Buku dan Cerita Gavin
Cinta Palsu, Dendam Sejati Telah Dimulai
Di hari ulang tahunku, tunanganku, Vano, merencanakan kejutan di tepi kolam renang. Namun, bukannya pelukan hangat, ia justru mendorongku ke dalam air yang dingin. Padahal ia tahu persis aku memiliki trauma mendalam dan tidak bisa berenang. Saat aku berjuang mencari napas, ia malah tertawa puas sambil merangkul Melodi, mahasiswa magang yang ternyata selingkuhannya. "Sialan, jangan sampai dia mati," gumamnya panik saat aku ditarik keluar, bukan karena mengkhawatirkanku, tapi takut akan reputasinya sendiri. Ketika aku sadar di rumah sakit, ia dengan wajah tanpa dosa berbohong kepada semua orang bahwa aku terpeleset karena ceroboh. Melihat wajah munafiknya, rasa cintaku seketika berubah menjadi kebencian yang membara. Pria ini baru saja mencoba membunuhku demi wanita lain, dan aku tidak akan membiarkannya lolos begitu saja. Maka, saat ia mencoba memegang tanganku dengan sok peduli, aku menepisnya kasar dan menatapnya dengan tatapan kosong. "Maaf, Anda siapa?" tanyaku dingin. "Aku tidak mengenalmu. Aku hanya ingat kekasihku, Bahar Adijaya." Mendengar nama musuh bebuyutannya disebut sebagai kekasihku, wajah Vano seketika pucat pasi. Permainan balas dendamku baru saja dimulai.
Boneka Suami, Kebenaran Pahit Terkuak
Suamiku memelukku erat di ruang tunggu rumah sakit, berjanji akan melindungiku dari hukum setelah aku memukul kepala ayahnya sendiri hingga koma. Malam itu, Tjahjo, ayah mertuaku yang bejat, menerobos masuk ke kamarku dan mencoba memperkosaku saat suamiku sedang "dinas luar kota". Dalam kepanikan dan upaya membela diri, aku menghantamnya dengan patung keramik berat. Rangga, suamiku, terus membisikkan kata-kata penenang, bersikap layaknya pahlawan yang siap menanggung segalanya demi istri tercinta. Namun, saat ia lengah, sebuah notifikasi pesan menyala di layar ponselnya yang tergeletak di sampingku. "Rencana B Berhasil." Darahku seketika membeku. Potongan teka-teki itu akhirnya menyatu: kepergiannya yang terlalu sering, desakannya agar ayahnya menginap di rumah kami, hingga senyum tipisnya saat dokter memvonis ayahnya mungkin takkan bangun lagi. Ternyata, aku hanyalah umpan. Dia sengaja menyerahkanku ke mulut singa, membiarkan ayahnya melecehkanku, hanya untuk meminjam tanganku menyingkirkan orang tua itu demi warisan asuransi. Air mataku kering seketika, digantikan oleh nyala api dendam yang dingin dan membara. Rangga Agustina, kamu pikir kamu menang? Aku akan merebut segalanya darimu, dan memastikan kamu yang akan membusuk di penjara, bukan aku.
Racun Dokter Hancurkan Hidupku
Demi menyelamatkan pernikahanku dari rasa nyeri misterius, aku diam-diam mendatangi Dr. Victor, spesialis kesuburan terkenal di kota. Namun, bukannya sembuh, aku justru dijebak dalam "terapi" menjijikkan di mana dia membiusku, melecehkanku, dan merekam aibku sebagai bahan pemerasan. Dia mengancam akan menyebarkan video saat aku "mengemis" sentuhannya-efek dari obat yang dia sebut pereda nyeri-jika aku tidak terus melayaninya. Aku merasa kotor, rusak, dan hampir gila karena ketergantungan aneh yang kurasakan pada tubuhnya. Sampai akhirnya, hasil pemeriksaan dari rumah sakit lain menampar kesadaranku. Dokter itu bertanya dengan wajah serius: "Nyonya, sejak kapan Anda mengonsumsi stimulan dan halusinogen dosis tinggi?" Ternyata aku tidak sakit. Bajingan itu sengaja meracuniku agar aku kecanduan padanya. Rasa takutku seketika lenyap, berganti dengan api kemarahan yang dingin. Aku akan kembali ke klinik itu, bukan sebagai pasien, tapi sebagai mimpi buruknya.
Cinta Palsu di Balik Perjalanan Dinas
"Aku tak pernah menyangka, setelah empat puluh tahun, kebenaran bisa terungkap dari tablet cucuku." Niat hati ingin mengunduh lagu anak-anak di tablet baru cucu, jari saya malah tak sengaja membuka folder bernama "Proyek Riset". Isinya bukan dokumen kerja, melainkan ribuan foto mesra suami saya dengan sahabat karib saya sendiri, Wulandari, di berbagai negara selama empat puluh tahun terakhir. Ternyata, "perjalanan dinas" suami saya selama ini hanyalah kedok untuk bulan madu abadi mereka, sementara saya di rumah menjadi babu gratisan. Yang lebih menghancurkan hati, saya menemukan video anak kandung saya, Rizal, sedang tertawa lepas membantu Wulandari mengangkat lukisan berat. Padahal seminggu lalu, dia menolak membantu saya menggeser lemari dengan alasan "saraf kejepit". Di video itu, Rizal mencium pipi pelakor itu dan berbisik, "Mama yang seharusnya." Dunia saya runtuh seketika. Rupanya, karena Wulandari mandul, mereka bersekongkol menjadikan saya "inkubator" hidup untuk melahirkan keturunan bagi keluarga terpandang suami saya. Saya hanyalah wanita desa polos yang dimanfaatkan, tidak dicintai, dan diam-diam dihina oleh suami dan anak sendiri. Mereka pikir saya akan diam demi reputasi dan takut hidup miskin? Salah besar. Hari itu juga, saya mengemasi barang, menuntut cerai, dan menguras harta gono-gini yang menjadi hak saya. Saya pergi ke Bali, menjadi penenun sukses yang dipuja ribuan orang. Dan ketika mereka datang mengemis di kaki saya setelah hancur lebur dan kehilangan segalanya, saya hanya tersenyum dingin dan menutup pintu selamanya.
Dendam Putri Liar Sang CEO
Ayah menjualku kepada Fahreza Murni, berharap CEO dingin itu bisa "memperbaiki" putrinya yang liar. Aku naif, mengira aku adalah kekasih istimewanya, sampai malam terkutuk itu tiba. Di sebuah acara amal, Fahreza memenangkan lelang bros zamrud peninggalan ibuku. Namun, ia tidak memberikannya padaku. Ia memberikannya pada Elok, wanita manipulatif yang ia anggap sebagai penyelamat hidupnya. Dengan senyum mengejek, Elok melemparkan warisan ibuku itu ke lantai, menjadikannya mainan gigitan anjingnya. Darahku mendidih. Aku menampar Elok di depan umum. Tapi Fahreza justru membela wanita itu, menatapku dengan jijik, dan memerintahkan pengawal menyeretku paksa ke pusat rehabilitasi. Di tempat terkutuk itu, cintaku padanya mati, digantikan dendam yang membara. Saat ia akhirnya sadar telah ditipu Elok dan datang memohon kembali padaku, aku menyambutnya dengan tangan terbuka. Bukan untuk memaafkan, tapi untuk menghancurkannya dari dalam. Malam itu, saat ia tertidur lelap dalam pelukanku karena merasa dimaafkan, aku menguras habis data rahasia Murni Group dan mengirimnya ke pesaing terbesarnya. "Selamat tinggal, Fahreza. Ini harga yang harus kau bayar."
Cinta Rahasia Berakhir Api Dendam
Aku adalah "Gadisku" milik Raja, seorang CEO dingin yang hanya menunjukkan kehangatannya di penthouse mewah kami. Aku percaya cinta rahasia kami adalah segalanya. Hingga aku menemukan pesan di ponselnya dari wanita lain: "Sayang, rencana balas dendam kita akan berhasil." Ternyata, aku hanyalah pion. Dia merekam video intim kami, membiarkan kekasihnya menghancurkan satu-satunya peninggalan ayahku, dan menjebakku hingga masuk penjara. Di dalam sel yang dingin, aku disiksa tanpa ampun atas perintahnya. Pria yang dulu kuanggap belahan jiwa, ternyata adalah iblis yang menghancurkanku hingga tak bersisa. Keluar dari neraka itu, aku tidak lagi menangis. Aku kembali ke penthouse-nya, bukan untuk memohon, tapi untuk membakarnya hingga menjadi abu.
Balas Dendam Sang Komposer Hebat
Selama lima tahun, aku percaya pernikahanku dengan Sagara sempurna. Namun, aku menemukan semua itu bohong. Aku hanyalah pion untuk melindungi adik tirinya, Fiona. Di pesta perayaannya, Fiona memainkan lagu ciptaanku-lagu yang hanya pernah kudengar oleh Sagara. Saat aku marah, dia pura-pura terjatuh, menuduhku mendorongnya saat dia sedang "hamil". Seketika, Sagara berlari memeluk Fiona, lalu berbalik dan memakiku dengan tatapan benci yang belum pernah kulihat sebelumnya. Bukan hanya lagu dan mimpiku yang dicuri. Di belakang jam tangan Sagara, terukir inisial 'F & S' di dalam sebuah hati. Saat itu, duniaku runtuh. Malam itu, dia meninggalkanku sendirian di puncak bukit demi Fiona. Aku pun menjadwalkan sebuah video untuk mengungkap semua kebohongan mereka, lalu membuang ponselku. Aku akan memalsukan kematianku, dan kali ini, aku akan menghancurkan mereka sepenuhnya.
