/0/12768/coverbig.jpg?v=fae56b7ccf11fa15282c748c9110af99)
Menjadi penjual petasan keliling membuat Daniel harus selalu repot berurusan dengan satpol PP, dikejar kejar, disita seluruh dagangannya, bahkan dirampas seluruh uangnya. Namun, hal itu tak membuatnya kapok, ia terus menjajakan dagangannya hingga nasib apes menimpanya, ia harus mendekam di bui karena ketahuan menjual barang berbahaya, hingga akhirnya didalam sel ia jatuh cinta pada seorang sipir cantik yang mana mempunyai tingkat kejudesan level langit ketujuh, akankah Daniel dapat meluluhkan hati sang sipir cantik?
"Aduh kamu ini bisa gak sih kalau jalan hati-hati? Lihat nih baju saya jadi kotor ketumpahan kopi!" Protes seorang wanita cantik berambut panjang dan berkulit putih pada seorang pemuda berparas sederhana yang tak sengaja menabraknya saat hendak menikmati segelas kopi ditangannya.
Kelopak mata Daniel melebar seketika, saat melihat pakaian sang gadis menghitam dan kotor karena ulahnya. Dengan sigap ia meraih satu botol air mineral yang berada diatas meja, lalu ia tumpahkan diatas noda hitam pada pakaian sang gadis tersebut. Menyadari pakaiannya basah diguyur air, mata gadis itu spontan terbelalak.
Amarahnya mulai tersulut melihat Daniel dengan wajah tanpa dosa memperlihatkan barisan giginya yang terpampang nyata tepat dihadapannya.
"Arghhh! Kenapa kamu malah siram saya? kamu ini gak pernah diajari sopan santun atau gimana? Hah?" Sungut nya pada Daniel.
"Mbak jangan marah marah mulu nanti cepet tua loh, saya cuma mau bersihin noda kopi di baju mbak, kenapa mbak malah marah-marah kesaya? Niat saya kan baik mbak, saya mau tanggungjawab." Timpa Daniel.
"Sejak kapan saya nikah sama abangmu? Seenak jidatmu saja kamu panggil saya mbak, Tanggungjawab macam apa ini? Lihat, Baju saya basah semua, mana saya gak bawa jaket, ini sudah malam, kalau sampai saya nanti masuk angin gara-gara pulang dengan baju basah seperti ini, apa kamu mau tanggung jawab?" Sungutnya sembari mengusap pakaiannya.
Karena perdebatan mereka semakin sengit, tak sedikit orang yang berada disana berusaha mendekat kearah mereka untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Bahkan, sang pemilik warung pun sampai keluar dan berusaha melerai perdebatan yang terjadi antara Daniel dan sang gadis. Namun, nampaknya sang gadis telah dikuasai oleh amarah, bagaimanapun cara Daniel meminta maaf ia tetap terlihat salah dimatanya. Daniel menepuk dahinya sambil menggelengkan kepalanya.
"Mbak, kalau difikir-fikir saya ini gak sepenuhnya salah loh, mbak yang jalan gak lihat-lihat sampai nabrak saya, harusnya saya yang marah sama mbak, bukannya mbak yang ngamuk kesaya, mbak ini lagi punya banyak beban hidup atau bagaimana? Oke saya minta maaf, ini saya ada jaket, sementara mbak bawa saja untuk menutupi badan mbak biar tidak masuk angin." Tutur Daniel sambil menyodorkan jaketnya.
"Kamu ini sudah salah masih saja berkelit, sudah jelas kamu yang salah, masih saja mojokin saya!" Sungut sang gadis sambil menyambar jaket Daniel.
"Terserah mbak, kalau memang mbak masih mau marah-marah tunggu disini, biar saya pinjam mikrofon sama mbok Darmi diruang karaoke, mbak pakai saja nanti biar ngomelnya makin seru, tunggu sebentar saya ambilkan."
Mata sang gadispun melebar sempurna mendengar ucapan Daniel, diapun menghentakkan kakinya keatas lantai sambil menatap kesal kearah Daniel yang mulai berjalan menjauh darinya. Dari sisi lain nampak pria yang duduk di sudut ruangan berjalan mendekat kearahnya.
"Mbak, sudah lah, ini si Daniel kan juga sudah minta maaf, kenapa mbak masih saja marah-marah? Nanti cantiknya luntur loh, oh iya kenalkan saya Tobi, saya seorang Intel loh, dan Daniel ini anak buah saya, kalau mbak mau saya bisa antarkan mbak pulang jadi mbak tidak perlu kedinginan dijalan karena saya bawa mobil. Bagaimana?" Tawar seorang pria muda tersebut sambil menunjuk kearah mobilnya.
"Oh ya? Intel? Bodoamat!." Jawab sang gadis sambil berjalan menjauh dari area warung yang membuat Daniel semakin serba salah.
Daniel berusaha berlari mengejar sang gadis, namun sayang, saat Daniel berlari beberapa meter dari warung setelah ia membayar pesanannya untuk mengejar sang gadis, ia telah kehilangan jejak. Gadis tersebut telah pergi entah kemana. Setelah mengitari jalanan ibu kota selama lebih dari satu jam dan ia tak menemukan sang gadis, Daniel memutuskan untuk pulang, sembari membawa rasa bersalahnya.
Pagi buta, Tobi menghubungi Daniel dan memintanya untuk datang ketempat biasa mereka bertemu, disana Tobi mengatakan jika dia mencurigai salah satu pedagang sebagai sindikat kriminal, ia meminta Daniel untuk menyelidiki pedagang tersebut agar menemukan barang bukti. Ya, karena Tobi adalah seorang Intel yang menyamar sebagai orang biasa, ia meminta kepada Daniel untuk menjadi rekan kerjanya untuk menjalankan tugas, dengan iming-iming Daniel akan ia angkat sebagai asisten Intel untuk dirinya setelah misinya berhasil. Pucuk dicinta, ulampun tiba, pedagang yang dimaksud oleh Tobipun datang, ia nampak dengan semangat menjajakan dagangannya menunggu pembeli datang dengan duduk dibawah pohon sambil mengusap keringat diwajahnya. Daniel segera melancarkan aksinya, tanpa basa basi ia mengobrak-abrik dagangan pria paruh baya tersebut yang sukses membuatnya marah hingga berteriak.
"Maling!! Tolong ada maling!" Pekik sang penjual.
Tak perlu waktu lama, wargapun mulai berdatangan dengan membawa panci, galah, bahkan celurit, mereka mendekat kearah Daniel dan bersiap mengamuknya. Daniel merasa sangat kesal pada Tobi, bukannya membantu menolongnya, si Tobi malah melarikan diri. Sungguh teman yang tidak mempunyai hati nurani. Daniel sudah pasrah saat gerombolan warga bar-bar tersebut mulai mendekat kearahnya, ia merasa jika nasibnya akan suram, ia hanya bisa pasrah sembari menunggu keajaiban datang, dengan berharap datang seorang Ibu peri cantik yang akan menyelamatkannya dan membawanya pergi dari sana. Sungguh pemikiran yang sangat tidak berguna.
Untunglah, tak lama kemudian satpol PP pun datang dan meringkus Daniel karena dianggap telah berusaha ingin merampok sang pedagang. Sejenak Daniel menarik nafas panjang, ia merasa sedikit lega, walaupun bukan seorang ibu peri cantik dan bersayap yang datang menyelamatkan dirinya, melainkan para kaum pejantan bertubuh dempal berwajah garang yang menyeretnya menjauh dari kerumunan warga, setidaknya nasibnya kini sedikit mujur karena tak sampai terkena amukan dari para warga.
"Pak lepasin saya! Bapak ini kenapa sih? Bukannya kita teman?, kok bapak malah nangkap saya?" Protes Daniel pada petugas satpol PP yang memaksanya masuk kedalam mobil tugasnya.
Tanpa jawaban berarti, petugas satpol PP tersebut menarik tangan Daniel dan memintanya untuk segera masuk kedalam mobil tugas dari satpol PP tersebut.
Rasa kesal bercampur jengkel berkecamuk dalam diri Daniel, ia merasa heran, mengapa ia bisa di tangkap oleh petugas satpol PP saat ia sedang melancarkan aksinya, iapun merasa ada yang tak beres pada Tobi, Intel profesional yang ia kenal beberapa hari yang lalu diwarung kasi kucing mbok Darmi. Tobi berujar jika tukang kredit pakaian dalam tersebut adalah sindikat kriminal yang menjual barang terlarang, maka dari itu, Tobi sebagai Intel meminta Daniel menyelidiki pedagang tersebut sembari mencari dimana ia menyembunyikan barang terlarang yang ia simpan. Namun sayang, saat Daniel mencoba menyibak tumpukan BH dan celana dalam, ia tak dapat menemukan apa-apa selain uang lusuh pecahan dua ribuan yang berada didalam kantong plastik. Mobilpun melaju dengan cepat hingga beberapa saat kemudian Daniel dibawa masuk kedalam ruangan kecil untuk diinterogasi.
"Pak lepaskan saya! Saya masih punya beban hidup! Istri saya mau melahirkan pak!" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang tak asing di telinga Daniel.
Dan benar saja, saat Daniel menoleh kebelakang, seorang satpol PP berbadan dempal, nampak menarik tangan Tobi dan memaksanya masuk kedalam sel yang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Mata Daniel terbelalak saat melihat Tobi memelas dihadapan satpol PP dan meminta keluar dari sel. Rasa bingung mulai memenuhi kepala Daniel. Dia merasa heran, kenapa seorang Intel bisa ditangkap oleh satpol PP. Untuk menyudahi rasa penasarannya, Daniel pun menanyakan hal tersebut pada petugas Satpol PP yang bertugas.
"Pak, itu Intel kenapa bisa ditangkap? Salah dia apa pak?"
"Intel? Intel darimana? Kamu kenal sama dia?"
"Iya kenal, dia yang nyuruh saya selidiki tukang kredit BH tadi pak, dan suka nyuruh saya minta setoran sama pedagang yang ia curigai sindikat kriminal, saya kenal dia waktu makan dilesehan masi kucing mbok Darmi."
"Hahaha, kasihan sekali kamu nak, ganteng-ganteng kok blo'on! mana ada Intel makan di warung nasi kucing? mana level? Asal kamu tahu! Dia itu buronan!. Dia preman yang suka meresahkan banyak orang! Dia sering nodong anak sekolah, pedagang kecil bahkan para pengamen, karena mungkin sadar dia dalam pencarian polisi, dia menyamar sebagai Intel untuk melancarkan aksinya dengan menipu orang-orang macam kamu agar tetap mendapatkan uang! Dan bodohnya kamu nurut-nurut saja!"
"Apa????? Kurang ajar! Dasar sempak!"
Amarah Daniel pun memuncak saat mendengar penuturan dari Tobi saat diinterogasi oleh petugas, dengan santainya mengatakan jika ia tak mengenal Daniel sama sekali, ini Daniel harus tetap mendekam dalam bui sementara waktu karena tak ada bukti akurat yang menunjukkan jika Tobilah yang memintanya untuk memeras pedagang pakaian dalam. Didalam ruangan sempit yang di penuhi koloni nyamuk nakal, Daniel maratapi nasibnya, ia merasa sangat menyesal harus dengan bodohnya menuruti perintah Tobi yang ternyata adalah seorang tukang tipu.
"Permisi, ini jatah makan malam kamu, silahkan dimakan." Terdengar suara lembut menusuk kalbu yang memecah kesunyian.
Dengan cepat Daniel menatap kearah gadis cantik yang membawa satu kotak nasi ditangannya. Namun mulutnya menganga saat melihat wajah sang gadis. Ternyata, gadis yang ia buat kesal semalam adalah seorang sipir.
"Kamu lagi? Kamu ternyata seorang penjahat? Pantas saja tidak punya moral! Nyesel saya datang kesini!" Ujar gadis cantik tersebut sambil memalingkan mukanya dan berjalan menjauh dari Daniel.
"Mbak! Jangan pergi dulu mbak! Mbak tolongin saya, mbak bebasin saya, saya bukan penjahat mbak, saya difitnah! Tolong bilang sama Bapak berkumis tebal didepan kalau Tobi yang sudah suruh saya berbuat jahat, mbak tolong, masadepan saya ada ditangan mbak."
"Sebentar, saya ambilkan mikrofon, kamu nanti pakai saja untuk minta tolong sama orang lain, biar makin seru teriaknya." Tegas sang gadis pada Daniel sambil menarik sebelah bibirnya.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?