/0/21102/coverbig.jpg?v=c55ab420031c6a689fe09783289427aa)
Demi membayar utang orang tua pada Ndoro Brata, Nada harus rela menjadi pengantin pengganti untuk cucu kesayangan orang terkaya di kampungnya itu, yang ditinggal kabur oleh sang calon istri setelah Abian mengalami kebutaan akibat kecelakaan. Abian, pemuda urakan yang senang mengikuti balapan liar di jalanan, harus menelan pil pahit ketika dokter menyatakan jika dia mengalami kebutaan akibat kecelakaan tersebut. Cucu Ndoro Brata yang dulu terkenal tengil dan playboy itu, kini menjadi pribadi yang pemarah, dan sangat dingin pada wanita, termasuk pada Nada yang sudah dia nikahi, sejak ditinggal pergi oleh sang calon istri. Sanggupkah Nada menjalani perannya sebagai seorang istri bagi suami buta dan pemarah seperti Abian, terlebih ketika tekanan yang dia dapatkan bukan hanya dari sang suami, tetapi juga dari keluarga besar Ndoro Brata?
"Maaf, Nduk, jika kamu harus menanggung semua ini," kata seorang wanita paruh baya dengan air mata bercucuran, sambil mengusap dengan lembut punggung sang putri yang menangis di atas pangkuan.
"Tapi kenapa harus Nada, Bu? Nada baru saja lulus sekolah dan Nada juga masih ingin melanjutkan ngaji di pesantren, Bu." Gadis belia itu masih saja tergugu.
"Kita sudah tidak memiliki apa-apa lagi yang bisa dijual untuk membayar hutang bapakmu pada Ndoro Brata, Nduk. Hanya ini satu-satunya cara agar keluarga kita bisa terbebas dari hutang yang kian lama, kian terasa mencekik." Bu Mul terdengar menghela napas berat.
"Lagi pula, keputusan bapakmu sudah bulat, dan tidak dapat diganggu gugat, Nduk. Beberapa waktu lalu, bapak sudah menyetujui pernikahanmu dengan Den Bian," lanjutnya seraya menyeka air mata yang terus saja menyeruak.
"Kenapa ndak Mbak Gina saja, Bu? Mbak Gina 'kan sudah dewasa dan sudah saatnya berumah tangga? Lagipula, bukankah Mbak Gina tergila-gila pada cucu bungsu Ndoro Brata itu, Bu?" Nada yang sudah mulai reda tangisnya, mendongak menatap sang ibu.
"Mana mungkin mbakmu itu mau, Da? Lagian, mbakmu itu cantik! Sayang, kalau gadis cantik seperti Gina harus menjadi pengantin pengganti untuk pemuda buta seperti cucu Ndoro Brata itu!" Sang bapak yang baru saja tiba di ambang pintu kamar Nada, menyahut. Suaranya terdengar begitu ketus.
"Apa? Bu-buta?" bibir Nada bergetar. Ingin rasanya, Nada tidak mempercayai apa yang barusan dia dengar.
"A-apa yang dikatakan bapak tadi benar, Bu?" tanya Nada hendak memastikan pada sang ibu karena sang bapak sudah keburu pergi dari sana, setelah mengatakan tentang kondisi pemuda yang akan menikahinya sore ini.
Bu Mul hanya bisa mengangguk, seraya menatap sang putri bungsu dengan tatapan sendu.
Air mata Nada kembali mengucur deras. Pilu hatinya mengetahui kenyataan getir yang harus dia terima. Sang bapak yang berhutang pada Ndoro Brata untuk berjudi dan mabuk-mabukan, tetapi dia yang dipaksa mengorbankan diri untuk menjadi pengantin pengganti bagi pemuda buta yang ditinggal kabur oleh calon istrinya, tanpa diberi kesempatan untuk mengenal terlebih dahulu pemuda tersebut.
"Sudah, Nduk, hapus air matamu! Sebentar lagi acara akan dimulai. Persiapkan dirimu untuk menjadi istri cucu Ndoro Brata," kata Bu Mul, setelah beberapa saat mereka berdua sama-sama terdiam.
Nada segera beranjak dari tempatnya bersimpuh di pangkuan sang ibu. Gadis belia itu lalu duduk di kursi rias dan merapikan riasannya dari sisa air mata. Sekuat hati Nada berusaha untuk tidak lagi menangis karena dia tak ingin membuat sang ibu semakin bersedih.
"Kenapa harus selalu aku jika itu mengenai hal-hal yang tak mengenakkan? Sedangkan untuk sesuatu yang membahagiakan, pasti Mbak Gina yang bapak dahulukan? Kenapa bapak selalu saja pilih kasih pada kami berdua? Bukankah, aku ini juga anak kandungnya?"
Nada bermonolog dalam diam. Tatapannya tertuju pada gambar dirinya yang ada pada pantulan cermin rias di hadapan. Tanpa terasa bulir bening kembali mengalir dari sudut netranya, setelah sang ibu keluar dari kamar, dan meninggalkan Nada sendirian.
Sementara di ruang keluarga, di rumah besar milik keluarga Ndoro Brata, semua orang sudah berkumpul termasuk sang mempelai pria. Acara akad nikah untuk Abian yang seyogyanya akan digelar secara mewah, tetapi akhirnya dilaksanakan secara sederhana karena pengantin wanitanya berganti, itu pun segera dimulai. Satu per satu acara berjalan dengan lancar hingga bacaan qabul terucap dari bibir pemuda yang saat ini tak dapat melihat karena kecelakaan akibat kebut-kebutan di jalanan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Nada Assyifa binti Mulyono dengan mas kawin tersebut di atas, tunai."
Kata sah berkumandang ke seluruh penjuru ruangan, hingga dapat didengar oleh Nada yang masih duduk terdiam di depan meja rias, di kamar yang disediakan untuknya. Gadis itu pun kembali meneteskan air mata. Dia sama sekali tak menyangka jika saat ini statusnya telah berubah menjadi nyonya. Nyonya dari seorang pemuda yang sudah pasti tak pernah mengharapkan kehadiran wanita biasa seperti Nada dalam hidupnya.
Suara pintu yang dibuka dari luar, memaksa Nada menghapus air mata lalu berusaha untuk tersenyum pada Ndoro Putri Brata yang menjemputnya ke kamar.
"Tidak usah menangis dan sok bersedih! Kamu akan lebih enak hidup di sini, daripada di rumah orang tuamu yang sempit, dan hampir rubuh itu!"
Kata-kata wanita berusia senja yang wajahnya masih terlihat kencang karena rajin melakukan perawatan itu, mampu menggoreskan luka di hati Nada. Gadis belia itu pun hanya bisa menunduk dalam dengan bibir terkunci rapat, tak berani untuk bersuara. Melihat jika wanita belia di hadapan takut padanya, wanita berusia senja itu pun tersenyum jumawa.
"Ingat! Kamu dinikahi cucuku hanya untuk menggantikan mantan tunangannya yang kabur! Jadi, jangan pernah berharap jika keberadaanmu di sini akan diratukan layaknya seorang istri, dan menantu! Kamu itu hanya babu yang harus merawat Abian! Kamu sudah kami beli dari bapakmu yang pemabuk itu! Dan sebagai babu, kamu tentu harus bisa menempatkan diri!"
Sayatan tajam dari lidah Ndoro Putri Brata, kembali melukai perasaan Nada. Gadis berparas ayu itu pun hanya bisa kembali meneteskan air mata. Kepala Nada semakin menunduk dalam dan dia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk menatap wanita tua yang merupakan eyang dari suaminya.
"Ya, Rabb ... inikah takdir hidupku? Jika memang pemuda itu adalah jodoh yang Engkau kirim untukku, ikhlaskan hatiku agar dapat menerima semua ini."
Nada bahkan tidak berani meminta lebih pada Tuhannya dan hanya satu yang dia minta, yaitu keikhlasan hati.
"Ayo, keluar!" Suara Ndoro Putri Brata yang kembali meninggi, berhasil menyeret Nada dari lamunan. Pengantin wanita itu kemudian mengikuti langkah eyangnya Abian, menuju ke tempat acara dengan langkah lunglai.
Nada lalu dibimbing oleh sang ibu yang tadi menyusul Ndoro Putri Brata hendak menjemput sang putri ke kamar untuk menyalami Abian, pemuda yang baru saja mengucapkan qabul sebagai bentuk penerimaannya atas diri Nada.
"Maafkan ibu," bisik Bu Mul dengan suara tercekat di tenggorokan, sebelum Nada sampai di dekat pemuda buta yang saat ini telah sah menjadi suaminya. Wanita paruh baya tersebut menggenggam erat tangan sang putri, seolah takut melepaskan Nada untuk menjadi bagian dari keluarga besar Ndoro Brata.
Nada mengeratkan genggaman tangan sang ibu. Gadis bermata bulat itu tahu jika ibunya tak menginginkan pernikahan ini terjadi. Akan tetapi, wanita paruh baya yang telah melahirkan Nada itu tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
"Semua akan baik-baik saja, Bu," balas Nada, mencoba menenangkan hati sang ibu.
Selanjutnya, prosesi acara berlangsung secepat kilat. Tak ada pemasangan cincin kawin. Hanya Nada yang menjabat tangan sang suami dan menciumnya dengan takdzim, tanpa ada balasan kecupan di kening. Lalu mereka berdua melakukan sungkeman pada orang tua, yang terkesan hanya sebatas formalitas belaka.
"Aku lelah, bawa aku ke kamar! Aku mau istirahat!" Perintah Abian, setelah semua proses mereka lalui bersama. Suara pemuda itu terdengar begitu arogan.
Nada hanya dapat mengangguk, patuh. Wanita yang saat ini mengenakan kebaya putih lengkap dengan hijab berwarna senada yang menutup rapat kepalanya itu, lalu membimbing sang suami untuk ke dalam. Namun, setibanya di depan kamar yang Nada tempati, wanita belia itu menjadi bingung sendiri.
"Maaf, Den Bian. Aden mau istirahat di kamar mana?" Nada menyebut pemuda yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan sebutan aden karena dia teringat dengan ucapan Ndoro Putri Brata bahwa dirinya hanyalah seorang babu untuk Abian.
"Tentu saja di kamarku sendiri! Memangnya, kamu mau membawaku ke mana? Apa ke kamarmu?" Abian yang berbicara dengan wajah yang mengarah pada Nada, terlihat sangat kesal.
"Kamu pikir, aku ini siapa, hem? Apa pantas, kamu membawaku ke kamar babu sepertimu?" lanjutnya yang terdengar begitu menyakitkan di telinga Nada. Wanita berwajah ayu itu pun hanya dapat menghela napas panjang untuk mengurai rasa sesak di dalam dada.
bersambung ...
🌹🌹🌹
Halo... Assalamu'alaikum semua 🥰
Ketemu lagi kita di lapak ini, setelah sekian purnama😄
Jika kalian syuka dengan cerita terbaruku ini, jangan lupa tinggalkan jejak, yah... Love dan komen 😊
Dan sambil nunggu cerita ini up kembali, mampir, yuk, di novelku yang udah tamat "Luka Lara". Terima kasih 🙏
Larasati tidak pernah menyangka bahwa ternyata selama setahun ini, dia menjadi istri kedua. Sikap manis sang suami, serta kedua mertua yang menerima kehadirannya dengan baik, membuat Larasati tidak pernah menaruh curiga. Barulah setelah sang putra lahir, wanita itu mengetahui kenyataan yang sebenarnya. "Jadi, Mas Bima menikahiku hanya untuk mendapatkan anak?" Isakan kecil Larasati, berubah menjadi tangis yang me*nyayat hati. Abimana menghela napas panjang. "Maaf, Ra. Aku terpaksa melakukannya." Luka mendalam yang telah ditorehkan oleh Abimana, akankah mampu membuat Larasati membuka hatinya kembali untuk pria lain setelah mereka berdua berpisah? Assalamu'alaikum, Bestie ... 🙏 Cerita baru dari pendatang baru 🥰 Mohon dukungannya, yah 🤗
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Cerita Khusus Dewasa... Banyak sekali adegan panas di konten ini. Mohon Bijak dalam Membaca. Basah, Tegang, bukan Tanggung Jawab Autor. Menceritakan seorang pria tampan, bekerja sebagai sopir, hingga akhirnya, seorang majikan dan anaknya terlibat perang diatas ranjang.
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"