img Pendewaan  /  Bab 12 Upaya (Bagian Dua)  | 1.59%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Bab 12 Upaya (Bagian Dua)
Jumlah Kata:1185    |    Dirilis Pada:05/01/2022

Apa yang melenyapkan beberapa kekhawatiran anak-anak Luo adalah kenyataan bahwa Zen telah menjadi orang yang suka menjadi karung tinju setelah dua tahun dipukuli terus menerus. Mereka menganggap Zen memiliki vitalitas hidup yang kuat melihat dia masih hidup dan sehat saat ini. Untungnya bagi Zen, anak-anak ini tidak tertarik untuk mengungkap atau mencari tahu bagaimana karung tinju bisa bertahan dalam keadaan seperti ini. Lagi pula mereka diharuskan berlatih dengan memukul orang. Mereka tidak perlu repot-repot mempelajari target mereka. Bahkan jika Zen memiliki keterampilan pelindung khusus, mereka tidak menunjukkan sedikit pun minat untuk mempelajari lebih lanjut tentang keterampilan ini.

Kotoran dari dalam tubuh Zen semakin banyak dibersihkan selama waktu latihan ini. Setiap kali dia mandi, air yang mengalir dari tubuhnya ke tanah hampir sekental susu.

Rencana Zen menunjukkan hasil dengan cepat. Jumlah kotoran yang dikeluarkan dari tubuh Zen setiap harinya setara dengan yang dikeluarkan dari tubuh orang lain setiap bulan. Hal ini membuat Zen merasa puas karena ini berarti bahwa latihannya setiap hari memiliki efek yang sama dengan orang-orang yang berlatih selama berbulan-bulan. Kecepatan latihan yang dia lakukan ini tampak seperti keajaiban!

Zen memaksakan dirinya karena termotivasi. Dia menawarkan dirinya untuk dipukuli di siang hari dan menghabiskan waktunya di malam hari untuk berlatih sendiri. Dia tidak berniat untuk berhenti, bahkan untuk beberapa detik.

Peningkatan tubuh Zen dan pengetahuan atas seni bela diri ini memberi makan jiwanya. Matanya terlihat jernih dan cerah seperti biasanya meskipun dia hampir tidak tidur.

Alasan lain mengapa dia begitu penuh energi dan semangatnya terus berkembang adalah keberadaan 'Tungku Sembilan Naga' yang misterius. Tungku pemurnian itu memurnikan jiwanya. Rasa sakit yang dia rasakan sama setiap kali hal itu terjadi. Zen merasa seolah-olah jiwanya diremukkan ribuan kali, dan setiap kali, dia ambruk dan berharap untuk mati saja.

Namun, ketika proses itu berakhir, Zen menyadari bahwa setelah dia telah selamat dari rasa sakit itu, semangatnya tumbuh dengan pesat. Dia sadar bahwa jiwanya juga sedang disempurnakan!

Jiwa adalah yang paling sulit disucikan di antara semua bagian tubuh manusia. Semua orang bisa melatih tubuh mereka cepat atau lambat. Bahkan orang yang tidak diajari seni bela diri pun bisa berlatih sendiri.

Tapi lain ceritanya dengan jiwa. Jiwa disembunyikan di tempat rahasia. Jiwa tak terlihat dan tak tersentuh. Seperti yang dikatakan dalam agama Buddha, jiwa adalah seperti pantai ilusi yang sulit dijangkau oleh kebanyakan orang.

Banyak yang menduga bahwa Sekte Awan memiliki metode dan teori tingkat tinggi yang dapat memengaruhi jiwa orang. Di antaranya adalah buku-buku pemurnian jiwa.

Zen tidak dapat mencapai dunia yang misterius itu, dan dia juga tidak ingin memikirkannya. Sebaliknya, Zen tetap fokus pada penyempurnaan tubuhnya setiap hari.

Waktu berlalu dengan cepat. Sudah dua puluh hari sejak dia memukuli Grey dan Darren.

"Bummm!"

Pukulan lain yang dilayangkan oleh Zen mengenai dinding batu yang tebal.

Zen tercengang melihatnya! Dia hanya menggunakan kira-kira tujuh puluh persen dari kekuatannya dalam pukulan ini. Namun ternyata kekuatannya sangat ekstrim sehingga dinding ruang bawah tanah itu retak. Zen tahu bahwa tembok itu pasti akan runtuh jika dia menggunakan semua kekuatannya.

Pemikiran ini membuat Zen tersenyum meski dia juga khawatir. Sudah hampir sebulan lamanya sejak dia mulai berlatih dan dia telah meningkat secara signifikan!

Zen baru saja memasuki tingkat pemurnian tulang ketika dia baru mulai berlatih. Dia merasa seolah-olah dia telah mencapai puncak tingkat pemurnian tulang hanya dalam waktu latihan yang singkat. Pembersihan tulang-tulangnya terlihat dari hasil pukulan yang dia dapatkan setiap harinya. Kekuatan pukulannya hampir mencapai lima ratus kilogram. Lima ratus kilogram! Itu adalah berat tripod kuno.

Bagi para pemurni, kekuatan tripod adalah momen yang menentukan. Hanya setelah mencapai kekuatan tripod barulah seseorang bisa dikatakan resmi menjadi seorang pemurni.

Dan Zen telah mencapai semua ini dalam waktu kurang dari sebulan.. Perkembangan dan peningkatan yang secepat itu belum pernah terjadi di dalam Klan Luo. Bahkan jika seseorang mencari di seluruh kekaisaran, akan sulit untuk menemukan orang lain yang terampil seperti Zen.

Mau bagaimanapun juga, memurnikan tubuh dengan cara menghilangkan kotoran dari tubuh melalui ketekunan berarti melakukan latihan selama puluhan tahun karena tubuh hanya bisa melepaskan kotoran dalam jumlah yang menyedihkan setiap harinya.

Namun, untuk memurnikan tubuh dengan dipukuli setiap hari memakan waktu seribu kali lebih cepat...

Hari ini, Zen menyadari ada sesuatu yang berubah ketika dia pergi ke Aula Seni Bela Diri.

Meskipun pada awalnya anak-anak enggan menggunakannya sebagai karung tinju, setelah Zen bersikeras, mereka akhirnya melemparinya dengan pukulan bertubi-tubi. Zen tidak merasakan sakit sedikit pun. Hampir seolah-olah kekuatan anak-anak ini telah melemah.

Zen hendak memberitahu mereka untuk memukul lebih keras, tapi dia memilih untuk tetap diam. Dia menyadari bahwa anak-anak tidak menahan diri mereka untuk memukulnya setelah mengamati untuk beberapa waktu. Mereka menggunakan semua kekuatan yang mereka punya untuk memukulnya. Lalu mengapa dia tidak merasakan sedikit pun kekuatan mereka?

Yang lebih buruknya lagi adalah setiap pukulan yang dia terima hanya menghasilkan sedikit kehangatan di tubuhnya.

Jika serangan sebelumnya menghasilkan arus hangat sebesar ibu jari, serangan saat ini hanya menghasilkan kehangatan sebesar jari kelingking. Zen menjadi khawatir bahwa efisiensinya berkurang dengan sedikit kehangatan yang memurnikan tubuhnya secara alami.

Setelah kembali ke ruang bawah tanah malam itu, Zen melihat kotoran yang tersapu bersih dari tubuhnya. Kecurigaannya dikonfirmasi ketika dia melihat bahwa jumlah kotoran yang dipaksa keluar dari tubuhnya itu telah berkurang sekitar setengah dari jumlah biasanya.

Perubahan ini membuat Zen merasa cemas. Dia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya.

Mungkinkah tubuhnya sudah menjadi lebih keras?

Menurut teori pemurnian senjata misterius, kekuatan tubuhnya sekarang seharusnya sebanding dengan senjata misterius tingkat rendah.

Kekuatan senjata misterius secara bertahap akan meningkat setelah pemurnian yang mendalam dan terus-menerus. Namun efek pemurnian umum akan berkurang dan rendah jika kekuatan senjata telah mencapai batas tertentu.

Sebagian besar siswa di Aula Seni Bela Diri berada di tingkat pemurnian kulit. Bahkan Melvin, anak yang kekuatan tenaga dalamnya begitu kuat saja masih sebanding dengan seseorang yang ada di tingkat pemurnian daging.

Sekarang, puluhan kilogram kekuatan sedang menghantam tubuh Zen di Aula Seni Bela Diri. Namun pukulan-pukulan itu sepertinya tidak cukup karena efeknya terasa terlalu kecil di tubuhnya. Sepertinya Zen perlu menemukan orang yang lebih kuat untuk memukulnya untuk terus menyempurnakan tubuhnya jika dia ingin mendapatkan hasil yang lebih baik.

Tapi Zen tidak tahu bagaimana cara untuk menemukan seseorang yang lebih kuat di sana. Tidak mungkin meminta para tetua dalam keluarga untuk memurnikan tubuhnya...

Hari Latihan Keluarga hanya tinggal beberapa hari lagi. Pada hari ini, semua siswa akan mencoba sebaik mungkin dan bekerja dengan kekuatan penuh. Pukulan yang akan dia dapatkan pasti akan lebih kuat. Tapi yang terpenting adalah jika dia selamat hari itu, dia akan bisa mendapatkan kebebasannya dan meninggalkan keluarga Luo.

Zen tidak khawatir akan terluka pada Hari Latihan Keluarga karena dia hampir tidak bisa merasakan sakit sedikit pun dari pukulan yang diberikan oleh anak-anak Luo.

Zen duduk di depan lampu redup di kamarnya di ruang bawah tanah. Matanya yang cerah bersinar di dalam cahaya dan dipenuhi dengan ketabahan saat dia memikirkan rencananya.

Sudah dua tahun berlalu sejak keluarganya difitnah. Zen tetap menjadi budak yang patuh selama ini. Namun, dia tidak bisa melupakan rasa sakit dan kebencian yang dia rasakan ketika ayahnya dibunuh. Dia hidup dengan rasa malu sebelumnya karena dia merasa terlalu lemah. Sekarang, Zen beruntung telah menemukan teori pemurnian magis, yang menciptakan tubuhnya menjadi spesial. Dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini!

Sebelumnya              Selanjutnya
img
Konten
Bab 1 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Satu) Bab 2 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Dua) Bab 3 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Satu) Bab 4 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Dua) Bab 5 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Satu) Bab 6 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Dua) Bab 7 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Satu) Bab 8 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Dua) Bab 9 Krisis (Bagian Satu) Bab 10 Krisis (Bagian Dua) Bab 11 Upaya (Bagian Satu) Bab 12 Upaya (Bagian Dua) Bab 13 Hari Latihan Keluarga (Bagian Satu) Bab 14 Hari Latihan Keluarga (Bagian Dua)
Bab 15 Pukulan Fatal (Bagian Satu)
Bab 16 Pukulan Fatal (Bagian Dua)
Bab 17 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Satu)
Bab 18 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Dua)
Bab 19 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Satu)
Bab 20 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Dua)
Bab 21 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Satu)
Bab 22 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Dua)
Bab 23 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Tiga)
Bab 24 Api Hitam Dan Sisik Naga
Bab 25 Kebebasan (Bagian Satu)
Bab 26 Kebebasan (Bagian Dua)
Bab 27 Kebebasan (Bagian Tiga)
Bab 28 Ibukota Kaisar (Bagian Satu)
Bab 29 Ibukota Kaisar (Bagian Dua)
Bab 30 Provokasi (Bagian Satu)
Bab 31 Provokasi (Bagian Dua)
Bab 32 Ujian Awal (Bagian Satu)
Bab 33 Ujian Awal (Bagian Dua)
Bab 34 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Satu)
Bab 35 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Dua)
Bab 36 Lulus Ujian Awal (Bagian Satu)
Bab 37 Lulus Ujian Awal (Bagian Dua)
Bab 38 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian satu)
Bab 39 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian Dua)
Bab 40 Kejutan (Bagian Satu)
Bab 41 Kejutan (Bagian Dua)
Bab 42 Pil Panjang Umur
Bab 43 Amarah Zen (Bagian Satu)
Bab 44 Kemarahan Zen (Bagian Dua)
Bab 45 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Satu)
Bab 46 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Dua)
Bab 47 Yan Luo
Bab 48 Gunung Berdarah (Bagian Satu)
Bab 49 Gunung Berdarah (Bagian Dua)
Bab 50 Ryan Fang (Bagian Satu)
Bab 51 Ryan Fang (Bagian Dua)
Bab 52 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Satu)
Bab 53 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Dua)
Bab 54 Tujuh Klan Bangsawan Teratas
Bab 55 Terpaksa Bertarung (Bagian Satu)
Bab 56 Terpaksa Bertarung (Bagian Dua)
Bab 57 Mati-matian Melawan (Bagian Satu)
Bab 58 Mati-matian Melawan (Bagian Dua)
Bab 59 Raksasa (Bagian Satu)
Bab 60 Raksasa (Bagian Dua)
Bab 61 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Satu)
Bab 62 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Dua)
Bab 63 Perasaan Tertekan
Bab 64 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Satu)
Bab 65 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Dua)
Bab 66 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Satu)
Bab 67 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Dua)
Bab 68 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Satu)
Bab 69 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Dua)
Bab 70 Gunung Neraka (Bagian Satu)
Bab 71 Gunung Neraka (Bagian Dua)
Bab 72 Masalah Tiada Akhir
Bab 73 Tantangan
Bab 74 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Satu)
Bab 75 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Dua)
Bab 76 Permainan Kucing dan Tikus (Bagian Satu)
Bab 77 Permainan Kucing Dan Tikus (Bagian Dua)
Bab 78 Mencapai Tingkat Pemurnian Sumsum
Bab 79 Tetap Tenang (Bagian Satu)
Bab 80 Tetap Tenang (Bagian Dua)
Bab 81 Tetap Tenang (Bagian Tiga)
Bab 82 Kebenaran Yang Dingin Dan Keras
Bab 83 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Satu)
Bab 84 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Dua)
Bab 85 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Satu)
Bab 86 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Dua)
Bab 87 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Satu)
Bab 88 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Dua)
Bab 89 Diselamatkan (Bagian Satu)
Bab 90 Diselamatkan (Bagian Dua)
Bab 91 Tantangan Yang Tak Terduga
Bab 92 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Satu)
Bab 93 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Dua)
Bab 94 Kesempatan Dalam Kesempitan
Bab 95 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Satu)
Bab 96 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Dua)
Bab 97 Nasib Tragis (Bagian Satu)
Bab 98 Nasib Tragis (Bagian Dua)
Bab 99 Binatang Raksasa Di Danau Lava
Bab 100 Perubahan Menjadi Senjata Spiritual (Bagian Satu)
img
  /  8
img
img
img
img