img Lentera Rindu  /  Bab 9 Tukasan Hajjah Maemunah | 26.47%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 9 Tukasan Hajjah Maemunah

Jumlah Kata:1757    |    Dirilis Pada: 08/04/2022

ghindar. Karenanya, meskipun dengan penuh ker

bicara dengan s

ukas Bu Hajjah Maemunah berapi-api. "Kamu

kulan beserta jerigen-jerigennya. Lalu, deng

malam itu saya beli beras satu l

Hajjah Maemunah, wanita paru

m. "Mana berani saya ngutang," tambahnya. Sampai di sini

Bary semakin cemas. Entah kenapa, Ba

wajah Bary, Bu Hajjah Maemunah menggerutu t

jauh di jalan raya sana, bar

nya seseorang yang tiba-tib

ga puluhan yang juga salah seorang pengrajin batu ba

ga, Mbak," sa

perempuan itu,

, Mbak," ucap

!" Risma bersikukuh,

anya Risma kemudian. Nada bicara Risma sudah mulai

. Bary pun sudah sedikit

perem

Mbak," jaw

engan dua orang anak yang masih balita

asana batin tidak menentu, hanya me

perekonomian Risma ini hanya beberapa tingkat di atas Bary, t

tah apa penyebabnya, sebagaimana dirinya dan Rima, Risma ju

iba Risma mengucap, "Sudah dulu, y

redar. Saat Bary menoleh, Bu Hajjah Maemuna

u

penuh amarah di wajah Bu Hajjah Maemunah. Mimiknya sangat menyeramkan. Sorot mata mendelik ta

guasai diri, Bu Hajjah Maemunah sudah

eli atau minta?" cecar penu

ry tergagap. Di sini, j

h dengan begitu sengitnya. "Mau sa

y sudah tidak ubahnya seekor anak ayam

ng Bary risaukan sejak tadi malam

ni Bary dengan berbagai macam cercaan, menikam

purna, pada akhirnya hanya bisa diam, meng

is bisa menyelesaikan masalah, sudah barang

ang seperti tengah ditusuk-tusukkan lembing api, telah memb

nganiaya Bary secara moral, ia mengus

ada di sini," caci Bu Hajjah Maemunah. "Mulai har

, saya masih

sampai saya masih lihat muka kamu di sini, saya suruh orang-orang supaya mereka seret ka

tnah, B

h Maemunah sambil melempar ja

ah su

is tumpah, usai meraih jerigen-jerigen ter

Bary, sedangkan Bary, terus saja melangkah

udah berada

n jati, tempat dimana biasa dia mengambil air. Sampai di sini, air

an, Bary mula

erlahan Bary merapat ke bibir sumur, men

, bayangan wajah manusia yang tengah

tu adalah wajah si miskin, yang ti

tkan murka dari Ilahi, maka sudah pasti Bary akan

pada permukaan air sumur. "Bary!" lirih Bary. "Sebenarn

bagaimana cara merangkai tetanyaannya. Akan tetapi, Bary tahu

si fakir

h semata. Tangis Bary menggurita, itu dikarenakan ad

a tak lagi bekerja, kelak,

banyak air mata lagi untuk bekal d

paran semakin pekat menjelagai pik

kami sedang butuh-butuhnya uang justru saya kehilangan pekerjaan

gisnya. "Kata orang, Kau Maha Adil. Benarkah?

ntuk berdiri. Lunglai, ia mundur beberapa langkah, menjauh dari sumu

erpekur. Hingga tanpa sadar, ia pun t

Bary saat terj

kan diri memindai sekel

a teringat akan Rima. Karenanya, gegas Bary bangkit

dah melangkah satu, membelah kegela

edihan yang tadi sempat teduh, tiba-tib

mana reaksi Rima saat tahu apa ya

anya yang fakir, kembali ke ladang. Tiba di sini, Bar

idak ada suara apa pun yang t

ary meletakkan pikulan beserta jerigen-jerigen berisi air yang ia bawa pulang. Men

h mengembara ke mana-mana, akhirnya terjeda

makan dulu. Sudah malam

am di kolong gubuk. Tak ada tanggap

h Bary menyahut. "I

ru Rima lagi. "Kak

ut Bary. Sedetik kemudia

ujar Rima saat Bary s

p Rima. "Kenapa Ka

minta maaf saja," jawab Rima. Rima tahu, Bary

ngan ucapan Rima. Bahkan, Bary sampai meri

itkah?" selidik Bary saat men

. "Kalau mau makan, nasi jagungnya ada dalam lesung. Kak

Bary. "Terima kasi

a, Dek,"

Rima di malam ini. Hanya saja, Bary tidak tahu, apa dan kenapa. Akan tetapi

Bary sadari, jatu

rlelap. Sedangkan Bary yang duduk beberapa jengkal dari

salahan apa pun? Memikirkan hal itu, Bary semakin tidak mampu m

Bary mencuci pakaian kotor yang ada. Usai menjemurnya, Bary meraih pikulan b

an suntuk ia duduk diam, dan terkadang mondar-mandir dalam

-baik saja di hadapan Rima, seolah-olah rutinitas

oleh Bu Hajjah Maemunah, Rima m

imana Rima, jika sudah seperti in

ng kita tinggal dua literan. Kata orang, pamali kal

njawab. Sedangkan ujung l

skan air mata, sont

sedih begini." Rima yang sangat menyayang

jjah, Kak! Saya tidak lagi bikin bat

ya. Perih, Rima pun tak kuasa menahan air mata.

eratap

umpah-tumpahnya air mata, ianya tiad

Bary yang ter

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY