/0/10974/coverbig.jpg?v=a6959a9196d9490032091f31135f7426)
SERI I: THIRSTY DE(VI)LICIOUS: SADISTIC LOVER Pengantar cerita; Illeana adalah succubus yang ditendang dari dunia iblis karena sampai usia dewasa belum pernah berhubungan intim dengan manusia, dan Rexton adalah pria yang terancam divonis impoten karena tubuhnya sama sekali tak merespon apapun rangsangan yang berasal dari luar. Keduanya kemudian bertemu tanpa sengaja di rak DVD dewasa. Bagaimana kelanjutan kisah keduanya?
Pengantar cerita;
Illeana adalah succubus yang ditendang dari dunia iblis karena sampai usia dewasa belum pernah berhubungan intim dengan manusia, dan Rexton adalah pria yang terancam divonis impoten karena tubuhnya sama sekali tak merespon apapun rangsangan yang berasal dari luar. Keduanya kemudian bertemu tanpa sengaja di rak DVD dewasa. Bagaimana kelanjutan kisah keduanya?
***
"ILLIE*!!!!"
Lagi dan lagi Illeana dapat mendengar suara Catherine yang menggema di sepenjuru ruangan. Buru-buru Illeana menggunakan kekuatan teleportasinya, menghindari masalah yang akan segera menghampirinya.
Akan tetapi, belum sempat Illeana kabur dari terjangan banteng ---re: Catherine--- yang sedang ingin mengamuk, buntut iblis Illeana sudah ditahan terlebih dahulu oleh Catherine agar Illeana tak bisa pergi kemana-mana.
Illeana melenguh, menahan desahan di ujung lidahnya saat mendapati sentuhan Catherine. Bahu Illeana ikut merinding karena merasakan serangan tiba-tiba pada ekornya itu.
Semua iblis tahu salah satu titik sensitif succubus terletak pada ekornya.
"Mau kemana, hm?"
Illeana menoleh saat mendengar suara merdu datang dari arah belakangnya. Tentu siapa lagi sang empunya suara kalau bukan Catherine.
Mendapati Catherine memandanginya dengan tatapan tajam milik perempuan itu, Illeana hanya bisa meringis, kemudian berusaha menarik ekornya ---mengurangi sensasi menggelitik pada tubuhnya---, tetapi Catherine yang tahu tujuan Illeana pun sama sekali tak ingin melepaskan ekor Illeana.
"Anu .... itu lepasin dulu, dong," kata Illeana seraya menarik pelan ekornya.
Catherine tampak tak acuh, justru semakin mengeratkan genggamannya. "Kamu masih inget kan apa yang aku bilang padamu minggu kemarin, Illie?"
Terdengar begitu banyak tekanan pada nada suara Catherine. Tampaknya kakak tertua Illeana itu sudah tidak sanggup lagi menahan emosinya saat melihat sikap Illeana yang masih cuek bebek hingga saat ini.
"Hehehe, lupa. Apa ya?"
"ILLEANA!!!"
Mendengar suara Catherine naik satu oktaf, Illeana buru-buru menutup kedua telinganya. "Iya, iya," ujarnya mengalah.
"Tapi lepas dulu dong ekornya, sakit tau," lanjut Illeana berusaha negosiasi.
Tahu bahwa Illeana tidak sedang berbohong hanya untuk lepas dari cengkramannya, Catherine pun luluh dan akhirnya merenggangkan genggaman pada ekor Illeana.
Melihat kesempatan itu, Illeana pun menarik ekornya dan menyembunyikan di balik tubuhnya.
"Aku harap kamu enggak lupa sama janjimu sendiri, Illie." Meski nada suara Catherine sudah lebih baik, Catherine sama sekali tak lupa dengan tujuannya. Catherine tetap memperingatkan Illeana agar tak kabur lagi dari janjinya.
"Iya, manusia, kan? Aku hanya perlu menyerap energi mereka. Tapi, kenapa aku harus pergi ke dunia manusia?
"Catherine, kamu tau kan kalo saat ini succubus udah bisa menikmati energi manusia tanpa harus berhubungan langsung dengan mereka. Kenapa aku harus menggunakan cara kuno seperti dulu di saat kita sudah mengalami perkembangan?"
Mendengar perkataan panjang lebar Illeana yang berusaha mengubah sudut pandang Catherine nyatanya tetap tidak membuahkan hasil yang seharusnya. Sebaliknya, Catherine justru semalin yakin pada prinsipnya.
Illeana harus tetap berhubungan dengan manusia, tak peduli alasannya.
Catherine, kakak tertua Illeana itu, justru menghela napas saat mendengar perkataan Illeana.
Meski memang benar apa yang dikatakan Illeana tentang fakta bahwa Succubus saat ini yang sudah mengalami perkembangan pesat, seperti menemukan cara menyerap energi manusia tanpa perlu berkontakan langsung dengan manusia. Dan, sudah banyak iblis yang membuktikan cara itu efektif, termasuk Illeana.
Akan tetapi, suatu cara pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, dan hal itu yang membuat Catherine khawatir setiap melihat Illeana. Catherine takut kalau-kalau Illeana justru bergantung dengan cara itu dan tak bisa berkembang seperti succubus pada umumnya.
"Ya, aku tau, Illeana. Tetapi, kita tetaplah succubus. Kita harus tetap berkontakan dengan para manusia, karena inovasi baru yang ditemukan hanyalah cara cepat yang dibutuhkan saat kita mengalami kondisi terdesak, bukan untuk memenuhi kebutuhan kita sepenuhnya."
Illeana terdiam. Memang betul terdapat perbedaan dalam menyerap energi manusia antara kontak langsung dengan tanpa kontak. Hal itu berhubungan dengan kepuasan sang iblis.
Illeana akui bahwa meski ia tidak merasa puas saat mendapatkan energinya, tapi setidaknya ia merasa cukup dengan hal itu.
Catherine yang tahu Illeana tak berkata-kata lagi untuk membalas perkataannya pun akhirnya menaruh tangannya di bahu Illeana.
"Kamu tidak bisa selamanya menggunakan cara itu, Illie. Apalagi sekarang kamu udah menjadi succubus dewasa. Kebutuhan energimu akan semakin besar. Mau tidak mau, kamu harus bersentuhan langsung dengan manusia."
Melihat tatapan khawatir Catherine, Illeana pun menurunkan pandangannya. Dia tak kuasa melawan Catherine apabila Catherine sudah memberikan pandangan penuh khawatir kepadanya.
"Baiklah, tapi aku hanya akan melakukannya sekali, Cath*. Hanya sekali, ingat itu."
"Baguslah, Illie. Aku senang mendengar kamu memutuskan hal yang tepat. Meski sekali juga tidak apa-apa setidaknya kamu sudah mencobanya."
Melihat Catherine tersenyum, Illeana pun ikut tersenyum.
Yah, untuk sementara ini biarkan saja Catherine tenang dan Illeana akan mencari alasan lain agar Catherine tak lagi menagih janjinya.
Seperti hari ini.
***
Bunyi-bunyi decapan memenuhi ruangan. Tak peduli seberapa banyak Rexton menghitung berapa kali suara decapan itu terdengar ataupun seberapa keras otot pada pinggangnya saat ini, dirinya sama sekali tak dapat merespon terhadap segala rangsangan yang dilemparkan padanya.
Sementara itu, kedua wanita panggilan yang disewa Rexton dua jam lalu itu tampak ingin menyerah. Salah satu dari mereka sudah terbaring lemas tak berdaya di sisi kiri ranjang, sementara yang lainnya tampak kelelahan memanjakan kepemilikan Rexton.
"Hahhh," Mimi ---bukan nama sebenarnya--- yang merupakan salah seorang wanita panggilan yang sedari tadi memanjakan kepemilikan Rexton itu kini tengah mengistirahatkan sebentar bibirnya yang kini sudah maju beberapa senti ke depan dari tempat semula karena terus-menerus tanpa berhenti memberikan service.
Mimi mencoba bersikap profesional, tetapi apa daya, ia tak bisa menutupi rasa kesal karena Rexton sama sekali tak memberi respon. Kini Mimi hanya bisa berusaha tersenyum senatural mungkin meski otot di kedua sudut bibirnya sudah berdenyut, ingin melontarkan sumpah serapah pada pria di depannya itu.
"Babe, mau coba gaya lain?"
Tanpa mendapatkan persetujuan dari Rexton, Mimi segera menungging di hadapan Rexton dan memainkan area kewanitaannya. Desahan demi desahan keluar dari mulut Mimi, tetapi hal itu tak juga membuat Rexton bergerak.
Rexton masih bergeming di tempatnya seraya bersedekap dada. Rautnya justru menggelap, matanya memandang tak suka ke arah Mimi. Mimi yang mengetahui hal itu pun segera menelan kembali desahannya karena merasa ciut dengan tatapan penuh intimidasi yang diberikan Rexton.
"Berhenti."
Satu kata keluar dari bibir Rexton, kemudian beranjak dari tempatnya, ranjang hotel yang ia sewa malam itu. Setelahnya Rexton mengikat kembali jubah mandi yang dikenakannya.
Pluk.
Segenggam uang Rexton lemparkan tepat di hadapan Mimi. "Bawa uang itu dan pergi dari sini."
Aura dingin yang datang dari Rexton membuat Mimi segera bangkit dari tempatnya dan membereskan dirinya.
Melihat Mimi yang terburu, Rexton sempat mengalihkan pandangannya pada Nadine, teman sejawat Mimi.
"Jangan lupa juga bawa temanmu itu pergi dari sini."
"A-ah, baik."
"Kalau sampai kamu atau temanmu itu menyebarkan pengalaman hari ini kepada orang lain, hidup kalian akan hancur detik itu juga. Kamu mengerti?"
Merinding adalah satu kata yang menggambarkan kondisi Mimi saat mendengar perkataan Rexton yang terkesan mengancam. Rexton memang bukanlah seseorang yang terkenal, tetapi Mimi dapat merasakan teror akan datang padanya apabila masalah Rexton ini diketahui banyak orang.
Sementara itu, Rexton yang tidak mendengar balasan dari Mimi pun melirikkan matanya. "Aku sedang bertanya, apa kamu mengerti."
"A-ah, ya. Saya mengerti."
Setelah Mimi menjawab, Mimi pun membawa Nadine pergi bersamanya meninggalkan Rexton di kamar hotel sendirian.
Rexton melihat pantulan dirinya pada jendela hotel, kemudian ia menghela napasnya saat teringat kembali perkataan ibunya.
"Rexton, kamu harus segera membawa calonmu pada Mama lho, Mama tidak sabar menimang cucu."
Hah, cucu.
Bagaimana bisa Mama ngedapetin cucu kalo gua terancam impoten begini?
***
ket:
* Illie: Nama Panggilan Illeana
* Cath: Nama Panggilan Catherine
***
Kecelakaan naas yang menimpa Ellea dua minggu lalu itu membuat Ellea kehilangan ingatan dan hidupnya. Dia selalu dibayang-bayangi obsesi liar yang seakan ingin menangkapnya. "Kamu pikir aku akan melepaskanmu, Ellea?"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Bianca tumbuh bersama seorang ketua mafia besar dan kejam bernama Emanuel Carlos! Bianca bisa hidup atas belas kasihan Emanuel pada saat itu, padahal seluruh anggota keluarganya dihabisi oleh Emanuel beserta Ayahnya. Akan tetapi Bianca ternyata tumbuh dengan baik dia menjelma menjadi sosok gadis yang sangat cantik dan menggemaskan. Semakin dewasa Bianca justru selalu protes pada Emanuel yang sangat acuh dan tidak pernah mengurusnya, padahal yang Bianca tau Emanuel adalah Papa kandungnya, tapi sikap keras Emanuel tidak pernah berubah walaupun Bianca terus protes dan berusaha merebut perhatian Emanuel. Seiring berjalannya waktu, Bianca justru merasakan perasaan yang tak biasa terhadap Emanuel, apalagi ketika Bianca mengetahui kenyataan pahit jika ternyata dirinya hanyalah seorang putri angkat, perasaan Bianca terhadap Emanuel semakin tidak dapat lagi ditahan. Meskipun Emanuel masih bersikap masa bodo terhadapnya namun Bianca kekeh menginginkan laki-laki bertubuh kekar, berwajah tampan yang biasa dia panggil Papa itu, untuk menjadi miliknya.