/0/13837/coverbig.jpg?v=bff9f94f816328f761cd162e4d598f8e)
Bedanya kasta membuat hubungan Luxe dan sekretarisnya (Kiara) terpaksa kandas, dan Kiara pun dipaksa untuk meninggalkan Luxe demi menyelamatkan nyawa sang adik.
Di perkantoran yang mewah, terlihat beberapa orang tengah melakukan rapat, dipimpin seorang laki-laki tampan dan bertubuh kekar, yang diperkirakan laki-laki itu berusia 28 tahun, dia sedang memimpin rapat sambil menunjukkan beberapa foto dan video.
Dia menjelaskan dengan begitu detail dan rinci, hingga beberapa orang yang ada di ruang rapat itu terlihat mengangguk paham, meskipun sesekali ada juga yang bertanya.
"Okey, cukup sekian dari saya dan kita akhiri rapat kita hari ini," ucap laki-laki itu yang bernama Luxe Matthew. Dia adalah pengusaha ternama di kota J yang terkenal baik dan sangat ramah.
Luxe pun tersenyum saat semua orang bertepuk tangan karena mengagumi kehebatannya dalam memimpin rapat. Selain itu, Luxe selalu tampil sangat memukau. Sehingga banyak karyawan yang sangat mengagumi dirinya, bahkan sebagian dari mereka selalu bermimpi jika suatu saat keajaiban untuk bersama dengan boss tampan itu ada.
"Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Luxe, kemudian dia pun keluar diikuti oleh sekretaris dan asisten pribadinya.
Sesampainya di luar ruang rapat, Luxe menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang menatap sang sekretaris yang sejak tadi hanya diam saja. "Kiara, apa kamu sedang tidak enak badan?" tanya Luxe pada sang sekretaris.
Kiara mendongak kemudian menggeleng. "Saya tidak apa-apa, Tuan," jawab Kiara dengan senyum yang dipaksakan.
"Baiklah, jadwal saya setelah ini ke mana?" tanya Luxe kembali. Sementara sang asisten pribadinya hanya diam saja mendengarkan, karena memang yang memegang jadwal Luxe adalah Kiara Yuanita.
Kiara mengangguk kemudian membuka tablet PC yang selalu dia bawa ke mana-mana. "Setelah rapat tadi, jadwal Tuan kosong sampai dua jam ke depan," jelas Kiara.
"Jika begitu, tolong kamu pesankan saya tempat di restauran, saya ingin makan siang dengan seseorang," titah Luxe, Kiara pun kembali mengangguk sebagai jawaban.
Setelah melihat jawaban dari Kiara, Luxe melangkah masuk ke dalam ruangannya, selama menunggu Kiara membuatkan jadwal makan siang untuknya, dia ingin merilekskan pikiran lebih dulu.
"Sabar ya Ra, dia memang seperti itu!" kata asisten pribadi yang sejak tadi hanya diam saja.
Kiara tersenyum. "Tenang saja asisten Yuda, aku sudah terbiasa."
Yuda yang merupakan asisten pribadi dan sepupu Luxe itu pun membalas senyuman Kiara. "Yasudah, aku masuk dulu ya, jangan lupa cari tempat makan yang romantis," kata Yuda.
Kiara terkekeh kecil seraya mengecek beberapa restauran yang biasa dia jadikan tempat makan yang pas untuk bos-nya itu, Kiara mencari tempat makan sambil berjalan menuju mejanya yang berada tak jauh dari ruangan Luxe dan Yuda.
"Apa yang ini saja ya? Ini bagus dan romantis, aku cukup suka dengan tempatnya," gumam Kiara saat melihat restauran mewah berlantai kaca dengan banyaknya ikan di bawah lantai tersebut.
Dia merasa sangat senang jika dia berada di sana, karena Kiara sangat menyukai tempat itu dan dia juga yakin jika Luxe pun akan sangat menyukainya, maka dari itu Kiara langsung memesan tempat dan makanan di restauran mewah tersebut.
Kiara langsung memesan dan dia pun segera mendapat balasan dari restauran tersebut, yang mengatakan jika tempat dan makanan untuknya akan segera disiapkan secepatnya.
Setelah memesan restauran tersebut, Kiara beranjak dari duduknya dan melangkah menuju ke ruangan Luxe.
Kiara mengetuk pintu ruangan Luxe pelan. "Masuk saja!" titah Luxe dari dalam ruangannya.
Mendengar itu, Kiara pun memutar knop pintu ruangan tersebut dan melenggang masuk ke dalam.
"Maaf Tuan, saya sudah pesankan tempat dan makanan di salah satu restauran yang tidak terlalu jauh dari sini," ujar Kiara menjelaskan.
Luxe yang semula tengah fokus dengan ponselnya mengangguk, kemudian beranjak dari duduknya dan menghampiri Kiara.
"Kita berangkat sekarang," ajak Luxe membuat Kiara mengerutkan keningnya.
"Kenapa masih diam saja? ayok berangkat!" tegur Luxe karena Kiara hanya diam mematung di ambang pintu ruangannya.
"Saya diajak, Tuan?" Kiara menunjuk dirinya sendiri.
"Lalu, jika kamu tidak ikut, nanti saya makan sama siapa?" sungut Luxe dengan mata yang melotot.
"Tapi kerjaan saya masih banyak, Tuan," kata Kiara lagi.
Luxe terlihat kesal, dia menghela napas berat. "Ikut saya atau saya pecat kamu!" ancam Luxe.
"B-baik, saya ikut." Akhirnya Kiara mengikuti ajakan dari Luxe. Lalu, mereka berdua pun berjalan beriringan keluar dari kantor tersebut.
Sesampainya di loby kantor, sopir dari Luxe segera membukakan pintu untuk Luxe dan Kiara sambil membungkuk sebagai tanda sopan.
"Joni, saya ingin keluar bersama Kiara. Jadi, kamu tunggu di sini saja! biar saya menyetir sendiri," ujar Luxe pada sang sopir.
"Baik, Tuan," sahut sang sopir, kemudian dia pun memberikan kunci mobil itu pada Luxe.
"Terima kasih," kata Luxe dan masuk ke dalam mobil.
Kiara mengikuti Luxe, dia membuka pintu mobil belakang dan masuk ke dalamnya. Luxe terlihat tidak suka, dia melirik pada Kiara lewat kaca spion yang melihat ke belakang. "Saya bukan sopir kamu!"
Kiara menoleh ke kaca spion dan mata keduanya pun bertemu. "Pindah sekarang!" titah Luxe, dan Kiara pun mau tidak mau kembali menurutinya.
Kiara turun dari dalam mobil, kemudian pindah ke kursi depan. "Seperti ini bukankah lebih baik?" ucap Luxe. Namun, tidak dijawab oleh Kiara.
Lalu, Luxe mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali pria itu terlihat melirik ke arah Kiara yang diam saja sambil menatap keluar jendela. "Ke mana jalannya?" tanya Luxe basa-basi.
"Lurus saja Tuan, nanti jika waktunya berbelok, akan dibimbing oleh GPS yang sudah saya aktifkan," jawab Kiara tanpa menoleh pada Luxe.
Luxe hanya diam saja mendengarkan jawaban Kiara, dia kembali fokus pada jalanan, dengan sesekali melirik pada ponsel yang Kiara letakan di hadapan Luxe.
***
Beberapa belas menit kemudian akhirnya Kiara dan Luxe sampai di tempat yang mereka tuju, Luxe dan Kiara turun bersamaan dari dalam mobil.
Luxe mengamati restoran itu dan mengangguk lantas mengulas senyum tipis, Kiara memang tidak pernah salah dalam memilihkan sesuatu untuknya.
Dia selalu memilih tempat yang pas dan sangat cocok untuk Luxe, tidak heran jika Luxe begitu bergantung padanya.
"Mari Tuan, semuanya sudah disiapkan," kata Kiara dengan sopan seraya mempersilakan Luxe untuk masuk lebih dulu.
Luxe melangkah masuk ke dalam restauran mewah dan sangat modern tersebut. Sementara Kiara menghampiri meja kasir lebih dulu untuk menunjukkan jika dirinya telah memesan tempat.
Melihat itu sang kasir pun meminta karyawannya untuk mengantar Kiara dan Luxe ke tempat yang sudah mereka pesan.
"Ke sini Tuan, Nyonya," kata sang pelayan restauran itu, meminta Luxe dan Kiara mengikuti dirinya.
Mereka berjalan beriringan menuju halaman belakang, hingga tiba di tempat yang dipesan, Luxe mengulas senyum karena di ruangan itu terlihat sangat indah dan sangat menyentuh.
Ini adalah tempat yang cocok untuk sepasang kekasih. "Silakan duduk dulu Tuan, Nyonya, makanannya akan segera tiba," kata pramusaji tersebut kemudian dia pun pergi.
Luxe menarik salah satu kursi, kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi tersebut. "Kamu sangat pandai memilih tempat," ujar Luxe memuji kepintaran sang sekretaris.
Kiara tidak menjawab, dia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Luxe, tak berselang lama makanan yang mereka pesan sudah datang.
"Silakan dinikmati hidangannya Tuan, Nyonya," kata pramusaji yang membawa makanan itu dengan sopan, yang langsung dijawab anggukan oleh Luxe. "Terima kasih," ucap Luxe.
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi." Setelah mengatakan itu, pramusaji itu pun bergegas pergi dari sana, karena tempat itu sudah Kiara sewa untuk beberapa jam ke depan.
Luxe tidak langsung menyantap makanan itu, dia terus menatap Kiara tanpa berkedip. Sejak keluar dari ruang rapat tadi, Luxe memperhatikan Kiara yang banyak diam.
"Kamu kenapa?" tanya Luxe.
"Kenapa apanya Tuan?" Bukannya menjawab Kiara malah mengajukan pertanyaan pada Luxe.
"Ayolah Ra, ini bukan di kantor, jangan formal begitu!"
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
"Aku sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya pengobatan Nenek. Aku akan menggantikan Silvia untuk menikahi Rudy, segera setelah aku mendapatkan uangnya." Ketika saudara perempuannya melarikan diri dari pernikahan, Autumn terpaksa berpura-pura menjadi Silvia dan menikahi Rudy. Satu-satunya keinginannya adalah bercerai setelah satu tahun. Rudy adalah pria yang sangat kaya dan berkuasa. Namanya telah dikaitkan dengan banyak wanita. Rumornya, dia punya pacar yang berbeda untuk setiap hari dalam setahun. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan jatuh cinta dengan satu sama lain.
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Warning 21+ mengandung konten dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Winda Anita Sari merupakan istri dari Andre Wijaya. Ia harus rela tinggal dengan orang tua suaminya akibat sang ibu mertua mengalami stroke, ia harus pindah setelah dua tahun pernikahannya dengan Andre. Tinggal dengan ayah suaminya yang bersikap aneh, dan suatu ketika Anita tau bahwa ayah mertuanya yang bernama Wijaya itu adalah orang yang mengidap hiperseks. Adik iparnya Lola juga menjadi korban pelecehan oleh ayahnya sendiri, dikala sang ibu tak berdaya dan tak bisa melindungi putrinya. Anita selalu merasa was-was karna sang ayah mertua selalu menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bahkan tak jarang Wijaya sering masuk ke kamarnya saat ia sedang tidur. Akankah Anita mampu bertahan tinggal bersama Ayah mertuanya yang hiperseks? Atau malah menjadi salah satu korban dari ayah mertuanya sendiri?