/0/11020/coverbig.jpg?v=080fff4af68b2b59158d942512354e53)
"Elina, berani sekali kamu kabur setelah kamu menipu aku!" Elina terpaksa menghabiskan malam panasnya dengan Kevin setelah secara tidak sengaja dia meminum obat perangsang dari gelas yang salah. Kevin yang sedang menunggu kedatangan wanita kiriman dari asisten pribadinya, segera saja membawa Elina masuk ke dalam kamarnya, setelah dia melihat Elina berdiri di depan kamar hotelnya. Namun ada susuatu yang terjadi pada Kevin saat dia bersama dengan Elina di malam itu. Takdik sepertinya masih ingin bermain dengan mereka. Elina dan Kevin dipertemukan kembali dalam situasi yang berbeda. Apa yang akan terjadi pada Kevin dan Elina selanjutnya?
"Aduh, kok kepalaku pusing banget ya. Aduh ... ini kenapa ya," keluh Elina ketika dia merasa kepalanya kini terasa semakin berat.
"Kamu tadi minum apaan sih, Ell?" tanya Dinda yang melihat tubuh sahabatnya sedikit berkeringat saat ini.
"Gak ada kok. Aku cuma minum yang ada di sini doang ... tapi kenapa kepalaku rasanya berat banget ya. Nggak biasanya banget kayak ini," jawab Elina sambil mulai memijat pelipisnya sendiri.
"Kok bisa gitu sih. Kayaknya ini bukan pertama kalinya deh kamu minum minuman ini kan. Dan biasanya nggak pernah sampai ngeluh tuh," ucap Dinda yang kemudian memberikan tisu pada Elina untuk sedikit menyeka keringat yang ada di keningnya.
"Ell, kayaknya kamu perlu istirahat deh. Kamu mau ke kamar duluan atau tetap mau di sini aja? Mending ke kamar deh, Ell," tanya Mega yang duduk bersama Elina dan Dinda sekaligus memberikan saran pada sahabat kekasihnya itu.
"Iya bener, Ell. Kondisi kamu kayaknya makin ga bener nih," timpal Dinda yang mendukung ucapan Mega.
"Di sini aja deh dulu bentaran. Bisa makin bete aku ntar kalau sendirian di kamar," jawab Elina yang kemudian segera menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan mencoba untuk memejamkan matanya.
Elina yang baru saja putus dari kekasihnya membutuhkan hiburan untuk melupakan rasa sedihnya karena ditinggal pergi tanpa alasan oleh kekasihnya. Elina mengajak 2 orang sahabat baiknya itu untuk menikmati malam di sebuah klub malam dan pergi menginap di hotel yang ada di atas klub tersebut.
Dentuman suara musik yang semakin kencang kian membuat darah Elina mendidih saat ini. Badannya terasa semakin panas dan kepalanya juga semakin berat.
Padahal ini bukan pertama kalinya dia minum minuman yang sama seperti yang dia tenggak malam ini, tapi entah mengapa malam ini tubuhnya memberikan reaksi yang berbeda dari yang biasanya.
"Aduh kepalaku ini kenapa sih," keluh Elina pelan sambil memegang kepalanya erat-erat.
"Ell, mendingan kamu istirahat deh. Kamu makin keliatan kayak orang teler tau ga," saran Dinda.
"Nggak mau ah. Ntar aku ke inget lagi sama si brengsek itu," tolak Elina.
"Tapi kamu kayaknya nggak sehat, Ell. Entar yang ada kamu makin sakit."
"Iya Ell, bener apa yang dibilang sama Dinda itu. Mendingan kamu naik dulu deh, besok kita ke sini lagi kalau emang kamu masih pengen kita ke sini. Tapi beneran deh ... kondisi kamu nggak baik banget hari ini. Kalo perlu kita naik aja lah barengan kalo emang kamu gak mau sendirian di kamar," sahut Mega yang mendukung saran dari Dinda.
Elina tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Dinda. Dia melihat ke arah Dinda dan Mega secara bergantian.
Sepertinya apa yang dikatakan oleh Dinda tentang kondisi tubuhnya malam ini semua benar. Kondisi tubuhnya sangat tidak bersahabat sehingga membuat dia merasa sedikit sakit, padahal baru sebentar saja dia minum.
"Kayaknya aku emang harus istirahat deh. Badanku beneran gak enak. Panas banget," ucap Elina sambil meraih tas miliknya.
"Perlu aku temenin gak?" Dinda menawarkan diri.
"Gak usah. Kamu di sini aja ama Mega. Aku mau langsung tidur."
"Beneran gak mau dianterin ke kamar?" Mega juga ingin memastikan.
"Gak usah, aku masih bisa jalan kok. Din, ntar kalo aku gak bukain pintu ... kamu tidur di kamar Mega ya?" pesan Elina sebelum dia meninggalkan teman-temannya itu.
"Beres. Kamu istirahat aja Ell. Baik-baik ya, Ell," pesan Dinda sambil membantu Elina merapikan barangnya.
"Ell, kalo butuh kita ... telepon aja ya, gak usah ragu," ucap Mega juga ikut berpesan pada sahabat baiknya itu.
Elina membalas ucapan teman-temannya itu hanya dengan senyuman. Dia ingin segera meninggalkan tempat itu karena dia merasa kepalanya serasa ingin meledak setiap dia mendengar suara musik yang sangat keras di klub malam itu.
Elina tidak ingin cuti kerja hari Senin nanti, oleh karena itu dia memilih untuk mengikuti saran dari teman-temannya. Dia segera berpamitan lalu berjalan perlahan menuju ke pintu keluar klub malam.
Dengan sedikit susah payah, Elina berjalan di antara kerumunan orang yang sedang menikmati malam sambil bergoyang mengikuti dentuman musik yang seperti membakar tubuh mereka. Elina berjalan perlahan mencoba menghindari orang-orang yang berlalu lalang di sana.
"Ah gila! Sakit banget sih kepalaku. Salah makan kali aku tadi ya," gumam Elina sendirian saat dia sudah berada di dalam lift.
"Moga besok pagi sembuh lah. Mau minum obat sakit kepala tapi kok abis minum, ntar kalo bereaksi ... bisa modar aku. Gak lah, tidur dulu aja," lanjut Elina lagi yang ingin segera sampai ke kamar hotelnya.
***
"Halo Bos, saya antar jam berapa?" tanya Bima pada atasannya.
"Bentar lagi. Aku baru aja beres meeting," jawab Kevin sambil menggerakkan lehernya yang sejak tadi terasa tegang.
"Baik, Bos. Nanti saya siapkan seperti biasanya."
"Ok! Kirimkan 10 menit lagi," perintah Kevin pada asisten pribadinya itu sebelum dia menutup sambungan telepon.
Kevin meletakkan kembali ponselnya lalu segera menutup layar laptopnya. Dia baru saja melakukan rapat penting dengan cabang perusahaan keluarganya di Amerika, yang baru saja dia tinggalkan.
Saat lelah, pria muda berusia di awal 30 tahun itu selalu menyuruh asisten pribadinya untuk menyewa wanita malam dengan kriteria yang dia inginkan. Kevin yang masih belum berniat menikah itu memang masih belum berniat mengikat dirinya dengan satu wanita saja.
Pandangan Elina kini kian kabur setelah dia sampai di koridor kamar yang dia sewa. Sambil berjalan perlahan dan berpegangan pada tembok, Elina mencoba untuk secepatnya sampai di kamarnya. Koridor Itu tampak sangat sepi, tidak ada satu orang pun yang melintas di sana.
"Aduh badanku kok makin panas banget ya. Nyebelin banget deh! Ah ... ini kamarku," gumam Elina pelan sambil berapa kali mengerjapkan matanya untuk melihat nomor kamar yang ada di pintu coklat itu.
Elina segera mengambil kunci kamar dari dalam tas agar dia bisa segera masuk. Kesadarannya yang mulai hilang membuat Elina sedikit kesulitan untuk mencari kunci kamarnya itu.
"Duh ... di mana sih kuncinya," gerutu Elina sambil terus merogoh tasnya.
"Ah ... ini dia."
"Eh ... keren banget nih kamar. Baru juga mau ditempelin kuncinya, pintunya udah ngebuka sendiri," ucap Elina pelan ketika dia melihat pintu kamar itu sedikit terbuka.
Tiba-tiba pintu itu terbuka sedikit lebih besar lalu muncul tangan yang langsung mencengkeram pergelangan tangan Elina dan menariknya dengan paksa untuk masuk ke dalam. Badan Elina yang sedikit oleng, segera terbawa masuk ke dalam kamar tanpa bisa dia cegah lagi.
"Eh apa-apaan ini!" tolak Elina ketika dia merasa ada seseorang yang membawanya masuk ke dalam kamar tersebut.
"Jadilah pasanganku, tapi jangan pakai hati." Menjadi seorang sugar baby adalah suatu hal yang tidak pernah dibayangkan sama sekali oleh Joanna. Namun karena himpitan ekonomi, Joanna pun akhirnya menerima tawaran Regan untuk menjadi sugar baby-nya. Dibalik sikap baik Regan, ternyata pria itu menyimpqn suatu rahasia yang di dengar Joanna dari teman-teman Regan. Apa rahasia itu benar adanya? Akankah Joanna bertahan menjadi sugar baby Regan? Mungkinkah cinta hadir di antara mereka?
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
21+ !!! Harap bijak memilih bacaan HANYA UNTUK DEWASA. Untuk menguji kesetiaan pasangan masing-masing akhirnya Arga dan rekan-rekan sekantornya menyetujui tantangan gila Dako yang mengusulkan untuk membolehkan saling merayu dan menggoda pasangan rekan yang lain selama liburan di pulau nanti. Tanpa amarah dan tanpa cemburu. Semua sah di lakukan selama masih berada di pulau dan tantangan akan berakhir ketika mereka meninggalkan pulau. Dan itu lah awal dari semua permainan gila yang menantang ini di mulai...