Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Luka Semesta
Luka Semesta

Luka Semesta

5.0
58 Bab
158 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Rio tidak bisa melupakan apa yang mama dan kakaknya lakukan 8 tahun lalu, dia marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya diam, berjalan seolah mereka tidak ada, menghilang, menghindar, seolah semua anggota keluarganya sudah mati. Hingga suatu hari dia dibenturkan pada kenyataan mengejutkan, Tuhan menunjukkan padannya banyak rahasia, menguji kesetiaan dan keteguhan hatinya saat cinta yang didamba tergenggam laki-laki lain. Lalu? Apa yang terjadi? bisakah dia memperoleh kebenaran yang dia cari? Akankah dia mendapatkan cintanya kembali? selamat membaca ya... Thanks a lot!

Bab 1 Insiden Kursi Kosong

"Ahelah, ini kelas gue dimana coba!"

Ify melangkah lebih cepat menyadari koridor menuju kelas terasa semakin sunyi,

dia celingukan ke kanan dan kiri, rasanya seperti melewati jalanan yang sama berulang kali tapi ruangan yang dicarinya belum juga ketemu.

"Kalau gini ceritanya, nyesel gue bilang ke Bu Ira buat nyari kelas sendiri” omelnya masih celingukan mencari nama disetiap pintu yang dia lewati, berharap ada petunjuk.

Brukk…

“Aduh” Ify meringis menyadari dirinya jatuh tersungkur di sisi kanan koridor, rupanya dia hilang focus sehingga tidak menyadari jika lantai yang dia lewati lebih tinggi dari lantai sebelumnya hingga membuatnya tersandung. Dia menyipitkan mata, mengamati tulisan di dekat pintu dan menghela nafas lega kemudian, cepat saja mengayunkan tangan, “Permisi, Assalamuaikum…”

"Masuk..."

Ify melangkah masuk, "Permisi Bu, maaf saya terlambat, tadi saya nyasar, Bu" jelas Ify sopan.

"Oh, Iya tidak apa-apa, Saya Bu Winda, wali kelas kamu"

Ify tersenyum senang, sepertinya Bu Winda ini guru yang ramah, cantik lagi, baik, dia jadi tidak sabar memulai hari pertama sekolah bersama beliau.

"Baiklah anak-anak, karena hari ini kita kedatangan teman baru, kita kenalan dulu ya, yuk silakan perkenalkan diri kamu”

Ify mengangguk, "Perkenalkan nama saya Alyssa Saufika biasa dipanggil Ify, salam kenal ya semuanya..."

Prok..

Prok…

Prok…

Tepuk tangan menyambut perkenalan sederhana yang membuat Ify tersenyum semakin lebar, senang kehadirannya disambut dengan baik.

"Baiklah Ify, kalau begitu kamu duduk dibangku kosong sebelah sana ya" suruh Bu Winda menunjuk bangku kosong kedua dari pojok kanan. Disebelahnya ada seorang siswa lain yang duduk dengan muka tertelungkup diatas meja. Ify diam saja dan segera menggeser bangku itu untuk duduk.

Bunyi kursi berderit itu rupanya cukup menganggu dan membuat siswa laki-laki tadi bangun dari posisinya dan menatapnya binggung, "Siapa lo? ngapain lo disini?" ujarnya datar, tampaknya laki-laki ini tidak suka kursi disebelahnya di tempati orang lain.

"Gu-gue Ify, K-Ka-kata Bu Winda gue disuruh duduk disini" jawabnya Ify takut.

"Hah!"

Ify terkejut bukan main saat tiba-tiba siswa di sampingnya bangkit sambil melepas headset dari telinganya, 'jadi daritadi nih anak dengerin musik?'

"Maaf, Bu. tapi bangku ini tidak kosong, bagaimana mungkin Ibu meminta orang lain untuk duduk disini?" Intrupsinya keberatan.

"Saya rasa bangku itu kosong, Rio"

"Tapi, ini bangku Alvin, Bu!”

"Alvin nanti biar jadi urusan saya!" Balas beliau santai.

"Taa... tapi Bu?" Rio masih tidak terima. enak saja, istana megahnya dengan Alvin mau diserahkan orang lain, tidak bisa begitu.

"Tapi apa? memangnya kamu keberatan duduk sama Ify?"

"Yah.. tidak juga sih. tapi kan, saya sudah duduk sama Alvin dari jaman kapan juga!" Rio tidak mau kalah.

"Saya Wali Kelas kamu, Saya punya hak mengatur tempat duduk kamu dan siswa yang lain, Lagipula kamu kalau disatukan sama Alvin bikin ribut terus dikelas saya"

"Yaah Bu, tapi kan ..."

"Kamu mau duduk atau belajar di luar!" Tutup Bu Winda yang seketika membuat siapapun tidak kuasa membantah.

"Oke deh, Bu. Saya nyerah." akhirnya, Rio melambaikan tangan ke kamera. ah ralat, melambaikannya ke udara lalu kembali duduk dengan kesal.

Ify menelan ludah, sepertinya cowok bernama Rio ini mengancam ketentramannya dimasa depan.

"Ify, Ayo duduk, mau sampai kapan kamu berdiri disitu?" tanya Bu Winda lembut seperti pertama kali mereka berbicara, berbanding terbalik dengan apa yang baru saja dia lihat.

"Bu, sepertinya lebih baik saya duduk dibelakang saja deh, masih kosong kok" katanya mencari garis tengah. Malas memulai masalah disekolah baru.

"Alyssa, saya memerintahkan kamu untuk duduk disamping Rio. Jadi jangan membantah!" Lanjut beliau telak. Ify terlonjak dan tanpa berkata apa-apa dia lansung duduk.

"Gila, padahal kelihatannya ramah, ternyata ganas juga" dumel Ify sambil mengeluarkan buku tulis dan pensil.

Rio tersenyum tipis melirik gadis itu, "Emang susah ngebantah Bu WInda mah, Macan berbulu Kucing. baru ketemu aja kelihatannya baik, tapi ya gitu, lo liat sendiri ganasnya beliau kayak apa!"

"Emang Bu Winda itu galak banget ya?"

"Nggak kok, Singa aja takut sama dia."

"Hah? serem amat!" Ceplos Ify ngeri

"Ehmm, Masih sereman gue sih kayaknya" Rio senyum-senyum sendiri melihat muka kaget Ify.

"Huuu... aneh Lo!"

"Waah... Lo orang ke sekian yang bilang gue aneh" sahutnya enteng. "Oiya, kita belum kenalan, nama gue Mario. panggil Rio aja" Rio mengulurkan tangannya dihadapan Ify.

"Gue Alyssa, panggil Ify aja" Ify membalas jabatan Rio ramah.

Selang beberapa menit kemudian pintu kelas kembali terbuka, menampakkan dua siswa yang datang bersamaan dengan nafas terengah.

"Maaf Bu, saya terlambat..."ujar keduanya nyaris bersamaan

"Kenapa kalian terlambat, lagi? Alvin? Shilla?" Tanya Bu Winda sakartis. Dua muridnya ini sering sekali terlambat, sampai-sampai beliau binggung harus memberi hukuman apa.

"Mobil saya mogok, Bu" jawab Shilla melirik Alvin sangar.

"Kamu Vin?"

"Biasa Bu, macet" jawab Alvin yang masih mengatur nafas.

"Kamu tidak punya alasan yang lebih kreatif, Alvin Jonathan" komentar Bu Winda galak. Beliau sudah bosan dengan kelakuan dan alasan yang selalu sama dari muridnya satu ini, sebelas-duabelaslah sama Rio.

"Maaf, tidak ada Bu"

"Baiklah, kalau begitu sebagai hukumannya, Kamu duduk sama Shilla dibelakang bangku Rio dan Ify" perintah Bu Winda.

"Hah!?" Pekik Alvin dan Shilla kompak, shock.

"Saya tidak mau sebangku sama dia Bu!" Alvin menatap Shilla yang masih berdiri disampingnya, baru sadar kalau ternyata mereka telat bersama, lagi.

"Saya juga Bu!" keukuh Shilla

"Saya tidak menerima bantahan, silahkan kalian duduk karena pelajaran harus dilanjutkan kembali" Putus Bu Winda.

Seketika, nyali keduanya menciut melihat tatapan garang Bu Winda. Alvin berjalan lebih dulu menuju bangku yang ditunjuk gurunya dan duduk disana.

"Ini mah bukan hukuman tapi siksaan batin," Bisik Alvin setengah hati. lagipula Bu Winda tuh maunya apa sih? kenapa bisa beliau memintanya duduk satu bangku dengan cewek freak yang sudah lama menjadi musuh bebuyutannya dikelas ini.

"Sabar Vin, gue juga tadi abis disemprot Bu Winda!" hibur Rio sekenanya, yaaah mau bagaimana lagi.

"Tapi kali ini parah man, masa cuma gara-gara telat gue harus duduk sama nenek lampir?”

"Heh, lo fikir gue kesenengan gitu duduk sebangku sama lo? Ngimpi!" Balas Shilla sakartis.

"Elaah, kemakan omongan sendiri aja tahu rasa!" kata Rio asal yang lansung mendapatkan deathglare gratis dari dua orang yang duduk dibelakangnya.

Rio meringis sambil cengar-cengir melihat ekspresi Shilla, baru mau angkat bicara, Bu Winda gesit melempar meja mereka dengan spidol yang membuat ruangan X-A1 seketika hening dan kembali focus pada pelajaran.

***

Bel pulang berbunyi.

“Lo pulang sama siapa, Fy?” Ify dan Shilla berjalan di sepanjang koridor menuju gerbang utama SMA Cakrawala sementara Rio dan Alvin sudah pamit duluan ke lapangan karena mereka ada latihan basket.

"Nunggu di jemput sih, soalnya gue belum tahu jalanan sini"

“Sama dong. gimana kalau kita nunggunya sambil nonton basket aja?" tawar Shilla daripada bosan di gerbang sekolah terus.

"Boleh deh"

Mereka berdua berjalan ke lapangan outdoor yang berada di ujung lorong. Ify menikmati perjalanan sambil sesekali melihat lingkungan sekolah barunya yang ternyata luar biasa luas. kalau saja dia sendirian, sudah bisa dipastikan dia akan kebingungan seperti tadi pagi. Sampai kemudian entah karena terburu-buru atau apa, tahu-tahu ada siswa yang keluar dari kelas hingga menabrak bahu Ify yang membuat keduanya terjatuh.

"Aww" Rintih Ify kesakitan, pinggangnya terasa agak ngilu karena jatuh terduduk untuk kedua kali hari ini.

"Adduh, Sorry ya, Gue buru-buru" sesal siswa yang menabrak.

Ify menoleh, ternyata cowok. "Iya, nggak apa-apa kok" balasnya masih meringis, seraya mencoba bangun dari posisi tidak mengenakkan itu.

"Ya ampun Yel, kamu nggak apa-apa?" disaat bersamaan ada juga cewek yang tergopoh-gopoh menghampiri laki-laki itu, membantunya bangun.

"Nggak apa-apa kok Vi, makasih ya" balas cowok itu.

"Sekali lagi maaf ya, Gue beneran nggak sengaja" kata cowok itu lagi, kali ini sambil mengulurkan tangan membantu Ify berdiri.

"Iya... santai aja" Ify tersenyum manis.

Cowok itu ikut tersenyum dan membuat Ify malu sendiri, "Sekali lagi, sorry ya..." kata cowok itu lagi agak gantung karena kesulitan membaca name tag gadis di hadapannya ini.

"Ify, nama gue Ify"

"Yel, Buruan!" sekali lagi ada suara lain yang memanggil.

"Iya udah kalau gitu, Ify. gue udah harus pergi nih, sekali lagi sorry ya" pamit cowok itu menyusul temannya yang lari lebih dulu ke lapangan.

Ify melihat kepergian mereka dengan mata bersinar.

"Fy, Are you okay?" Shilla jadi takut melihat Ify senyum-senyum sendiri.

Ify nyengir. "Oiya Shil, yang barusan itu siapa sih?" tanyanya ingin tahu.

"Oh, itu Kak Gabriel, dia ketua Osis disini. Kalau yang cewek itu Kak Sivia. Nah yang cowok nyusul tadi itu namanya Kak Cakka" jelas Shilla seadanya.

"Keliatannya dia baik ya, Shill? Udah mana Ketua Osis, ganteng lagi"

Shilla mengangguk, "Setahu gue Kak Iyel emang baik sih, ramah lagi. Emangnya kenapa? jangan bilang Lo naksir sama dia?" tebak Shilla.

"Hah...? enggak kok, Emm... Gue… emm gue cuma penasaran aja kok"

"Yaudah, ke lapangan yuk"

"Ayuk..."

***

TBC

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY