuh saya. Anda berhak membe

nunjukkan kebingungan. Dia tidak me

"Tidak sopan membawa jenazah di lorong umum." "Harusny

pi mata Handi terpaku. Pada pergelanga

ranya sedikit lebih keras. Ada

Handi. "Kenapa dia punya bekas luka yang

a berdebar. Haruskah Feri mengatakanny

a akan berduka? Ataukah dia akan te

a tegang, tapi matanya dingin. "Dia istr

mbang. Istrinya? Handi terhuyung, seolah d

u tahu. Tapi dia tidak pernah menganggapn

anya tercekat. Ada nada cemburu di sana. Sebuah ketid

nya. Dia memandang Feri, lalu ke saya. M

u, Handi," katanya tajam. "Kau tidak punya hak untu

embalas. "Pura-pura polos, padahal k

h, menatap Handi. "Saya memang licik," Fer

eri. Lebih baik karena tidak meninggalkan saya m

eri. Keluar dari rumah sakit. Me

asih berdiri terpaku di pintu. Wajahnya pucat

tidak merasakan apa-apa. Cinta i

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY