/0/14815/coverbig.jpg?v=9c293ce44f93e022c350f728436443ed)
"Nak, tolong Papa, hanya kamu yang bisa menolong kehormatan keluarga Wijaya dan Maduswara. Kalau pernikan ini dibatalkan, nama baik keluarga Maduswara pasti hancur, begitu juga dengan perusahaan Papa yang sudah Papa kelola selama ini."
Seorang lelaki sedang berjalan menuju apartemen kekasihnya dengan membawa sebuah buket bunga mawar yang begitu cantik.
Rey memesan bunga itu dari toko langganannya. Pria tersebut memang sering memesan bunga untuk kekasih yang paling dicintai. Dia sudah tak sabar karena satu hari lagi pernikahan mereka akan terlaksana.
"Semoga saja Erlin suka dengan bunganya," gumam Rey bermonolog.
Pria itu mulai membuka unit apartemennya menggunakan kartu akses. Apartemen ini sengaja Rey belikan untuk calon istrinya. Lelaki tersebut berencana akan tinggal di apartemen ini ketika mereka berdua sudah menikah nanti.
Pintu ruangan sudah mulai terbuka. Rey melangkah masuk hendak mencari keberadaan Erlin. Pria itu berjalan perlahan dan menaiki anak tangga. Mungkin saja Erlin masih berada di dalam kamarnya.
Akan tetapi, ketika Rey menaiki anak tangga satu per satu, ia mendengar suara desahan dari kamar kekasihnya.
"Kurang ajar! Apa yang sudah Erlin lakukan di dalam sana?" umpat Rey kesal dengan suara lirih.
Rey semakin menajamkan pendengarannya. Pria itu tidak salah dengar, itu memang suara Erlin dengan seorang lelaki. Namun, Rey tak tahu Erlin sedang bermain dengan siapa di dalam sana.
'Awas saja Erlin, kalau kamu sampai berani bermain di belakangku. Aku tidak akan memberi ampun!' geram Rey dalam hati sembari mengencangkan rahang kukuhnya.
Kedua tangan Rey mengepal. Ia pun mulai membuka pintu kamar Erlin dengan perlahan, ternyata Erlin tak mengunci pintu kamarnya.
Kedua bola mata Rey membulat sempurna. Seketika dadanya terasa begitu sesak ketika mendapatkan Erlin sedang berada dengan seorang lelaki di atas ranjang. Pria itu pun melempar buket yang berisikan bunga mawar ke sembarang arah.
"Bajingan!" umpat Rey berang.
Erlin dengan seorang lelaki yang sedang memeluknya di atas ranjang terkesiap tatkala mendapati Rey yang sudah berada di ambang pintu kamar.
"Rey," ucap Erlin lirih. Wanita itu terlihat sangat gugup saat ini.
Erlin lekas menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun.
"Kurang ajar!" maki Rey, "jadi ini kelakuan kamu di belakang aku, hah?! Aku bahkan memberikan kamu sebuah apartemen untuk kita tinggali sesudah menikah nanti. Tapi apa ini? Kamu malah mengotori apartemenku dengan membawa bajingan ini!"
"Ma–maafkan aku, Rey. Aku ... aku khilaf," ucap Erlin terbata-bata dengan wajah yang sudah panas dingin. Apalagi sisa-sisa keringat percintaannya masih tercetak jelas di wajahnya.
"Apa kamu bilang? Khilaf? Kamu bilang khilaf, tapi kamu menikmatinya, kan?! Dan bisa-bisanya kamu bercinta dengan bajingan ini dan membawanya ke apartemenku!" sergah Rey dengan wajah yang sudah merah padam karena emosi.
"Rey ... Sayang, tolong dengerin aku dulu," pinta Erlin memohon dengan sangat kepada tunangannya. Erlin mendekat dan meraih tangan Rey mencoba untuk menenangkan calon suaminya.
Dengan refleks Rey menghempaskan tangan Erlin. Dia merasa begitu jijik dengan wanita yang tak mengenakan busana.
"Ke sini kamu! Kamu jangan bisanya bersembunyi di balik selimut!" teriak Rey kepada pria selingkuhan tunangannya di sana.
Rey sudah sangat geram dengan lelaki yang bisanya cuma bersembunyi di balik selimut. Ia melangkah maju dan menarik tangan lelaki yang masih bersembunyi tersebut.
Rey tidak peduli bila lelaki itu tak mengenakan sehelai benang pun. Ia mulai menghajarnya dengan membabi buta, sesekali Rey pun menendang perutnya.
Bugh!
Bugh!
"Uugh!" Pria itu kesakitan sambil memegang perutnya yang barusan dipukul oleh Rey.
Rey terus saja meninju, menendang, dan memukul seperti samsak yang ia miliki di rumahnya. Pria yang kini dipenuhi oleh amarah itu tak akan segan-segan mematahkan kaki lelaki yang sudah kurang ajar menyentuh wanitanya.
"Rey, berhenti Rey! Aku mohon!" Erlin berteriak memohon kepada Rey agar pria itu menghentikan pukulannya.
Erlin sudah menangis sedari tadi, kata-kata maaf pun sudah wanita itu lontarkan berkali-kali. Namun, sayangnya, Rey tak mendengarkannya. Pria itu malah menendang tubuh lelaki itu sampai tubuhnya terbentur tembok.
"Aagh!" Pria tersebut meringis kesakitan, "apa kamu akan membunuhku? Harusnya kamu sadar diri mengapa Erlin berselingkuh denganku? Semua itu karena aku bisa memberikan kepuasan untuknya, tidak seperti kamu. Dasar pecundang!" ucap lelaki yang sudah bersimbah darah tersebut. Ternyata ia masih punya nyali untuk menghina, pikir Rey.
"Cih! Apa kamu bilang? Pecundang? Bahkan kamu lebih pecundang daripada aku. Aku akan membunuhmu sekarang juga!"
Rey terus saja memberikan pukulannya kepada lelaki itu. Meskipun dia sudah terluka parah di bagian wajah, kening, perut, kaki, bahkan bibirnya pun sudah robek.
Lelaki itu sudah mengeluarkan darah segar. Namun, Rey tak menghentikannya, ia terus saja menghajarnya habis-habisan tanpa ampun.
"Jangan, Rey!" teriak Erlin. Wanita itu menjatuhkan tubuhnya di samping Rey, ia menahan kaki pria yang sudah dibaluti dengan emosi yang luar biasa itu.
Namun, Rey seakan hilang ingatan. Ia sama sekali tidak menghentikan pukulannya sampai pria di hadapannya ambruk dan babak belur.
"Rey, tolong hentikan, nanti dia bisa mati. Aku mohon, Rey!" Erlin memohon dengan deraian air mata.
Rey menghempaskan tubuh Erlin agar menjauh darinya. "Jangan sentuh aku dasar wanita murahan! Selama ini aku selalu memberikanmu yang terbaik. Apa pun aku selalu kasih, tapi apa ini? Apa ini balasan dari kamu? Apa kamu lupa satu hari lagi pernikahan kita? Tiga ribu undangan sudah tersebar dan kamu sepertinya melupakan itu semua!"
Rey mencoba meredam semua emosinya yang sudah membara, mata elangnya sudah menyala. Tangannya sedari tadi terus mengepal, dadanya naik turun menahan amarah yang sudah memuncak.
Wanita yang selama ini Rey perjuangkan ternyata telah mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan pria lain. Namun, Rey juga bersyukur, ternyata perselingkuhannya itu segera diketahui olehnya, sebelum pernikahan terlaksana. Ternyata Tuhan masih sayang kepadanya.
"Erlina Aguswari, mulai hari ini hubungan kita sudah berakhir!"
Deg!
Jantung Erlin seperti berhenti berdetak ketika mendengar perkataan dari Rey. "Tidak, Rey. Aku tidak mau."
Rey melepaskan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya-cincin pertunangannya dengan Erlin-. Kemudian ia lempar ke wajah Erlin dengan begitu keras. Sampai Erlin pun refleks menundukkan pandangannya untuk menghindari cincin itu agar tak mengenai wajahnya.
"Mulai hari ini kamu tidak perlu lagi tinggal di apartemen ini! Aku akan menjualnya, aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku dengan tinggal di sebuah apartemen yang sudah kamu kotori bersama kekasih gelapmu itu! Kalian memang berengsek!"
Rey pun melangkahkan kakinya dengan lebar dan pergi meninggalkan kamar Erlin. Namun, pria itu menghentikan langkah ketika sudah berada di ambang pintu.
"Dan satu lagi, aku harap bila nanti kita bertemu, kamu jangan menyapaku! Anggap saja kita tidak pernah saling kenal, paham?!" Rey berucap tanpa menoleh ke arah Erlin yang masih terduduk di samping ranjang.
"Rey, aku mohon jangan tinggalin aku!" Erlin masih berharap Rey tak akan meninggalkannya. Namun, pria tersebut tak menggubris perkataan Erlin, ia terus melangkahkan kakinya semakin menjauh.
Kini, Erlin hanya bisa menatap kepergian Rey dari hadapannya dengan linangan air mata yang terus saja menetes. Wanita itu sangat-sangat menyesali semua perbuatannya. "Rey, maafkan aku ...."
Rey selama ini memang selalu memberikan apa yang ia mau. Sampai Erlin meminta sebuah apartemen, Ia pun memberikannya untuk Erlin.
Kehidupan Erlin pun selalu tercukupi oleh Rey. Namun sayangnya, karena saat ini pria itu sudah mengetahui perselingkuhannya, ia pun harus kehilangan mesin ATM berjalannya.
Setelah keluar dari apartemen, Rey mencoba menghubungi seseorang.
"Halo, kenapa, Rey?" tanya orang di seberang sana.
"Tolong carikan wanita untukku."
Tepat ketika Kiran mengetahui bahwa dirinya tengah hamil, kenyataan pahit menghantamnya. Ia mengetahui bahwa suaminya, Arka, yang selama ini dianggapnya setia, ternyata sudah berkhianat. Yang lebih menyakitkan lagi, ternyata mereka sudah memiliki anak. Hati istri mana yang tak sakit hati bila mengetahui suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Di tengah kebahagiaan yang seharusnya ia rasakan karena kehamilannya, Kiran harus menghadapi pengkhianatan yang menghancurkan hatinya dan meruntuhkan rumah tangganya. Lalu, bagaimana Kiran bisa menghadapi kenyataan pahit ini? Mampukah ia bangkit dari keterpurukan dan menemukan kebahagiaan sejati? Ataukah cinta dan kepercayaannya pada Arka sudah terlalu hancur untuk bisa diperbaiki?
"Ugh," Lenguhan keluar dari bibir perempuan yang tengah terpejam itu. " Yes, honey. Moan again !" Geram pria itu. " Akh, you make me crazy" Alana tidak tau jika setiap malam selalu ada orang yang menyelinap masuk ke dalam apartment mewah nya, menyentuh saat dia tidur dan pergi setelah puas tanpa dia tau keberadaan nya. Yang Alana rasa, semua itu hanya mimpi nya. -- " Rasanya aku ingin mengecup dan memberikan tanda di setiap inci tubuh kamu. mengurungmu dan menjadikan kamu hanya untuk ku. " " Pria gila. " " Yes, that's me"
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Naya Agustin, "aku mencintaimu, tapi cintamu untuknya. Aku istrimu, tapi kenapa yang memberi segalanya ayah mertuaku?" Kendra Darmawan, "kau Istriku, tapi ayahmu musuhku. Aku mencintamu, tapi sayang dosa ayahmu tak bisa kumaafkan." Rendi Darmawan, "Jangan pedulikan suamimu, agar aman dalam dekapanku."
Raisa Aquila Nazara gadis berusia 25 tahun yang sedang mengalami masa sulit. Cantik, pintar, hangat dan menyenangkan Raka Mirza Bramantyo CEO muda berusia 27 tahun. Tampan, cerdas, baik hati, suka menolong, tapi player. Keduanya tak sengaja bertemu dalam sebuah insiden yang sangat menarik. Raisa yang dijebak oleh Helena, ibu dari kekasihnya malah justru berakhir dalam satu kamar dengan Raka. “Apa yang sudah kamu lakukan padaku?” tanya Raisa. “Kamu bertanya apa yang sudah aku lakukan? Memangnya kamu lupa dengan apa yang semalam sudah kita lakukan? “Kamu merayuku, menggoda diriku dan kamu...._” “Cukup!!” Raisa tahu apa yang selanjutnya terjadi antara dirinya dan Raka. Sudah pasti itu adalah hal yang memang seharusnya tidak terjadi. Bagaimanakah selanjutnya perjalanan hidup mereka? Akankah satu malam bersama menjadi awal dari kebersamaan mereka?
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.