img The Blue Eyes  /  Bab 2 Sepasang Mata Beriris Biru | 5.71%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Sepasang Mata Beriris Biru

Jumlah Kata:1047    |    Dirilis Pada: 31/03/2022

E

nis di seberang meja makan sambil menemaniku bersantap. Kadang pula dia hanya muncul selintas di

ang meja. Memandangiku seraya mengulaskan senyuman sambil merapikan ramb

, tetapi kali ini berbeda. Gaun biru tua itu tidak terlalu panjang dan kuperkirakan hanya sebatas betis. Aksen renda p

hangat untukku di atas meja, tiba-tiba saja Viana m

" seru perempua

u sembari menghentik

tangan kiri. Tatapannya mengarah lurus ke seberang meja, tem

dagu untuk memberikan kode agar dia segera pergi. Viana mengerucutkan bibir dan melipat tangan

pura-pura lugu. Padahal dal

ntuk mengintip. Kemudian, menurunkan t

g," jelas Bu Ismi. Matanya berputar ke sekeliling

ia sering

awab Bu Ismi sembari menarik kursi di sebelahku. Beliau duduk dan

sangat ingin kuketahui. Terutama karena kemunculan Viana, dan beberapa makhluk tak kasatmata

a dan ibunya tidak diajak serta. Mereka tetap tinggal di sini sampai ibunya wafat. Ma

nyaku. Sangat penasaran d

n tahun," jelas Bu Ismi. "Pembeli villa pertama, pak Dirga menjual villa ini ke pak Ridwan, orang

malam yang tertunda sambil mendengarkan dongeng Bu Ismi dengan saksama,

memandangi punggung perempuan paruh baya itu hingga sosoknya me

n babytery yang cukup mampu melindungi dari dinginnya malam. Meraih topi raj

ng pintu, menyalakan benda itu hingga sinarnya cukup tera

angkat ujung pintu yang sedikit macet, sebelum membuka pagar dan menutupnya kembali. Melangayunkan

yang merupakan warga dari kampung sekitar tempat ini. Selama hampir satu bulan tinggal di sini, hanya sesekali aku bertemu de

Rohim, satpam rumah sebelah, sesa

l sama warga yang suka nongkrong di sana,

sambil ngemil ini," tukas Pak Rohim sambil meng

him dengan cekatan menuangkan kopi hitam dari termos kecil yang selalu beliau bawa. Memberikan gelas

ak cuma jaga sendirian?" cecar

awabnya. "Kayaknya sih karena sawan, ketempelan han

empe

r mandi di dalam rumah juga udah nggak sanggup, katanya. Akhirnya dia pipis di bawah pohon itu," terangnya sambil

Langsung lari tunggang langgang si Iman. Ngebangunin bapak yang lagi tidur di kursi," ungkapnya sembari

an sampai sekarang," sambung Pak Rohim sambil memperhatikan sekelili

pertama kalinya aku dengar. Sementara keluarga Pak Tono mengaku hanya beberapa kali mel

rtutup, tetap saja aku kedinginan. Pak Rohim yang melihatku menggosok-gosokkan kedua telapak tangan mengajak

memindai sekitar, dan menuruti intuisi kali ini aku memandangi pohon jambu air di ba

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY