Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Merebut Cinta Suamiku
Merebut Cinta Suamiku

Merebut Cinta Suamiku

5.0
6 Bab
72 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Menikah dengan seseorang yang belum kelar masa lalunya, ternyata sangat merepotkan. Marlina merasakannya sendiri, bagaimana dia menikahi pria tampan yang belum selesai dengan masa lalunya. Wanita yang telah menjadi kekasihnya sejak remaja. Namun, Marlina tidak mau menjadi wanita lemah dan kalah, dia berusaha merebut cinta suaminya dan membuat suaminya hanya menatapnya. Mampukah Marlina meluluhkan hati suaminya? Atau sebenarnya sejak awal mereka memang sudah saling jatuh cinta?

Bab 1 Pisah Ranjang di Malam Pertama

"Tidak bisakah kamu membatalkan pernikahan ini?" Wajah wanita itu memerah menahan tangis, dia sedang memegangi kedua pergelangan tangan Mas Alva. "Al, aku tahu perbuatanku salah, tapi apa tidak bisa kamu membatalkannya?"

"Maaf Arini. Keputusan saya sudah bulat. Lagipula kamu yang kemarin menolak dan membuat Nenek marah!" Mas Alva melepaskan tangannya dari wanita yang tidak kuketahui namanya siapa, aku baru melihatnya hari ini. Yang jelas wanita dengan balutan kebaya berwarna gold itu terlihat tampak frustrasi.

Wanita tersebut langsung menangis saat Mas Alva keluar dari kamarnya, sedangkan aku yang sedari tadi mengintip dan mendengarkan percakapan mereka lekas pergi sebelum ketahuan. Namun, sayang aku ketahuan karena mengenakan kebaya dan kemben sehingga menyusahkanku berjalan.

"Marlina!" Suara Mas Alva yang pelan, tetapi begitu dalam membuatku berhenti melangkah. Dengan perasaan ragu aku berbalik untuk menatap dirinya. "Kamu menguping pembicaraan kami?" tanya Mas Alva dengan sorot mata tajam dan dalam, sampai-sampai aku kesusahan menelan liurku sendiri.

Aku hanya mengangguk dan memilih menunduk, rasanya bertatapan dengan matanya membuat bulu kudukku meremang.

"Saya akan tetap menikahi kamu!" Ucapan enteng Mas Alva barusan membuatku seketika mendongak, menatap wajah datarnya bingung. Aku sudah mengira kalau dia akan mengatakan membatalkan pernikahan kita yang kurang dari satu jam lagi. Apalagi kami menikah bukan atas dasar cinta, tetapi karena neneknya yang memintaku menikah dengannya.

"Mas, yakin? Aku tidak masalah kalau dibatalkan. Mumpung belum dimulai!" Aku meneguhkan diri, walau sebenarnya tetap saja merasa berat.

Mas Alva menggeleng lalu menghampiriku. Dia meraih tanganku dan mengajakku pergi.

Saat kami pergi menuju ke tempat pelaminan, aku sempat melihat wanita tadi memperhatikan kami dari lantai atas dengan tatapannya yang nanar. Wajahnya memerah karena menangis.

Sesampainya di tempat kami akan melakukan pernikahan, kami sudah disambut Nenek yang terlihat tampak cemas. Benar saja, Nenek langsung mengomeli Mas Alva yang hanya diam saja dan membawaku ke tempat kami duduk.

Aku begitu gugup saat duduk bersebelahan dengan Mas Alva dan berhadapan dengan Bapak, juga penghulu. Kulihat wajah Bapak yang tampak tegang mulai menjabat tangan Mas Alva.

"Maafkan aku, Pak!" Aku hanya mampu mengucapkannya dalam hati saat kutahu jelas Bapak terlalu berat untuk memberi restu. Bagaimanapun Bapak tahu kalau pernikahanku bukan atas dasar cinta atau setidaknya atas dasar kenyamanan, tetapi karena paksaan.

Aku tidak terlalu mendengarkan ucapan dari Bapak dan Mas Alva karena sejak tadi pikiranku benar-benar bercabang dan membuat sakit. Banyak hal yang kupikirkan tentang semua ini sebelum akhirnya Nenek menyadarkanku kalau kami sudah sah menjadi suami dan istri.

Aku menatap Mas Alva yang sama sekali tidak menatapku, dia tidak tersenyum dan hanya diam saja.

"Ambil tangannya dan salim. Nanti Alva cium dahi kamu," bisik Nenek yang membuatku malu. Dengan ragu aku mengambil tangan Mas Alva, sebelum aku mencium punggung tangan suamiku itu, aku sempat melihat wanita tadi berada di antara tamu memperhatikan dengan linangan air mata.

***

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY