img Lentera Rindu  /  Bab 7 Menutupi | 20.59%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Menutupi

Jumlah Kata:1632    |    Dirilis Pada: 08/04/2022

Rima lagi dengan nad

menutupi. "Perasaan, tidak ada tuh, saya den

a masanya Rima pasti akan tahu dengan sendirinya perihal meninggalnya si Kaerul y

memang hanya perasaan saya saja

ung Bary. "Saya juga tadi malam tid

mulai sibuk menjerang kayu bakar di atas

t pada sebuah cangkir kaleng bekas susu, salah satu c

untuk jaga-jaga jika bayinya menangis

beringsut menghamp

menyodorkan cangkir kaleng

asih kenyang. Buat Ka

harap, susu yang disodorkan oleh Rima, ti

"Tapi untuk Adek kamu," tambahnya

Bary. "Kak Rima menyebut bayi

?" tanya Rima lagi

rebahan sembari membaiki kain sarung bayinya. Di s

p kuah bayam seperti yang Kak Rima

membuyarkan

ak. Kenapa?

lakan api? Tapi kalau

bisa!" sambu

meraih korek api. "Bikin api di bagi

erlalu dekat, ya! Satu meteranl

k apa menyalakan api di tanah malam-malam

anting-ranting kering yang kebetulan melimpah ruah di sekitar la

Suara Rima begit

u gegas naik ke gubuk mend

u genggam baru lempar d

Kak," sa

umnya, tanpa kata ia langsung beringsut ke bagian dapur, mengambil se

emiliki satu pintu yaitu pintu utama gubuk, maka Ba

lemparkan ke dalam api. Setelah itu, Bary beringsut ke tangga gubuk, d

sudah menyal

kar g

menjak turun temurun, bahwa letupan-letupan kecil dan wangi garam yang termakan api, diy

api sugesti yang sudah mengakar dalam

diam, Bary kemb

n api, tapi kakak ndak sempat," ujar Rima saat

ehi Rima. Bary mengarahkan wajah, v

masih ada yang terle

akan menerangi Tembuni tersebut dengan petromak atau setidaknya satu batang lilin setiap magrib

apa pun pada Tembuni yang terke

an tembuninya,

wab Rima. "Besok kalau kamu ke kampung, tolong cari-carikan botol Krat

saya carikan, K

am, sibuk dengan pikiran mereka masin

aan yang sejak tadi Bary sungkan untuk

irnya habis Kakak pakai untuk kucek

n bau," ucap B

eru Rima. "Kamu su

?" Bary belum bisa merasa tenang ji

Bary, mengucap, "Besoklah! Dari t

gantuk. Tapi memang tidak ada yan

k perlu apa-apa, nant

asi bangun saja

k yang teramat sangat, tidak perlu menunggu

Rima pun memejamkan mata, coba men

an tenang, hari masih remang-re

ain sarung yang ia lilitkan pada dada, menutupi bagi

ember kita yang palin

tengah memejam, Bary

Bary pun meraih ember yang dimaksud oleh Rima barusan. Ember plastik berwarna hitam be

engah, Dek!" pinta Rima yan

Bary yang masih be

sedikit air, kemudian menyerahkannya pada Rima y

didih dari panci yang masih berada di atas tungku, lalu menuang

an seksama, Bary tak berbuat ap

alam ember yang berisi air dingin bercampur air mendidih,

embari mulai mengelap tubuhnya, dengan mengguna

n mandinya memang masih ada atau tidak, karena Bary sendiri sudah dua h

lu," tambah Bary dan langs

ma apabila lewat celah-celah dinding, ia men

ari-cari keberadaan sabun mandi yan

lagi yang sudah membawanya lari. Sial,

ucap Bary usai memastikan bahwa s

jeda beberapa saat sebelum Rima menja

y pun hanya membaw

serupa balok pipih dengan panjang sekira lima belasan centimeter dan l

murah, ia juga cukup awet. Per-picis-nya

uhnya. Setelah tiga hari tidak mandi, begitu ada ke

nyodorkan kain baju yang ia gu

ary menyambut

ni, ya!" seru Rima lagi sambil meny

lakukan seperti

l syarafnya yang putus. Sebenarnya, ini kalau kita punya uang macam orang lain, mau

mandi air panas begin

reka campur dengan doa-doa. Dulu itu, mana itu ada yang namanya rumah

kan bagian tertentu di tubuh Rima, dengan menggunakan kai

, Rima bert

rkan punggung ke dinding, menghadap Bary. Selang k

menunjuk bagian paling sesuatu di tubuhnya. "Pelan-pelan,

depan tungku dapur ini, tel

untuk menekan-tekankan kain basahan air hang

it lebih ke samping. Kali ini, Bary

dian yang tahu kebimbangan Bary. "Kalau tidak begitu

Bary benar-

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY