/0/29157/coverbig.jpg?v=7d298893a8968568891c7a31be8e99d1)
secara genetik dan tidak pantas melahirkan pewarisnya, dia membawa pulang pen
menelantarkanku saat aku bersimbah darah di lantai sebuah pesta demi melindungi perempuan
, aku memutuskan untuk merancang sendiri skenario pelenyapanku, membiarkannya hanc
a
ia
ntas melahirkan pewarisnya, dia juga memperkenalkan penggantiku-seorang peremp
dang bergejolak di apartemen penthouse kami. Bramantyo berdiri di dekat jendela setinggi langit-langit, siluet kekuasaan dan kontrol dingi
datar, tanpa sedikit pun kehangatan yang sangat kubutuhkan.
rga Adiwangsa dan menjadi istri seorang Wakil Bos. Tujuanku hanya satu: melahirka
ng kematian: seorang pewaris, lahir dalam satu tahun ke depan, atau Bramantyo akan dicopot dari jabatannya. Kepemimpina
ata-katanya menggantung di udara, sarat dengan keputusan final yang tak te
, tapi jika posturku tegak karena bertahun-tahun berlatih balet, posturnya sedikit membungkuk menantang. Ada rasa lapar, ambisi
h pernyataan, bukan pertanyaan. "Ini urusan keluarga.
ecercah harapan, tajam dan menyakitkan, tiba-tiba menyala di tengah k
padaku, mengabaikan perempuan yang berdiri di sampin
. Ulang tahun pernikahan kami yang kelima datang dan pergi. Aku melewatinya sendirian, menatap kalung berlian yang dia berikan bertahun-tahun lalu, simbol
hitam menabrak sisi penumpang mobilku. Itu bukan kecelakaan. Itu adalah pesan dari keluarga saingan, sebuah ujian bagi kekuatannyetir sendiri ke klinik darurat rahasia milik keluarga. Saat dokter menjahit kepal
an jantungku seakan berhenti berdetak. Di atas meja riasku, di sebelah botol parfum Chanel No. 5-ku, ada seb
keluarga Adiwangsa, benteng tak tertembus yang seharusnya dikomandani B
ra rekan bisnis terpenting keluarga di sebuah klub pribadi di pusat kota. Bram adalah tuan rumah yang sempurn
g-remang. Melalui pintu kantor pribadi yang terbuka, aku mend
ak oleh emosi yang sudah bertahun-tahun tidak kudengar. "Dia
terasa
n. Setelah bayinya lahir, aku akan men
ukku pada ulang tahun pernikahan kam
ong. Gelas-gelas itu pecah berkeping-keping di lantai batu. Bram dan Reza terdang kamu laku
ikku, kata-kata itu te
idak ada di sini. Kamu tidak mendengar apa-apa. Reza," ben
ir aku sudah tidur, aku mengambil tablet terenkripsinya dari tas kerjanya.
yang bukan milik kami. Dan kemudian aku melihatnya: sebuah folder berlabel "Puncak." Di dalam
orang Wakil Bos tidak bisa pergi begitu saja. Mereka lenyap. Tapi aku tidak akan menjadi korban lainnya. Aku ak
 
 
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY