img Dignity ( Demi Harga Diri)  /  Bab 4 Yang Salah Siapa Yang Marah Siapa Juga | 7.27%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Yang Salah Siapa Yang Marah Siapa Juga

Jumlah Kata:2185    |    Dirilis Pada: 21/08/2022

ergopoh-gopoh Mbok Inah melebarkan pintu pagar. Seperti

ih tidur soalnya. Takutnya nanti terbangun kalau mendengar suara

engkar dengannya. Makanya Pras takut kalau Wira te

ani Wira tidur. Takutnya Wira terbangun saat

uh Mbok Inah gelisah. Setelahnya Mbok Inah tergopoh-gopoh masuk k

Pras. Ia mencoba mendinginkan kepalanya terlebih dahulu. Ia tidak ingin m

mpat itu mereka berdua tersenyum lebar dengan pandangan menghadap kamera. Delapan tahun lalu mereka sangat optimis ingin membangu

bukkan dengan pekerjaan yang tiada habisnya. Jikalau pun mereka mengobrol, pembicaraan hanya akan berlangsung satu arah. Karena Pras tetap memelototi laptopnya. P

an

erasal dari ruang kerja Pras. Seperti inilah Pras bila sedang

empaskan asbak rokok dan vas bunga dari meja kerjanya. Beberapa dokumen juga berserakkan di lantai. Sementara Pr

ekarang ya, Suri? Kamu sudah berani memutuskan segala hal, t

Suri mengabaikan serpihan asbak rokok dan vas bunga. Pikirnya nanti saja kekacauan ini

au Pras sudah melemparkan ejekan. Ia tidak mau terpancing. Kalau dirinya ikut-ikutan

pan banyak orang, Suri!" Pras menunjuk wajah Suri geram. Namun ia mengikuti langkah Suri ke sofa. Pr

aku lakukan?" Suri menjinjitkan kedua alisnya.

r emosi mengingat kejadian memalukan sesiangan tadi. Tapi Suri masih saja berlagak pilon. Makin lama ia makin kesal melihat sikap memban

meminta Fahmi mengantarku kembali ke kantor. Dan kamu tahu apa yang Fahmi katakan? Dia bilang kalau sudah seminggu ini ia tidak lagi menjadi supir kita, karena kamu telah memberhentikannya. B

wa riuh, dan menjulukinya DKI alias di bawah ketiak istri. Makanya setelah mengganti baterai mobil dan menghadiri rapat pemegang

Firasatnya mengatakan bahwa Suri sengaja memberhentikan Fahmi, agar ia bisa bebas. Toh dirinya sudah bisa menyetir

n kamu tiba-tiba memberhentik

embayar gajinya. Mas lupa kalau sudah dua bulan

ja memotong uang bulanan Suri, demi memberi pelajaran pada istrinya. Ia ingin Suri mengerti betapa s

i? Harusnya kamu membicarakannya denganku dulu!" Pra

tai. Air muka Pras semakin busuk mendengar sindiran santai Suri. Istrinya

cara dua patah kata saja, Mas sudah menyela dengan dua puluh kata. Belum lagi cemoohan

ap masalah orang lain, Pras sangat perhatian. Dua puluh empat jam, ia siap siaga membantu dan mendengar

kin bagi semua orang. Tetapi acapkali emosi dan kehilangan kesa

al-hal lain." Pras mengibaskan tangannya ke udara. Ia paling malas mengh

ringkan rambut dengan hair dryer, juga mematikan lampu-lampu yang wattnya besar. Aku menghemat bahan-bahan makanan. Aku memasak secukupnya. Hanya saja tetap pada gizi yang seimbang. Wira sedang dalam masa tumbuh kembang. Tapi semua itu belum bisa mengakali uang belanja yang kurang. Untuk itu aku terpaksa memberhent

elaskan. Mengapa kamu menawari rekan-rekanku barang-barang r

memerah. Suri menertawainya. Penyebabnya sudah jelas. Kali

tanpa merasa lucu. Pras ini seperti sedang meludahi langit. Bayangkan, ia sedang melud

mu mengemis agar mereka membeli barang-barang r

Aku mengemis?" Suri me

l seputar rajutan nenek-nenekmu itu oleh para kolega atau pun rekan-rekan kerja. Kalau

ras. Hatinya perih karena diremehkan dan dihina sedemikian rupa o

walau hatinya panas luar biasa. Menghadapi Pras, tidak perl

ui marketplace dan media sosial. Mereka yang tertarik pada rajutanku dan menghu

emperlihatkan orderan-orderan customer yang mengikuti pre order rajutannya. Juga chat dari rekan-rekan Pra

ini. Baca satu-satu kalau Mas masih belum yaki

asar ponsel Suri. Suri refleks menangkap ponseln

llow dan beri love jempol. Tetapi follow juga media sosial istri sendiri. Dengan begitu Mas tahu apa yang sedang istri Ma

ingkan dengan Bu Murni, makanya kamu ingin menyainginya? Sadar Ri, sadar. Kamu itu cuma tamatan

. Bukan laki-laki bermulut tajam dan penuh prasangka buruk ini yang dulu ia nikahi. Pras

m masalah ini. Oalah Mas... Mas, katanya saja Mas ini sarjana. Berpendidikan t

ungan mereka berdua saja yang renggang, tetapi kecanggungan antara dua keluarga besar juga. Karena sebelum mereka berdua menikah pun, keluarga besar mereka berdua di kampung sana dalam keadaan baik-baik saja. Hubungan keduanya rukun dan harmonis. Hal inilah yang selalu Suri pert

ncari rezeki dengan cara yang berbeda pula. Dengan keterampilan merajut yang aku miliki misalnya. Jangan terus memandang ke atas, Mas. Apa

kembali mempekerjakan Fahmi. Aku juga akan memperingati Wanti, agar menjauh darimu. Wanti telah mengubahmu menjadi i

ulu sisa uang belanja yang Mas kurangi itu. Baru Mas bisa menuntut hal itu darik

l

an ke pipinya. Ia sama sekali tidak menyangka k

mu tidak mengucapkan kata-kata yang ket

nyalahkan orang yang maafnya Ma

laluan, sesungguhnya itu adalah kebenaran ya

rinya salah. Namun egonya tidak mengijinkannya meminta

n maafmu akan diketik di kepolisian. Satu lagi, aku tidak mampu memenuhi permintaan M

n uang belanja seperti yang kamu minta. Ak

yang sudah mulai keropos fondasinya ini. Mendadak ia teringat pada satu artikel keluarga yang pernah ia baca. Ba

nya. Menurut hematnya bukan hanya pernikahan yang harus direncanakan. Tetapi juga perceraian. Jikalau ia memang harus berpisah dari Pras, maka ia akan keluar d

img

Konten

Bab 1 1. Curiga. Bab 2 Haruskah Berpisah Bab 3 Memulai Hidup Baru. Bab 4 Yang Salah Siapa Yang Marah Siapa Juga Bab 5 Kamu Jual, Aku Borong. Bab 6 Semesta Punya Cerita. Bab 7 Mendapat Jalan Keluar.
Bab 8 Egois!
Bab 9 Dukungan Sahabat.
Bab 10 Tidak Mau Rugi.
Bab 11 Melawan Takdir.
Bab 12 Pelakor Tidak Tahu Malu vs Suami Penghianat.
Bab 13 Main Tangan Akan kupolisikan.
Bab 14 Nasehat Damar.
Bab 15 Women Supported Women.
Bab 16 Mengadu Pada Mertua.
Bab 17 Sesal Kemudian Tiada Berguna.
Bab 18 Puas Lahir Batin.
Bab 19 Yang Salah, Yang Menghina.
Bab 20 Kena Batunya.
Bab 21 Tertangkap Basah.
Bab 22 Pelakor Tak Tahu Diri.
Bab 23 Mulutmu Harimaumu.
Bab 24 Dunia Ini Sempi
Bab 25 Si Bathil Yang Pendendam.
Bab 26 Akhirnya Bercerai.
Bab 27 Menyesal
Bab 28 Diam-Diam Suka.
Bab 29 Lembaran Baru.
Bab 30 Biang Masalah.
Bab 31 Senjata Makan Nyonya.
Bab 32 Mulai Usaha.
Bab 33 Sendiri (mungkin) Lebih Baik.
Bab 34 Cinta Kedua.
Bab 35 Manusia Tiada Mengenal Kata Puas.
Bab 36 Calon Mertua Idaman.
Bab 37 Kasmaran.
Bab 38 Kreatif Walau Terjepit.
Bab 39 Hempaskan Ke Laut Selatan.
Bab 40 Jodoh Baru
Bab 41 Semesta Menguji Cita.
Bab 42 Aku Selalu Ada Untukmu.
Bab 43 Tunggu Pembalasanku!
Bab 44 Anugerah Terindah.
Bab 45 Tabir Bahagia
Bab 46 Siapa Menabur Angin, Akan Menuai Badai.
Bab 47 Jatuh Cinta Berjuta Rasanya.
Bab 48 Cemburu.
Bab 49 Karma.
Bab 50 Penyesalan Yang Terlambat.
Bab 51 Hari-hari Bahagia.
Bab 52 Awal Baik, Hari Baik.
Bab 53 Kesadaran Yang Mengubah Keadaan.
Bab 54 Extra Part I
Bab 55 Extra Part II
img
  /  1
img
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY