/0/23599/coverbig.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091)
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
"Fredi, pernikahan akan segera dimulai-kamu tidak bisa pergi begitu saja!"
Mengenakan gaun putih bersih, Livia Benhur berpegangan erat pada lengan Fredi Widaya, jari-jarinya gemetar saat kepanikan memenuhi suaranya.
Hari ini seharusnya menjadi hari pernikahan mereka.
Namun, tepat saat upacara hendak dimulai, Fredi telah membaca pesan teks, menoleh ke arah orang banyak, dan menyatakan pernikahan dibatalkan.
Alisnya berkerut, suaranya tegang karena urgensi. "Minggir. Jolin terluka. Dia sendirian di rumah sakit, dan dia pasti ketakutan. Aku harus ada untuknya."
Wajah Livia pucat pasi.
Jolin Sandira adalah kekasih masa kecil Fredi.
Livia mulai berkencan dengan Fredi lima tahun lalu. Dan selama lima tahun, setiap kali dia pergi bersamanya, jika Jolin benar-benar membutuhkannya, Fredi akan meninggalkannya.
Dia selalu bersikeras bahwa dia menganggap Jolin seperti adik perempuannya sendiri dan selalu meminta Livia untuk mengerti.
Demi hubungan mereka selama lima tahun, dia telah menolerir berkali-kali.
Namun, hari ini adalah hari pernikahan mereka.
Memangnya kenapa jika Jolin membutuhkannya? Apakah itu berarti Livia harus ditinggalkan oleh pria yang seharusnya menjadi suaminya?
Suara Livia bergetar saat berbisik, "Tidak, kamu tidak bisa pergi. Pernikahan tidak akan terlaksana tanpamu. Tidak peduli apa pun, kamu harus tetap tinggal hari ini. Kumohon, Fredi ... aku mohon padamu."
Namun, kesabaran Fredi habis. "Cukup! Berhentilah bersikap egois dan tidak masuk akal. Kita selalu bisa menjadwal ulang pernikahan. Tapi saat ini, Jolin terluka. Jika aku tidak pergi, bisakah kamu menanggung konsekuensinya? Minggir!"
Sebelum Livia bisa mengatakan sepatah kata pun, pria itu mendorong dan melewatinya.
Livia terhuyung, tumitnya tergelincir di lantai yang mengilap saat dia terjatuh di atasnya. Dari tempatnya duduk, dia tertegun dan hanya bisa menyaksikan Fredi menghilang melalui pintu-tanpa menoleh sedikit pun ke belakang.
Detik berikutnya, ponselnya berdering.
Tanpa berpikir panjang, dia menjawab-hanya untuk disambut dengan suara wanita yang sombong dan terdengar puas di ujung sana.
"Livia, hari ini hari besarmu bersama Fredi, 'kan? Apakah kamu menyukai hadiah kecil yang aku kirimkan kepadamu?"
Seluruh tubuh Livia menjadi kaku saat mengenali siapa yang berada di ujung telepon. Sambil menggertakkan gigi, dia berkata, "Jolin ... kamu melakukan ini dengan sengaja. Kamu memancing Fredi pergi, 'kan?"
"Ya, aku melakukannya dengan sengaja. Memangnya kenapa? Apa yang akan kamu lakukan? Aku hanya ingin mengingatkanmu-di hati Fredi, aku akan selalu menjadi yang utama." Nada bicara Jolin dipenuhi dengan kesombongan, setiap kata-katanya mengandung ejekan. "Kamu menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merencanakan ini, 'kan? Sungguh disayangkan ... semua kerja keras, semua impian itu-hilang begitu saja. Jujur saja, aku hampir merasa kasihan padamu."
Livia menatap kain putih bersih gaunnya, dan untuk pertama kalinya, dia melihat lima tahun terakhir sebagai apa adanya-sebuah lelucon.
Sejak dia menjadi yatim piatu, dia sangat menginginkan sebuah keluarga, sebuah cinta yang dapat disebutnya miliknya sendiri.
Namun Fredi ... tidak akan pernah memberikannya itu.
Sudah waktunya untuk berhenti mengemis untuk sesuatu yang tidak akan pernah menjadi miliknya.
Tawa tajam dan dingin keluar dari bibirnya. "Jangan terburu-buru, Jolin. Pernikahannya masih berlangsung."
Nada bicara Jolin langsung berubah masam. "Apakah kamu gila? Fredi adalah pengantin prianya. Dia bahkan tidak ada di sana. Bagaimana tepatnya rencanamu untuk melangsungkan pernikahan tanpa dia?"
Bibir Livia melengkung membentuk senyum mengejek yang lambat.
Siapa bilang calon suaminya harus Fredi?
Jika pria tersebut bisa pergi semudah itu, maka dia akan menemukan orang lain-seseorang yang benar-benar pantas untuk berada di sampingnya.
Suaranya berubah tajam dan tak tergoyahkan. "Tolong aku, Jolin-sampaikan pesan pada Fredi. Katakan padanya aku tidak menginginkannya lagi. Dia tidak sepadan sedikit pun dengan waktuku. Dan karena kamu begitu menyukai pria yang tidak kuinginkan, silakan saja. Seorang pria brengsek dan seorang wanita yang tak tahu malu-sungguh pasangan yang sempurna. Semoga kalian bersama selamanya!"
Suara Jolin menajam karena marah. "Livia, aku memperingatkanmu. Jangan coba-coba keberuntunganmu-"
Namun sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Livia menutup panggilan telepon.
Pernikahan akan dimulai dalam tiga puluh menit. Dia perlu menemukan calon pengantin pria pengganti-secepat mungkin.
Sambil mengangkat ujung gaunnya, dia bergegas keluar. Yang mengejutkannya, pintu masuk dipenuhi oleh pria-pria berpakaian hitam. Kehadiran mereka yang mengesankan mengirimkan pesan yang jelas saat mereka menyisir setiap sudut, mencari sesuatu-atau seseorang.
Di tengah mereka, seorang pria yang mengenakan jas pernikahan duduk di kursi roda. Meskipun tidak bergerak, dia memancarkan aura dingin yang hampir tak tersentuh.
Suaranya memerintah saat dia berbicara kepada pengawal di depannya. "Upacara akan segera dimulai. Apakah kamu sudah menemukan Hana?"
Pengawal itu ragu-ragu, ekspresinya tegang. "Pak Kiran, kami sudah mencari di sekitar sini, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Nona Hana. Sepertinya dia sudah melarikan diri ...."
"Melarikan diri?" Suara pria itu dalam dan tenang, tetapi tatapannya berubah setajam silet-dingin dan tak kenal ampun, seperti pemangsa yang sedang mengamati mangsanya. "Jika pernikahan ini tidak terjadi tepat waktu, kamu tahu apa akibatnya."
Livia menangkap setiap kata, dan dalam sekejap, dia mengerti-pria ini telah ditinggalkan di altar, sama seperti dirinya.
Tanpa ragu-ragu, dia mencengkeram gaunnya dan melangkah ke arahnya.
Para pengawal bereaksi seketika, melangkah di depannya dengan ekspresi kaku dan waspada.
"Nona, kamu ingin melakukan apa?"
Pria di kursi roda itu mengalihkan perhatiannya kepadanya, kehadirannya sendiri menekan seperti badai di cakrawala.
Namun Livia tidak gentar. Suaranya terdengar tenang saat dia menatap langsung ke arahnya. "Pak, kudengar istrimu telah melarikan diri. Bagaimana kalau aku menggantikannya? Aku akan menjadi pengantinmu."
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."