/0/13630/coverbig.jpg?v=2872451ed3d896e5f8501d6a2e73d446)
Lahir ke dunia dari hasil perselingkuhan ayahnya bukanlah keinginan gadis cantik yang bernama Tari Ayunda. Setelah ibu kandungnya meninggal akibat terbunuh, mau tak mau ayah Tari yang bernama Budi membawanya pulang dan meminta kepada istrinya untuk membesarkan anaknya dari hasil perselingkuhannya bersama gadis desa yang bernama Ningsih. Marni yang terpaksa menerima bayi malang tanpa dosa itu akhirnya menerima Tari dan membesarkannya, tapi tanpa ada kasih sayang yang diberikannya layaknya seorang ibu kandung. Hingga Tari dewasa, arwah Ningsih datang pada keluarga Budi dan ingin membawa Tari untuk tinggal bersamanya. Apakah Tari akan memilih hidup dengan ibunya yang berbeda alam dengannya? Atau bertahan dengan Marni yang selalu menyiksanya setiap hari?
"Dimana aku? Kamar siapa ini?"
Tari terbangun dari tidur panjangnya. Matanya mengerjap berkali-kali, lalu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar. Tari lalu terduduk diatas kasur empuk yang masih terbuat dari kapuk. Suasana kamar yang sangat berbeda dengan kamar dirumahnya yang terkesan modern. Berbeda dengan kamar ini, yang terlihat seperti kamar pada jaman dahulu. Dengan kasur kapuk dan jendela tanpa kaca yang hanya ditutupi oleh gorden. Tidak ada hiasan dinding yang menempel, hanya ada satu foto yang menempel di dinding yang terlihat sudah kusam.
Tari beranjak dari duduknya, berjalan mendekati bingkai foto yang satu-satunya terpajang di dinding. Ia lalu menatap foto tersebut. Didalam foto itu terdapat sepasang suami istri yang terlihat tanpa ekspresi. Tari merasa sangat asing dengan tempat ini. Bukan hanya tempatnya saja, suasana kamar juga udara yang sangat dingin menusuk hingga ke tulang.
"Sepi banget, seperti tidak ada kehidupan."
Tari melihat keadaan diluar jendela. Ia penasaran tempat apa sebenarnya ini. Diluar jendela terlihat sangat sepi. Seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Akan tetapi, diluar sana terlihat masih sangat asri dengan ditumbuhi tanaman-tanaman liar yang tumbuh subur diatas tanah.
"Sepertinya, aku berada di sebuah perkampungan yang jauh dari kota. Terlihat dari suasana diluar sana yang terlihat masih sangat asri dan udaranya yang sejuk."
Tidak ada suara sedikitpun, benar-benar seperti tidak ada kehidupan. Hanya suara semilir angin yang menggoyangkan dedaunan. Tiba-tiba bulu kuduk Tari sedikit meremang. Merinding, itulah yang sedang dirasakan olehnya.
Ceklek, krieeettt.
Suara derit pintu kamar terbuka. Tari terlonjak kaget saat pintu kamar terbuka dengan mengeluarkan suara yang memekakkan telinganya.
"Eeeh, udah bangun, Neng geulis?" tanya seorang wanita paruh baya yang membawa sebuah nampan berisi mangkuk dengan bubur yang masih mengeluarkan asap. Aroma khas dari bubur ayam, seketika membuat Tari menjadi lapar. Bagaimana tidak, sejak kemarin Tari belum memasukkan makanan apapun ke dalam perutnya.
Suasana yang menyeramkan tadi seketika berubah menjadi hangat. Senyuman yang diberikan oleh Ningsih kepada Tari membuatnya menjadi lebih sedikit tenang. Ada sedikit lega di hati Tari saat ia menatap wajah wanita yang memberikannya senyum yang tulus. Seperti senyum seorang ibu kepada anaknya. Bahkan, entah kapan Tari melihat ibu kandungnya tersenyum kepadanya. Hanya raut wajah kesal yang selalu ditunjukkan oleh Tuti--ibu kandungnya--pada Tari.
"I-iya. Maaf, sebenarnya saya ini ada dimana, Bu?" tanya Tari masih belum ingat bagaimana ceritanya ia bisa berada di rumah ini.
Ningsih menyimpan nampan berisi bubur ayam tadi di atas meja kecil. Lalu berjalan mendekati Tari. "Neng geulis ada di rumah Ibu." Tangannya terulur membelai lembut rambut Tari yang panjang terurai. Perasaan hangat menjulur ke dalam hatinya. Sudah lama sekali ia tidak pernah merasakan belaian lembut dari tangan seorang ibu. Tari merasakan nyaman saat ia berada dekat dengan Ningsih. Padahal baru beberapa menit saja ia bertemu dengan wanita paruh baya itu.
"Sekarang, Neng makan aja dulu. Nanti buburnya keburu dingin, gak enak," titahnya kemudian.
"Tapi, sa-saya ...."
"Nanti, setelah selesai makan, Ibu janji akan menceritakan bagaimana Neng geulis bisa berada di rumah ini." Ningsih memotong ucapan Tari, ia seperti tau apa yang ada di dalam pikiran Tari. "Ayo sini, makan. Oh ... kalau begitu Ibu tunggu diluar kamar saja, ya. Barangkali Neng geulis malu kalau makan di depan Ibu." Lagi-lagi Ningsih bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Tari. Tanpa menunggu jawaban dari Tari yang sedari tadi bengong, Ningsih segera keluar kamar meninggalkan Tari yang masih berdiri di depan jendela kamar.
'Kenapa ibu itu seperti tau apa yang ada dipikiranku?' batin Tari.
Aroma khas dari bubur ayam lagi-lagi menusuk hidungnya. Asap yang masih mengepul diatasnya seolah-olah melambai-lambai memanggilnya untuk segera menyantap bubur ayam tersebut.
"Sepertinya bubur ayam ini enak, baunya benar-benar menggoda." Tari berjalan mendekati meja. Ia lalu duduk di di kursi yang ada di dekat meja. Tangannya mulai menyendok bubur yang terlihat sangat menggoda. Hingga tak terasa bubur itu telah habis tak tersisa.
"Kenyang banget, padahal kelihatannya bubur ini isinya sedikit. Tapi kenapa perutku rasanya kenyang banget." Tari memegangi perutnya yang kekenyangan. "Aku belum pernah makan bubur seenak ini," ucapnya kemudian masih bermonolog.
Setelah menghabiskan satu mangkuk bubur ayam dan satu gelas teh hangat tawar. Tari beranjak dari duduknya dan berniat untuk keluar kamar menemui wanita tadi. Dengan gerakan yang sangat pelan, Tari membuka pintu kamar. Mula-mula Tari menengok ke kanan dan ke kiri melihat sekeliling, sepi. Tak ada orang sama sekali. Tari melangkahkan kakinya keluar kamar. Ia bingung akan mencari Bu Ningsih kemana. Suasana rumahnya pun terlihat sangat sepi. Benar-benar sunyi, sepi seperti tidak ada kehidupan. Hanya terdengar suara dedaunan jatuh tertiup angin yang cukup kencang. Tidak ada suara kendaraan seperti di lingkungan rumahnya.
Tari melangkahkan kakinya menuju halaman depan. Ia benar-benar merasa penasaran dan ingin melihat suasana diluar sana. Dengan pelan, Tari membuka pintu lalu melangkah keluar rumah. Hawa dingin langsung menusuk hingga ke tulang. Tari yang tidak biasa dengan cuaca dingin, langsung menggigil kedinginan.
"Ish, dingin banget disini. Sepertinya aku berada di perkampungan yang jauh dari kota. Tapi dimana? Kok bisa aku sampai ke tempat ini." Tari mendekap erat tubuhnya yang kedinginan. "Tapi aku suka tempat ini, udaranya sejuk dan masih sangat segar. Berbeda dengan di rumah, bising oleh kendaraan dan teriakan mamah." Tari bermonolog.
Rumah milik Ningsih memang berada di perkampungan yang jauh dari kota. Tepatnya berada di desa Citiis. Rata-rata setiap rumah memiliki halaman yang cukup luas. Seperti rumah Ningsih yang memiliki halaman cukup luas yang ditumbuhi oleh beberapa pohon yang memiliki daun yang rindang, seperti pohon mangga dan juga pohon jambu. Suatu hal yang jarang ditemui di kota tempat tinggal Tari. Rumah Ningsih dengan para tetangganya berjarak cukup jauh. Tapi masih terlihat dengan jelas.
Tiba-tiba angin bertiup cukup kencang dan suasana semakin mencekam. Hawa yang tadinya terasa dingin bagi Tari, kini semakin dingin lagi. Sepertinya malam akan segera tiba. Matahari mulai tenggelam berganti dengan bulan yang akan mulai meninggi. Hari mulai gelap. Siang pun berganti malam. Tari semakin menggigil kedinginan.
"Sepertinya ini waktunya Maghrib. Tapi, kenapa tidak ada yang mengumandangkan adzan Maghrib?" Tari bertanya-tanya atas keganjilan yang ia rasakan.
Tiba-tiba terdengar suara-suara yang mulai bermunculan. Seperti suara anak kecil yang sedang merengek dan suara tawa seorang anak, sangat terdengar jelas oleh telinga Tari.
"Ada manusia, siapa dia?"
Tiba-tiba terdengar jelas seperti ada orang yang berbicara tak jauh dari tempatnya berdiri. Bulu kuduk Tari meremang saat ada sebuah tangan yang memegang pundaknya. Tangan itu terasa sangat dingin menembus hingga kulit Tari. Dengan jantung berdebar kencang, Tari menoleh kebelakang.
Aletha seorang gadis biasa yang sangat menyayangi keluarga dan sekaligus menjadi tulang punggung keluarganya harus terjebak kedalam pernikahan di atas kertas karena harus mengganti uang mahar yang diberikan calon suaminya yang tidak sedikit. Aletha membatalkan pernikahan dengan calon suaminya yang bernama Ronald, karena ia baru mengetahui jika Ronald ternyata sudah mempunyai istri. Ia tidak mau dijadikan istri yang kedua oleh Ronald. Sementara uang mahar yang diberikan oleh Ronald sudah habis untuk membayar hutang orang tuanya dan merenovasi rumahnya. Ronald yang tak menerima pembatalan pernikahan secara sepihak oleh Aletha meminta kembali uang mahar yang telah diberikannya. Sampai suatu saat ia bertemu dengan pemilik perusahaan dimana ia bekerja. Aletha bekerja di perusahaan cabang hanya sebagai staf administrasi biasa dan dengan gaji yang standar. Sang presiden direktur yang bernama Athala menawarkan pekerjaan yang diluar kapasitasnya sebagai staf administrasi yaitu sebagai istri di atas kertas dengan bayaran yang fantastis. Satu sisi Aletha tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai permainan. Tapi sisi lain, Aletha sangat membutuhkan uang itu. Jika ia tidak bisa membayar uang mahar yang terlanjur sudah dipakai oleh orang tuanya, mau tak mau Aletha harus menikah dengan Ronald dan menjadi istri ketiganya. Apakah Aletha akan mengambil tawaran yang diberikan oleh Athala sang pemilik perusahaan? Atau ia harus rela menjadi istri keduanya Ronald?
"Ceraikan anakku sekarang juga! Aku tidak sudi mempunyai menantu gembel sepertimu!" Rendra Gumilar, seorang buruh di salah satu pabrik yang berada di kotanya harus kehilangan istri dan anaknya yang baru saja dilahirkan beberapa bulan yang lalu karena keegoisan sang mertua. Pernikahan antara Rendra dan Viona tidak mendapat restu dari kedua orang tua Viona, karena Rendra berasal dari keluarga miskin. Rendra tidak bisa mempertahankan istri dan anaknya, karena memang keadaannya yang belum sukses. Tuan Brata--ayah kandung Viona-memaksa putrinya untuk menggugat cerai Rendra. Setelah kepergian Viona dan bayinya, Rendra mencoba bangkit dan berusaha untuk menjadi seorang pria yang sukses. Setelah sukses nanti, Rendra berniat untuk mengambil kembali istri dan anaknya. Apakah Rendra akan berhasil membuktikan kepada mertuanya bahwa ia bisa menjadi seorang laki-laki yang sukses kemudian mengambil kembali anak dan istrinya? Atau justru Rendra harus kehilangan mereka?
"Ugh," Lenguhan keluar dari bibir perempuan yang tengah terpejam itu. " Yes, honey. Moan again !" Geram pria itu. " Akh, you make me crazy" Alana tidak tau jika setiap malam selalu ada orang yang menyelinap masuk ke dalam apartment mewah nya, menyentuh saat dia tidur dan pergi setelah puas tanpa dia tau keberadaan nya. Yang Alana rasa, semua itu hanya mimpi nya. -- " Rasanya aku ingin mengecup dan memberikan tanda di setiap inci tubuh kamu. mengurungmu dan menjadikan kamu hanya untuk ku. " " Pria gila. " " Yes, that's me"
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Jatuh cinta bisa terjadi pada siapa saja, tidak terkecuali pada istri orang. Itulah yang terjadi pada Alex Spencer, pria pengangguran yang hidup menumpang pada istrinya, Tracy. Pesona Tessa membuatnya jatuh cinta teramat jauh. Sedang, Tessa merupakan istri Kapten Pasukan Elit Angakat Darat Salvador, Leo Willborwn. Jika dibandingkan dengannya, jelas Leo jauh lebih baik dari segi apa pun. Hanya saja, Tessa sering kesepian saat suaminya pergi bertugas. Kesempatan itu pun Alex gunakan untuk menjerat Tessa dalam hasrat gilanya. Mampukah Tessa menahan derasnya godaan birahi?
Bagaimana jadinya jika pembantu rumah tangga seorang lelaki alim adalah seorang model majalah dewasa? Apakah yang akan terjadi setelahnya? Apakah Alfarezi sang cowok alim tetap teguh dalam pendiriannya? Atau justru Aruna si model sexy yang akhirnya tobat? Namun, kenapa hati Alfarezi selalu berdebar setiap kali mereka berdekatan. Bahkan, sedetik pun ia tak bisa melupakan pesona si wanita penggoda iman. Penasaran dengan kelanjutan cerita mereka berdua? Yuk, baca cerita selengkapnya! Tapi, khusus 18+ ya…
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"