img Pendewaan  /  Bab 11 Upaya (Bagian Satu)  | 1.47%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Bab 11 Upaya (Bagian Satu)
Jumlah Kata:1079    |    Dirilis Pada:05/01/2022

Zen menuangkan air dingin ke tubuhnya dan melihat kotoran berwarna susu mengalir bersama air dan menuju tanah.

Dagingnya tidak lagi memiliki sisa kotoran untuk dihilangkan karena dia telah mencapai tingkat pemurnian tulang. Jadi sekarang kotoran berwarna putih susu lah yang sedang dicuci dan dikeluarkan dari tulangnya.

Zen memejamkan matanya sambil menikmati betapa segarnya tubuhnya setelah membasuh semua kotoran dari tulangnya.

Darren tidak pernah datang lagi ke sel Zen sejak dia memukuli pelayan itu. Kurangnya pengawasan dari para penjaga ini membuat Zen memiliki lebih banyak kebebasan.

Setiap malam, Zen menyandarkan tempat tidur besinya ke dinding ruang bawah tanah dan kemudian menggunakan lapisan kain untuk membungkus rangka tempat tidur dan membuat tiang latihan sederhana.

Sebagian besar kekuatan dari tinjunya diserap oleh dinding yang tebal karena dia menempatkan bingkai tempat tidur dekat dengan dinding batu di ruang bawah tanah. Zen telah mengambil tindakan pencegahan dengan membungkus rangka tempat tidur dengan kain sehingga suara tinjunya yang mengenai rangka besi berkurang seminimal mungkin. Tidak ada seorang pun yang bisa mendengar bahwa dia sedang berlatih diam-diam karena dia sedang berada di ruang bawah tanah yang jauh dari bangunan utama.

Dia memulai latihannya dengan menggunakan 'Tinju Cahaya Ungu', yang telah diwarisi oleh Klan Luo sejak ratusan tahun yang lalu. Itu adalah pengetahuan yang sudah hilang saat ini, dan hanya segelintir orang yang tahu rahasianya. Bahkan kerabat tidak langsung dari Klan Luo tidak mendapatkan kesempatan untuk mempelajari rahasia Tinju Cahaya Ungu.

Zen menyunggingkan seringai di bibirnya. Teknik rumit dari Tinju Cahaya Ungu tidak sesulit sebelumnya sejak dia mencapai tingkat pemurnian tulang. Dia sadar bahwa dia masih akan kesusahan karena dia tidak dapat berlatih selama dua tahun terakhir ini. Namun dia sekarang bisa bermain sesuka hatinya dengan menggunakan kekuatan barunya.

"Kekuatan Tinju Ungu!"

"Bum bum bum bum bum bum bum!"

Tujuh suara yang teredam bergema ke seluruh penjuru sel Zen yang tenang.

Kekuatan Tinju Ungu adalah bagian terdalam dari jurus Tinju Cahaya Ungu. Setiap pukulan mampu menyebabkan banyak cedera di badan seseorang. Jumlah luka menunjukkan seberapa tinggi tingkat penggunaan 'Kekuatan Tinju Ungu'.

Tujuh suara yang teredam menunjukkan bahwa pukulan yang Zen lakukan bisa menyebabkan tujuh luka. Tapi Zen masih tidak puas dengan hasil ini.

Ayah Zen pernah memberitahunya bahwa dia dapat menyebabkan delapan luka besar ketika dia menggunakan Kekuatan Cahaya Ungu pada tingkat pemurnian tulang. Namun, Zen hanya bisa menyebabkan tujuh luka serius meskipun dia sedang berada di tingkat yang sama dengan ayahnya. Pengetahuannya tentang Kekuatan Tinju Ungu tidak cukup mengesankan. Jadi jelas dia perlu berusaha lebih baik dari sekarang.

Hanya suara yang teredam yang bisa terdengar karena setiap pukulan mengenai bagian atas lapisan kain.

Kekuatan Zen telah berkembang pesat sejak dia mencapai tingkat pemurnian tulang.

Perrin sudah melangkah ke puncak tingkat pemurnian tulang. Dengan demikian, kekuatan setiap pukulan Perrin memiliki dampak yang setara dengan hampir lima ratus kilogram.

Tapi Zen baru saja masuk ke tingkat pemurnian tulang. Dia memperkirakan kekuatan tinjunya hanya sekitar 300 hingga 350 kilogram.

Ini masih tidak cukup untuk melawan Perrin.

Zen sangat ingin masuk ke dalam Sekte Awan.

Hatinya terasa seberat batu ketika memikirkan adik perempuannya yang sedang dibuang ke Gunung Neraka.

Yan adalah orang yang selalu patuh dan berperilaku baik. Tidak mungkin baginya untuk menjadi pembuat onar. Dia pasti telah dijebak sampai-sampai dia bisa mendapatkan hukuman yang mengerikan itu. Zen perlu masuk ke dalam Sekte Awan sesegera mungkin. Ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa melindungi Yan!

"Bum bum bum!" Kekuatan yang digunakan Zen meningkat sedikit demi sedikit seiring waktu berlalu.

Sekte Awan adalah sekolah seni bela diri terbesar yang ada di Ibukota Kaisar. Mereka merekrut banyak siswa dalam skala luas setiap tahunnya.

Anak-anak muda di seluruh penjuru Ibukota Kaisar juga ingin dipilih oleh Sekte Awan. Tidak hanya memiliki sumber daya terbaik, tetapi Sekte Awan juga memiliki pelatih yang paling berpengalaman dan profesional yang bisa mengajari mereka banyak hal.

Namun, prasyarat untuk diterima masuk ke Sekte Awan sangat ketat.

Setiap siswa di sana harus sangat berbakat, seperti Yan, yang dengan mudah diterima di sana.

Tak perlu diragukan lagi bahwa sebagian besar siswa di Sekte Awan sangat kuat. Mereka yang ada di sana lebih baik daripada anak-anak lain dalam segala hal. Prestasi Zen yang baru mencapai tingkat pemurnian tulang tidak akan cukup untuk masuk ke sana.

'Aku sekarang sedang dimurnikan. Tingkat tubuhku berubah seiring berjalannya waktu. Tetapi aku perlu berlatih lebih keras jika aku ingin meningkatkan tubuhku dengan cepat!'

Zen menggertakkan giginya sambil memikirkan ini dan melayangkan pukulan keras ke bingkai tempat tidur.

Zen selalu ingin menyempurnakan seni bela diri tertinggi sejak dia masih kecil. Pencariannya akan bentuk sempurna ini telah membentuknya menjadi remaja yang teliti dan bertanggung jawab. Dia telah bertambah baik selangkah demi selangkah. Ayah Zen selalu memujinya karena ketekunannya ketika dia masih hidup.

Tetapi pertumbuhannya dipaksa berhenti sejak kematian ayahnya dan pengusirannya dari Klan Luo yang menyebabkan Zen diperlakukan sebagai budak. Dia tidak hanya memiliki sedikit pun kesempatan untuk berlatih sendiri, tetapi suasana hatinya juga sangat terpengaruh.

Tapi sekarang Zen telah mendapatkan kembali kepercayaan dirinya yang telah lama hilang. Dia juga punya tujuan baru yang harus dia gapai. Sekarang adalah waktu yang tepat baginya untuk mengejar ketinggalannya.

Dia tidak tidur sepanjang malam untuk berlatih.

Zen bahkan sudah tidak bisa menghitung berapa banyak pukulan yang dia layangkan ke bingkai tempat tidur. Tetapi dia dapat melihat hasil dari pukulan tinjunya karena kain itu sekarang menempel ke dinding. Dia harus mencabut kain itu dengan hati-hati dan menariknya dengan lembut.

Pada siang hari, ia menjadi lebih aktif dalam berusaha mengejar pemurnian yang lebih lagi.

Zen berjalan ke Aula Seni Bela Diri setiap hari untuk berlatih sebanyak mungkin meskipun para penjaga tidak lagi datang untuk menjemputnya.

Dia bahkan menawarkan dirinya secara sukarela kepada anak-anak Luo untuk memukulinya. Ini tidak diragukan lagi merupakan langkah yang berisiko karena orang bisa saja mengetahui kebenarannya.

Apalagi dia sekarang dipukuli lebih sering dan lebih parah daripada budak lainnya. Namun dia tidak memiliki luka sedikit pun di tubuhnya. Ini pasti akan menarik pertanyaan dari orang-orang yang Zen sendiri bahkan tidak bisa menjawabnya.

Tapi Zen tetap melanjutkannya. Dia telah memutuskan untuk tidak terlalu peduli tentang kemungkinan apa yang akan terjadi. Dia tahu dia perlu terus menerus dipukuli untuk memperbaiki tubuhnya sesegera mungkin. Kalau tidak begitu, dia tidak akan bisa meningkatkan kekuatannya dalam waktu singkat.

Beberapa anak Luo memang sudah menganggap perilaku Zen aneh. Mereka juga mengerutkan keningnya ketika mereka melihat betapa parahnya dia dipukuli. Tapi sikap Zen tetap terlihat ceria terlepas dari situasinya, yang bertentangan dengan bagaimana budak biasanya berperilaku ketika dipukuli. Sebaliknya, dia tampak percaya diri seperti anak-anak Luo yang ada di sana, hampir seolah-olah dialah yang sedang memukuli orang lain!

Sebelumnya              Selanjutnya
img
Konten
Bab 1 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Satu) Bab 2 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Dua) Bab 3 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Satu) Bab 4 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Dua) Bab 5 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Satu) Bab 6 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Dua) Bab 7 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Satu) Bab 8 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Dua) Bab 9 Krisis (Bagian Satu) Bab 10 Krisis (Bagian Dua) Bab 11 Upaya (Bagian Satu) Bab 12 Upaya (Bagian Dua) Bab 13 Hari Latihan Keluarga (Bagian Satu) Bab 14 Hari Latihan Keluarga (Bagian Dua)
Bab 15 Pukulan Fatal (Bagian Satu)
Bab 16 Pukulan Fatal (Bagian Dua)
Bab 17 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Satu)
Bab 18 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Dua)
Bab 19 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Satu)
Bab 20 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Dua)
Bab 21 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Satu)
Bab 22 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Dua)
Bab 23 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Tiga)
Bab 24 Api Hitam Dan Sisik Naga
Bab 25 Kebebasan (Bagian Satu)
Bab 26 Kebebasan (Bagian Dua)
Bab 27 Kebebasan (Bagian Tiga)
Bab 28 Ibukota Kaisar (Bagian Satu)
Bab 29 Ibukota Kaisar (Bagian Dua)
Bab 30 Provokasi (Bagian Satu)
Bab 31 Provokasi (Bagian Dua)
Bab 32 Ujian Awal (Bagian Satu)
Bab 33 Ujian Awal (Bagian Dua)
Bab 34 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Satu)
Bab 35 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Dua)
Bab 36 Lulus Ujian Awal (Bagian Satu)
Bab 37 Lulus Ujian Awal (Bagian Dua)
Bab 38 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian satu)
Bab 39 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian Dua)
Bab 40 Kejutan (Bagian Satu)
Bab 41 Kejutan (Bagian Dua)
Bab 42 Pil Panjang Umur
Bab 43 Amarah Zen (Bagian Satu)
Bab 44 Kemarahan Zen (Bagian Dua)
Bab 45 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Satu)
Bab 46 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Dua)
Bab 47 Yan Luo
Bab 48 Gunung Berdarah (Bagian Satu)
Bab 49 Gunung Berdarah (Bagian Dua)
Bab 50 Ryan Fang (Bagian Satu)
Bab 51 Ryan Fang (Bagian Dua)
Bab 52 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Satu)
Bab 53 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Dua)
Bab 54 Tujuh Klan Bangsawan Teratas
Bab 55 Terpaksa Bertarung (Bagian Satu)
Bab 56 Terpaksa Bertarung (Bagian Dua)
Bab 57 Mati-matian Melawan (Bagian Satu)
Bab 58 Mati-matian Melawan (Bagian Dua)
Bab 59 Raksasa (Bagian Satu)
Bab 60 Raksasa (Bagian Dua)
Bab 61 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Satu)
Bab 62 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Dua)
Bab 63 Perasaan Tertekan
Bab 64 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Satu)
Bab 65 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Dua)
Bab 66 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Satu)
Bab 67 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Dua)
Bab 68 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Satu)
Bab 69 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Dua)
Bab 70 Gunung Neraka (Bagian Satu)
Bab 71 Gunung Neraka (Bagian Dua)
Bab 72 Masalah Tiada Akhir
Bab 73 Tantangan
Bab 74 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Satu)
Bab 75 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Dua)
Bab 76 Permainan Kucing dan Tikus (Bagian Satu)
Bab 77 Permainan Kucing Dan Tikus (Bagian Dua)
Bab 78 Mencapai Tingkat Pemurnian Sumsum
Bab 79 Tetap Tenang (Bagian Satu)
Bab 80 Tetap Tenang (Bagian Dua)
Bab 81 Tetap Tenang (Bagian Tiga)
Bab 82 Kebenaran Yang Dingin Dan Keras
Bab 83 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Satu)
Bab 84 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Dua)
Bab 85 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Satu)
Bab 86 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Dua)
Bab 87 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Satu)
Bab 88 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Dua)
Bab 89 Diselamatkan (Bagian Satu)
Bab 90 Diselamatkan (Bagian Dua)
Bab 91 Tantangan Yang Tak Terduga
Bab 92 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Satu)
Bab 93 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Dua)
Bab 94 Kesempatan Dalam Kesempitan
Bab 95 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Satu)
Bab 96 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Dua)
Bab 97 Nasib Tragis (Bagian Satu)
Bab 98 Nasib Tragis (Bagian Dua)
Bab 99 Binatang Raksasa Di Danau Lava
Bab 100 Perubahan Menjadi Senjata Spiritual (Bagian Satu)
img
  /  8
img
img
img
img