img Mengejar Cinta Ustaz Tampan  /  Bab 3 Kegalauan Dian | 6.98%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Kegalauan Dian

Jumlah Kata:1645    |    Dirilis Pada: 09/03/2022

eri sekarang apa saja? Berita tentang beliau tidak segencar awal menja

versi. Kamu udah pintarlah cari hot topic tanpa perlu disuruh lagi,

bercabang. Tidak hanya masalah pekerjaan, tapi juga teror jodoh yang dilayan

satu bidang dengannya saat melihat D

dan kanan. Dia mengambil laptop

ng gue, Cong,” jawabn

engernyit. Tampak kegalauan di paras bulat tersebut. Dia berjalan

anas di

dia terduduk lesu di kursi kerjanya. Ruangan kerja di bagian berita politik memanjang. Setiap meja kerja wartawa

ak perempuan yang berusia

at. Tangan Dian mengambil sesuatu dari tas ransel, lalu

Syuk,” tawar gadis itu menyodork

engambil satu potong brownies,

mau dijodohin?” sambung Syukria

gan, lalu mencomotnya seperempat. Pot

yang nggak dikenal dan nggak dicintai. Giman

sekarang rumah tangganya langgeng tuh,” ko

Dian berdecak kagum membayangkan perubahan

mbil tumbler minuman yang ada di atas meja. Setelah mene

api alhamdulillah cinta bisa tumbuh seiring berjalannya wak

juga?” Dian men

kepala. “Lewat taaruf

ma orang yang dikenal enak, Cong. Lha cowok yang mau

epengin nikah, malah gue yang didesak nik

arusan. “Aku juga langkahin Kakak kok, Kak. Emang kenap

n tubuh. “Serius? Emang

guk lagi. “Kak Raline juga dul

melempar tisu yang sudah diremas ke wajah Syukri

ntang si Rara?” Dian menyipitk

an sedih juga waktu dia ditinggal kabur pas nikah. Untung dapat

tnya Raline memang wanita yang beruntung. Apalagi pernikah

anjurkan untuk menikah, bahkan bisa jadi wajib.” Syukria mengubah posisi duduk menjadi tegak dan menatap s

e yang nikah dulu?” Dian dan

Menikah itu sunah, barang siapa yang nggak mengamalkan sunah Rasulullah, orang itu buk

merinding. Mata hitam bulat itu terpejam sebentar ketika in

berikhtiar cari jodoh di m

*

menjelang

sedang milik gadis yang masih berada di bawah selimut. Berkali-kali ia mematikan alarm, suara nada dering

mamnya dengan suara s

asjid subuh-subuh, Dian.

tubuh langsung turun ke bawah. Mata yang

e masjid cari jod

yang tadi cerah, tib

gimana?” Dian menarik lagi s

a menduga-duga.” Penggalan percakapan

posisi menjadi duduk. Dengan tekad yang bulat, ia langsung beranjak ke kamar

enuju lemari, berniat mencari mukena yang sering dikenakan ketika melakukan salat Ied. Kepala auto terkulai lesu ke

h pewangi pakaian. “Ayo, Di. Bau apek mukena dan sajadah bis

ee

ee

ee

satu setel mukena dan selembar sajadah. “Untuk menj

i. Bisa jadi bahan tertawaan jika sampai sang Adik melihat dirinya pergi ke

sana, batinnya menatap s

stikan belum ada pergerakan apa-apa di ruang tamu dan dapur, Dian segera melangkah cepat m

kunci rumah yang dipegangnya. Beruntung masi

n rumah. Jari tangan bergerak ke arah kepala, memastikan rambutnya sudah rap

njalankan mi

enarnya tidak jauh dari rumah. Hanya memakan waktu lima me

ugaan, mayoritas jamaah berusia lima puluh tahun ke atas. Sebentar! Kelopak mata Dian berkedip pelan, keti

pelan. Paling tidak, kehadiran anak berusia sepuluh tah

t mengambil air wudu. Begitu selesai mengambil wudu, Dian langsung dduduk di saf palin

a enam puluh tahunan seraya menepuk ruang kosong y

epala seraya nyengir

ng yang di depan. “Jamaah wanita subuh-subuh tidak ramai

yang didatangi jamaah ketika salat Ied dilaksanakan

ahut Dian merasakan pipi

ada kultum dari ustaz lulusan Inggris.”

anggap D

ah punya gelar doktor,” balas

dangannya beralih ke arah saf laki-laki, meski terhalang tirai pembatas. Paling ti

Dian. Saatnya menunaikan ibadah salat subuh. Tiba-tiba te

” bisik perempuan paruh baya itu me

belakang kepala hingga bahu, ia bisa memperkirakan usia pria yang kini bersiap untuk memimpin

da banget tuh, du

tu tidak berkedip sedikitpun melihat sosok tampan nan rupawan sedang mengecek saf, sebelum salat dimulai. Hidung man

,” ucap suara bariton mem

i masjid, bisik Dian di dalam hati dengan tatapan

ambu

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY