Pernikahan Lara dengan sang suami memang tidak dapat dikatakan sebagai pernikahan impian muda-mudi kebanyakan. Mereka menikah karena terpaksa.
Lara hamil sebelum mahligai suci itu mengikat keduanya. Seno-sang pacar yang menanam benih cinta itu-terpaksa menikahi Lara.
Meski sempat ditentang orang tua, pernikahan mereka terus berlanjut hingga saat ini. Seno adalah pria romantis yang membuat seorang gadis berego tinggi seperti Lara mulai luluh kepadanya.
Awal mula pertemuan mereka pun, bisa dianggap istimewa. Hanay beberapa bulan sebelum pernikahan, Seno pernah membela Lara, ketika terjadi perkelahian di sebuah kantin mahasiswa.
Kala itu, Lara diterpa rumor tidak sedap perihal seksualitasnya.
"Lara Selene itu gadis binal!"
Cap tidak mengenakkan itu mulai disandang Lara, ketika ia terpilih menjadi 'Ratu Kampus' dan menjadi incaran banyak pria.
Lara-yang lebih banyak menolak pernyataan cinta mereka-menjadi bahan fitnah dan gunjingan, sehingga tidak ada lagi yang ingin menjalin hubungan dengannya.
Para pria seolah jijik dan menghindari sang Ratu kecantikan itu sebisa mereka. Tentu saja, Lara sakit hati. Ia merasa diisolir dari pergaulan kampus mereka secara tidak adil.
Namun, nahas bagi Lara, kecantikannya seperti sebuah kutukan.
Gadis berambut panjang dan berhidung mancung itu juga dihindari oleh kaum hawa. Kebanyakan dari mereka merasa iri dengan segala kesempurnaan rupa yang dimiliki oleh Lara.
Lara-gadis sastra itu-serupa dewi yunani dengan paras mempesona yang memikat banyak mata.
Sayangnya, kepribadiannya yang tertutup dan juga terkesan dingin, membuat Lara menjadi sasaran fitnah para pria yang ia tolak cintanya.
Sampai suatu ketika, Seno datang membelanya, dan benih-benih asmara mulai tumbuh di antara mereka.
Meski sempat diingatkan, Lara bergeming. Ia tetap memilih Seno sebagai pasangannya. Sahabat Lara pernah menyangsikan perilaku Seno yang terkesan janggal. Namun, Lara menepis praduga itu dengan penerimaan.
Seno Adhijaya. Mahasiswa teknik berambut klimis dan sangat manis itu berhasil merebut hati Lara.
Hingga, Lara bersedia menyerahkan semuanya, termasuk keperawanannya.
Malam panas itu berlangsung beberapa jam saja, namun penderitaan Lara setelah insiden itu, sangatlah lama.
Saat ini, Lara harus menelan pil pahit akibat dikhianati suami sendiri ketika sudah berbadan dua.
Perasaan sakit bercampur sedih mendera hati Lara. Ia bahkan sampai terduduk secara spontan ketika membuka pintu ruang kerja sekretaris perusahaan yang dicurigainya sebagai selingkuhan Seno.
Benar dugaannya.
Olivia. Wanita itu. Rival Lara sejak dulu, adalah selingkuhan dari sang suami, yang tidak pernah ia tahu.
Dua orang itu begitu tega melukai Lara dengan melakukan tindakan yang memalukan seperti itu.
Seno, ketika sudah di puncak pimpinan perusahaan, menjadi gelap mata, dan mulai bermain gila. Padahal, ia berjanji kepada Lara, untuk menemanibya mewujudkan mimpi-mimpi yang belum sempat digapai karena faktor biaya.
Ketika susah ditemani dengan setia, ketika sukses, Lara dibuang begitu saja.
Seno, sungguh suami laknat.
"Lara. A-aku bisa jelaskan."
Seno berkelit, meski situasinya sudah semenjijikan itu. Ia bahkan tidak memakai baju, dan di hadapannya, ada wanita setengah telanjang yang sedang tersenyum penuh ejekan.
Sorot mata Olivia-wanita itu-memancarkan kepuasan, tatkala melihat Lara yang sedang menderita dan kesakitan.
"Te-ganya, kalian..."
Lara benar-benar tidak mengira, buah kesetiaannya hanya dibalas pengkhianatan. Sia-sia Lara selama ini percaya, dan menepis firasat buruk yang senantiasa datang.
Ternyata, suaminya itu memang benar-benar memiliki hubungan gelap dengan sang sekretaris yang sempat ia tolak kehadirannya dalam bisnis mereka.
Jika saja waktu itu, Lara tegas menolak permohonan sang suami. Akankah situasinya berubah?
***
"Apa kau akan meminta cerai darinya? Biarlah suamimu itu untukku saja," ucap Olivia dengan angkuhnya, ketika ia menginjakkan kaki di rumah mewah Lara, dengan dalih sedang mengantarkan surat penting untuk bosnya.
"Lancang!"
Lara hampir saja menamparnya, namun ia harus menahan diri agar janinnya tidak lagi terkejut dan mengalami bahaya tinggi.
"Aku tidak akan pernah menceraikannya. Tidak akan! Meski kalian bergumul hingga ke neraka. Aku tetap akan mempertahankan pernikahan ini!"
Lara membanting keras pintu rumahnya, dengan derai air mata dan juga keterkejutan yang tak terkira.
Sang pelayan, yang berpura-pura tidak mendengar, hanya bereaksi ala kadar, kemudian menawarkan minum untuk menenangkan sang majikan.
"Seno. Olivia. Tunggu saja. Aku akan membalas kalian berdua."