img Silent Wounds  /  Bab 9 Penebusan Dosa | 19.15%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 9 Penebusan Dosa

Jumlah Kata:1944    |    Dirilis Pada: 08/07/2022

a! Balik ke

n pakaian yang dibawakan Raffi. Dia bahkan dengan entengnya m

ari rumah sakit gini, gak g

tu jadi banyak maunya dan lebih mirip bocah saat sedang sakit. Ada saja yang dia minta dan keluhkan. En

ak mau

itu

ktunya pergi dari sini. Banyak

ska kesal. "Ka, dokter bilang lo harus i

erapikan kemeja yang dikenakannya. Keningnya hanya sedikit berkerut s

anya terus menatap Aska ke

masih di

ak mena

Gue bisa n

ah suruh orang bawa mobil lo balik. Ay

mam Aska seraya berj

usul Aska, mencengkeram siku sang saha

lo sama sekali gak d

nghela napas. "Lo bener. Yang salah orang tu

tu biarkan dia hidup tenang mulai

semua kesalahan

usan dosa. Kalau lo pengen balikin apa yang udah lo renggut dari dia,

ua sendiri mulai sekarang." Aska hendak melangkah kembali. Namun kal

busan dosa, kan? Lo gak mau kehilangan

. "Gue gak tau." Akhirnya hanya itu yang Aska ucapkan seraya me

k dia berhenti. Pertanyaan Raffi tadi terngiang dalam benaknya. Lalu berga

E

a yang terasa berdenyut perih. Lalu jemarinya m

aja? Udah gue

yang langsung menghentikan ucapannya. S

tersenyum kecut. "Kayaknya gue gak bakat jadi jahat sampe akhir

berarti dia akan melibatkan diri dalam kehidupan Nala. Jika memiliki kesempatan untuk menolong, Raffi

ng Aska rasakan

*

angat dan penuh senyuman. Membuat si pemilik warung m

asukan, pasti Ibu senang seka

i penuh harap lagi. Dirinya tidak butuh gaji. Yang penting a

engah menunduk mengawasi gorengan di atas wajan sementara Nala yang s

as menghampiri si pemilik warung. Tapi begitu dekat, pe

ia tersenyum seraya menoleh pada Nala. "Maklum, Nduk. Daer

oleh ke luar. Ternyata bukan hanya dirinya, para pengunjung j

ni tuh," celetuk sa

tanya arah," s

ungnya memacu sangat cepat sementara matanya meleb

s

warung, terus bersembunyi di kamar yang ditempatinya semalam sambil dalam

*

apa kali untuk bertanya pada warga sekitar mengenai wanita yang menempati gubuk roboh semalam. Dua warga yang mereka temui sama sekali

lai keras

uma capek aja." Lalu dia keluar dari

at-cepat pulang lalu berbaring telungkup. Tapi dia meredam keingi

decak. Kenapa Nala selalu memilih tempat menyedihkan maca

g yang tampaknya menikmati sarapan agak siang, Aska memusatk

atu?" tanya wan

ada arogannya. "Aku ke sini

senyum lebar. "Oh, keluarganya Nala? Nduk, ini ada—" ucapan

kan?" tanya

di depan sebuah pintu, dia mengetuk pelan lalu membukanya tanpa menunggu jawaban. "Nduk. Ada yang cari kamu," ujarnya dengan seny

si Ibu meninggalkannya, dia masuk ke kamar sempit it

rdiri dengan waspada begitu Aska memasuki kamar. Kedua

remehkan ke sekeliling ruangan. Lalu tatapannya sejenak terhe

barangmu." Tiba-tiba Aska berkata ser

Dia menatap Aska tak mengert

gan tangan mengisyaratkan jam. "Waktu terus berjalan. Kalau k

aka apa lagi yang sudah disiapkan lelaki itu untuknya. Setelah

n karena peduli. Tampaknya Aska berpikir kematian terlalu bagus un

u lagi di kamar ini selain tas itu

tangan kiri sementara tangan kanannya mencengkeram lengan Nala. Seketika Nal

agi dia tak mau membuat keributan di rumah penolongnya. Akhirnya Nala menyerah

amar, dia mencengkeram lengan Nala lebih kuat lalu

gan senang hati mematahkan tangan dan kakimu agar

. Tapi buru-buru tangannya yang

erimu waktu." Kembali dia menggeram marah tapi de

l. Tapi begitu benda itu berada di tangannya, jantung

ali?" tanya Aska

berbalik, dia menyembunyikan foto di

i tang

an, Nala hanya

sebelum kau menunjukkannya. Bisa sa

pada vas bunga plastik di sudut ruangan. Rasanya memang sudah lama sekali sejak

ubun-ubun. Mendadak Aska bergerak menghapus jarak ant

E

gnya berhenti berdetak. Hingga Nala tak sadar Aska telah

isa dicegah, matanya berkaca-kaca membuatnya buru-buru memali

annya. Digantikan nyeri yang kembali menghantam dada. Lalu dia m

impan foto ini," gumamnya. "

u menariknya menuju bagian depan rumah. Menyadari Aska akan benar-benar membawanya pergi dit

nya bingung sambil melihat jemari Aska

dak mau

si pemilik warung. Tatapannya beralih pada As

an keluar

pis sebelum berka

embali menggel

engan spatula. "Jangan bohong! Mentang-mentang Nala nda

tangannya pada si Ibu. "Itu foto pernikahan kami. Terte

elaminan. Keduanya duduk dengan kedua tangan saling terjalin dan tatapan penuh cinta dalam m

Nala yang kini tertunduk dengan sikap kalah.

umah tangga, kan? Lalu Nala kabur tanpa membawa u

uan. Dia menatap Nala dengan lembut seraya berkata

faktanya masalah antara dirinya dan Aska memang sebaiknya tak diselesaikan. Diam-diam Nala menyusut ai

--------

ya Emi

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY