Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Luka Lara
Luka Lara

Luka Lara

5.0
98 Bab
10.9K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Larasati tidak pernah menyangka bahwa ternyata selama setahun ini, dia menjadi istri kedua. Sikap manis sang suami, serta kedua mertua yang menerima kehadirannya dengan baik, membuat Larasati tidak pernah menaruh curiga. Barulah setelah sang putra lahir, wanita itu mengetahui kenyataan yang sebenarnya. "Jadi, Mas Bima menikahiku hanya untuk mendapatkan anak?" Isakan kecil Larasati, berubah menjadi tangis yang me*nyayat hati. Abimana menghela napas panjang. "Maaf, Ra. Aku terpaksa melakukannya." Luka mendalam yang telah ditorehkan oleh Abimana, akankah mampu membuat Larasati membuka hatinya kembali untuk pria lain setelah mereka berdua berpisah? Assalamu'alaikum, Bestie ... 🙏 Cerita baru dari pendatang baru 🥰 Mohon dukungannya, yah 🤗

Bab 1 Dipisahkan - 1

"Mas Bima pasti sedang bercanda, kan?" Dengan suara tercekat di tenggorokan, Larasati bertanya pada Abimana. Suami yang menikahinya setahun silam.

Pria dewasa yang berdiri di samping ranjangnya itu lalu melipat kedua tangan di dada. "Aku tidak bercanda, Ra. Kita sudah resmi berpisah dan kamu bisa baca sendiri surat yang tadi telah kamu tanda tangani." Abimana menatap dingin pada wanita yang baru saja melahirkan putranya. Tatapan itu tidak seperti biasanya yang selalu hangat dan penuh dengan cinta.

Wanita muda yang masih tergolek lemah di ranjang pasien itu menatap nanar lembar putih bermaterai yang tadi dia tanda tangani, di tengah rasa sakit yang mendera. Lembar putih yang ternyata adalah surat cerai dan juga perjanjian persetujuan hak asuh sang putra yang baru saja dia lahirkan, pada Abimana. Tangan Larasati bergetar, dadanya bergemuruh, dan air mata seketika luruh tanpa dapat dia cegah.

"Tapi kenapa, Mas? Apa salahku? Kenapa Mas lakukan ini padaku?" cecar Larasati, tetapi Abimana bergeming.

Pria berkulit kuning langsat itu hanya menghela napas panjang. Dia alihkan tatapannya dari Larasati, istri yang kini telah menjadi mantan. Sejumput rasa iba hadir, tetapi segera dia tepiskan.

Ruang rawat berukuran sempit tersebut dipenuhi oleh suara isak tangis Larasati. Wanita muda yang baru saja melahirkan itu merasakan perih bukan hanya di area inti tubuhnya, tetapi juga di hati. Dia tidak pernah menyangka sebelumnya, kalau di hari persalinannya dia akan mendapatkan kado istimewa seperti ini.

Abimana masih mematung di tempatnya semula. Tidak ada yang dapat dia lakukan, kecuali membiarkan Larasati menumpahkan semua kesedihannya. Ingatan pria itu tertuju pada masa setahun silam, saat dia melamar Larasati untuk menjadi istrinya.

"Apa yang Mas Bima katakan barusan serius?" tanya Larasati seraya menatap lekat pria dewasa yang merupakan kekasihnya. Netra indah itu berbinar, menunjukkan betapa bahagia dirinya.

Wanita belia yang sebelumnya tidak pernah mengenal cinta itu benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Abimana. Pria yang baru beberapa minggu dikenalnya. Pria dewasa yang menawarkan hubungan serius pada Larasati Prihatina, wanita berhijab yang hidup sebatang kara.

"Aku serius, Ra. Nanti sore sepulang dari kantor, aku akan mengenalkan kamu pada orang tuaku," kata pria berkumis tipis itu, sambil menggenggam erat tangan Larasati.

Ya, sekitar tiga bulan lalu, Larasati yang bekerja di sebuah restoran bertemu dengan Abimana. Pria yang memiliki postur tinggi tegap itu sedang ada rapat dengan rekan-rekan kantornya di sana. Pertemuan yang tidak disengaja karena Larasati menabrak Abimana.

Setelah pertemuan pertama, mereka kemudian sering bersua. Abimana memang sengaja mendekati Larasati, dia menyukai sikap wanita muda itu yang ramah dan bersahaja. Ada saja alasan yang dibuat oleh Abimana ketika berkunjung ke restoran agar gadis manis yang bekerja sebagai pelayan restoran tersebut, tidak curiga padanya.

Kegigihan Abimana dalam mencuri perhatian Larasati, tidaklah sia-sia. Wanita berwajah manis dan berhijab itu mulai merasa nyaman dengan kedekatan mereka berdua. Gayung cinta Abimana bersambut dan setelah enam minggu masa pendekatan, mereka berdua kemudian menjalin hubungan asmara.

Setelah beberapa minggu mereka berpacaran, Abimana mengungkapkan keinginan dan mengajak Larasati untuk menjalani hubungan yang lebih serius, yaitu ke jenjang pernikahan. Dan di sinilah mereka berdua saat ini berada, di kafe favorit untuk makan siang bersama dan membicarakan tentang masa depan. Abimana dapat melihat binar bahagia terpancar dengan jelas dari netra indah wanita yang duduk di hadapan.

"Aku sudah menyiapkan rumah untuk kita, Ra. Rumah itu sudah aku atas namakan kamu. Memang tidak besar, tapi nyaman dan aku yakin kamu pasti akan betah tinggal di sana," lanjut Abimana, meyakinkan.

Wanita muda itu semakin tidak dapat berkata-kata. Hanya air mata yang saat ini mewakili perasaan bahagianya. Larasati merasa sangat terharu dengan kesungguhan dan ketulusan Abimana.

"Tinggal di mana saja asal sama Mas Bima, Lara pasti akan betah, Mas. Lara senang bisa mengenal laki-laki baik seperti Mas Bima. Terima kasih, Mas. Terima kasih karena Mas Bima mau menerima Lara apa adanya." Wanita berhijab itu lalu mengeratkan genggaman tangan Abimana dan nama pria dewasa di hadapan, semakin dalam masuk ke relung hatinya.

"Lara mencintai Mas Bima," lanjutnya yang kemudian mencium punggung tangan Abimana.

Pria dewasa tersebut tertegun, sedikit merasa bersalah, dan juga tidak enak hati. Namun, semua hanya sekejap saja karena setelah itu Abimana berhasil memainkan perannya kembali.

tbc ...

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY