img Lentera Rindu  /  Bab 5 Telah Hilangkah Empati Dunia | 14.71%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Telah Hilangkah Empati Dunia

Jumlah Kata:1256    |    Dirilis Pada: 08/04/2022

a coba menghayati gaung tangis tersebut, ianya laksana lembing api yang menerobos jauh

pertanda buruk," gumam Bary

res

Rima, saat tengah bermenung di depan pintu gub

ka hanya mitos atau apa, tetapi konon burung tersebut tengah memberi kabar, bahwa akan ada seseorang

tara mereka yang akan pergi lebih dulu. Bary berpikir, andai sug

kan umur kami, aamiin,

a sempat diri merenung di bagian belakang gubu

m, Kak! Kenapa

" sambut Rima. "Ad

l menyodorkan kresek berisi

pulang oleh Bary. Padahal, daun bayam tersebut jelas-jelas

h satu lengannya, kemudian meraih tas kresek yang Bary sodo

bayinya, Rima beringsut ke bagian belakang gubuk. Di situ, ia duduk tepat di dep

t pisau dan bayam dari tangan Bary

idak ca

Saya masih bisa kalau hanya

annya. Bary benar-benar letih di sepanjang hari ini. Akan teta

i menguca. "Kakak mau minta tolong lagi

y. Bukan hanya tangan, tetapi bibir Rima pun juga

t, ya?" Bary tidak bisa l

ya belum makan sa

ak punya pilihan. Jika bukan pada Bary, pada siapa lagi, Rim

Kak?" sa

, mungkin inilah yang bikin anak ini menangis terus. Mungkin dia

t Bary. "Tapi Kak, saya

tnya dengan satu senyum kecil. Karena apa

uang kakak, padahal tadi kaka

ngnya, Kak?

il mengarahkan wajah ke kantung kain hitam yang

gkus, sama beras satu liter. Susu putih, ya! Pergilah! Pulang na

mlah uang dari kantung kain hitam yang

ke dalam gumbang air di kamar mandi sana. "Tidak usah

Sekalian," balas Ba

gubuk. Berlantaikan bumi, bertiangkan tajakan kayu bulat seukuran lengan orang dewasa. Keempat sudutnya be

ah dari ufuk barat sana, menyapa pucuk-pucuk pepohonan dengan salam damainya. Sedangkan di bumi, tinggallah piasnya

sekitar satu kilometer dari gubuk mereka. Warung milik Haji Ghofur, sang juragan kayu olahan, dan pengus

berapa puluh meter membelakangi gubuk, barulah Bary tersadar ternyata

en kosong, akhirnya tiba juga Bary di halaman warung terbesar yang ada desa ini. Desa yang di

k, Bary memanggil

langsung ke dalam warung karena tempo hari, beberapa minggu setelah mere

a Bary disuruh membayar harga tiga bungkus mi instan ya

?" Zahirah, anak tunggal Pak H

a ribuan dua bungkus," sahut Bary sembari menyodorkan uang sen

is yang tempo hari sering me

ya tunggu di sini

bentar, ya!" balas Zahi

rahlah bersekolah di SMP Negeri yang sama, di kecamatan sana. Waktu itu, Bary hanya sempat duduk di k

alam situ." Zahirah sud

yambut satu tas kresek hitam berisi b

au bapak tirinya si Rima, sud

ini, sontak menjeda langkah. "Belum, baru tau

waktu dia menghadapi sakaratul mautnya, dia berteriak-teriak macam Kambing yang mau disemb*lih. Mulutn

nya juga itu orang tua,

ang menghamili Rima, selanjutnya kesalahannya dilimpahkan pada Bary, ce

a ngobrol di dalam!" Zahirah

-buru mau singgah ambil air dulu. Permisi! Ass

rah. "Jangan-jangan suara burung Koa tadi malam mengabarkan kematian Kaerul? Kaerul mening

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY