img Anything For You  /  Bab 4 Samantha | 22.22%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Samantha

Jumlah Kata:2209    |    Dirilis Pada: 23/03/2022

nd

ks out, the sky will understand; but now it hurts, to watch you leav

patku menyewa sebuah guest house untuk tinggal selama mengerjakan project tersebut. Sudah beberapa bulan aku non-stop mengerjakan project yang seolah tak pernah ada habisnya, bukan aku tidak bersyukur, aku hanya berpik

apa yang kulakukan, selalu seperti itu dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkadang membuatku darah di dalam kepalaku mendidih, dan membuatku semakin lama semakin lelah, ya … dan aku

u? Aku tak menjawab, hanya menolehkan sedikit kepalaku, dalam keadaan yang tak begitu terang, aku bisa melihat sosok seorang perempuan berkacamata se

ikkan satu alis. Sosok itu

melihat hantu, sedang apa kau di

jauh dari minimarket yang dimaksud, karena tanpa berkata apapun, Samantha menunjuk ke ar

a berjalan mendekat, lalu tanpa banyak basa basi naik ke atas jok motor, lu

berkena

nulis yang kaukenal di sebuah group dan tak pernah memajang wajah di media s

seorang pemberontak sejati; celana pendek sobek-sobek di bagian kanan dan kiri samping, jaket parka berwarna hijau, dengan kaus berwar

in makan

sudah lapar terla

nya tertawa kecil seraya membetulkan letak kacamata. Benar-benar tak seperti yang ada di dalam bayanganku selama ini, perempuan ini lain dari yang lain. “Kok, kau bisa tahu aku yang sedang menun

tak tahu jalan,” jawabnya panjang lebar, lalu tertawa terbahak-bahak memamerkan sederet gigi putih yang cukup rapi dan membuatnya terlihat semakin menari

n traktir kau makan, bagaimana kala

ebut. Sebuah aroma ringan yang sedikit maskulin bagiku, memang benar-benar berbeda perempuan satu ini, dia bisa kukatakan istimewa, aku

atikannya, setiap gerakan kecil yang dibuatnya, membuat detak jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, aneh? M

, hanya satu yang mungkin membuat berbeda, karena perempuan yang sedang duduk di hadapanku saat ini sepertinya yang membuat suasana sedikit beda dari b

au yang dikenakannya, diambilnya sebatang, dinyalakan kemudi

a-tiba masih dengan sebatang rokok yang m

ok lebih dulu oleh teamku, dan aku menyelamatkan sisanya.” Aku menyer

yang sedang kauk

n menyelesaikan pekerjaan karena hujan turun menghajar daerah Pecatu.” Ya, hobi panjat tebing saat aku masih menjadi anggota MAPALA aktif di Klaten, ternyata bisa dijadikan ladang mata pencaharian. Aku

kau tuka

ekerja lapangan, cat berwarna putih mengotori setiap sisi pakaian yang kukenakan, sehingga kaus lengan panjang yang seharusnya berwar

beda dengan yang ada di dalam pikiranku, aku sungguh-sungguh tak mengira ini kau,” ujarnya, lagi-lagi dia tertawa. Tuhan, jangan biarkan dia tertawa sekali lagi, tawanya benar-benar membuat jantungku sem

itu kan yang i

u belum men

apa yang kaula

at, lalu melanjutkan kembali kesibukannya meng

ana keadaanm

ini aku baik-ba

‘mungkin’, apa ada y

ksu

udian menjawab, “Tak ada yang perlu disembunyikan, mungkin sampai hari ini, aku masih baik-baik saja,” dijawabnya pertanyaanku tanpa diselin

, kau baik

eful

ertanyaanku. Besok k

pagi, kau mau men

g, kau mau nongkrong d

uh dari sini, aku akan menemanimu, kau adalah tamu

enemaniku, tapi dari wajahnya, aku bisa melihat

, kau adalah tam

lah.

a, tak ada habisnya bahan cerita yang diceritakan oleh Samantha kepadaku. Perempuan berwajah oriental, dengan senyumnya yang manis disertai lesung pipi, serta tawanya yang

amantha secara tiba-tiba m

tha menohok dadaku, kenapa

timu pasti su

tak pernah berpikir tent

mantha memotong kalimatku dan menyambung deng

perti i

l yang menjadi pertimbangan, kenapa aku belum menikah di usia lelaki sepertiku, mungkin semua karena masa laluku, terlalu banyak hal, yang pada akhirnya membua

alu setelah mendengar kata pernikahan yang disebutkan Samantha di atas. Aku pernah atau mungkin masih merasakan sakit hati akan masa laluku, terkadang hal itu muncul secara tiba-tiba dan m

” goda Samantha ketika aku

ku padanya disam

aku ingin, ak

panggil

Y

—“ Aku sendiri tak tahu ke

pa, N

a apa-apa,

emudian mengangkat satu alis, menatapku dengan

lah, aku sudah lu

ali, meski kuakui, ya … baru saja kuakui jika aku mulai tertarik dengan perempuan di hadapanku saat ini. Kujelaskan aku bukan seorang bajingan, setidaknya tak sebajingan laki-laki lain, tapi … perempuan ini memang lain, berbicara dengannya seperti baru saja menengak sebotol minuman beralkohol tinggi atau menelan pil

u belum m

mbuatku terkapar,” jawabku sambil terta

r dua puluh m

seperti sebuah candu yang membuatku lupa

akkan kedua matanya, dia terlih

gi? Aku tak mungkin membiarkannya. Lagipula aku yang mengajakmu

n sangat cepat. Aku sendiri sempat

ikl

apa yang ada di dalam pikiranku ya? Aku bertanya dia pulang jam berapa, apa ini bentuk dari rasa tertarikku pada perempuan di depanku? Baru

etenga

mengatakan dalam keadaan sadar, sudah kukatakan bukan, aku belum mabuk, minuman di dalam ge

yang berpura-pura menawarkan diri kemudian berbaik-baik ria, lalu segalanya pada akhirnya berakhir di tempat tidur. Ap

jemputku?” tanyanya lagi

pa aku

tertawa terbahak-bahak. Sepertinya aku tak rela malam ini berakhir, aku masih menikmati kebersamaanku bersama Samantha, tertawa bersamanya, jarang bisa menemui seorang perempuan yang tak

satunya jalan, agar aku masih bisa terus berbicara dengannya,

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY