/0/16752/coverbig.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038)
Memiliki kebiasaan memprovokasi, memfitnah, berkata buruk dan memaki sesama adalah hal yang tidak di benarkan dalam agama maupun dalam hukum. Entah itu benar atau tidak, yang jelas hal tersebut sangat merugikan kebanyakan orang. Seorang gadis muda berusia 23 tahun yang gemar memfitnah dan berbuat sesuka hatinya, selalu membuat orang-orang di sekitarnya sakit hati. Ticha seorang anak dari 2 bersaudara memiliki sifat yang lebih buruk daripada seekor keledai, bahkan dirinya mampu membuat orang-orang percaya dengan perkataanya. Bagaimana kisah selanjutnya? Simak di sini ...
BRUK ...
Wanita muda yang mengendarai motor tak sengaja menabrak seorang ibu pejalan kaki, ibu itu membawa barang belanjaannya.
Saat ibu itu terjatuh, barang belanjaannya pun tumpah ruah.
"Perempuan gembrot! Jalan pake kaki, tapi lihatnya pake mata! Buta lo?" bentakan seorang gadis cantik kepada ibu berbadan gemuk itu, hanya mereka saja yang berada di jalan itu.
"Allahuakbar, astaga! Kamu yang salah loh, kok malah nyalahin saya? Gak sopan banget kamu yah jadi orang!" ibu itu segera berdiri dari duduknya, ia memegang pinggangnya yang terasa sakit.
Gadis itu menatap sinis ke arahnya, bahkan ia ingin meninggalkan ibu itu beserta barang belanjaannya tanpa niat membantu. Namun, ia urungkan, karena dirinya melihat ada dua orang yang berjalan mendekati mereka.
Segera gadis itu turun dari motor miliknya, lalu ia menghampiri ibu tersebut dan memungut semua belanjaanya.
Ibu itu terheran melihat tingkah sang gadis tersebut, kini gadis itu telah selesai memilih barang-barang ibu itu dan segera ia berikan kepadanya.
"Bu, kalau jalan hati-hati, yah. Jangan buru-buru, harusnya ibu itu lihat kiri kanan, baru boleh nyebrang. Kalau kayak begini kan, saya jadi gak tegaan sama ibu." gadis itu berucap sopan dan lembut, lalu matanya melirik 2 orang yang sudah hampir dekat dengan mereka.
Ibu itu melongo dengan perubahan drastis si gadis.
"Ada apa ini, mbak?" ucap seorang pria berambut gondrog.
Si gadis itu melihat ke arah 2 orang yang tadi sempat ia lihat, karena mereka jugalah ia membantu ibu tersebut mengumpulkan belanjaannya.
"Oh ini, gak apa-apa, mas. Tadi itu ibu ini nyebrang jalan gak lihat-lihat, mungkin karena terburu-buru kali yah. Jadinya juga saya gak sengaja nabrak beliau, untung ibu ini gak apa-apa (melihat ke arah ibu)." gadis itu memutar balikkan fakta, si ibu kembali melongo dengan sikap gadis yang baru ia temui.
"Allahuakbar, gundul mu itu kamu gak sengaja nabrak. Orang jelas-jelas kamu yang nabrak saya meskipun saya udah lambai-lambai tangan!" ibu itu berubah menyeramkan, matanya menatap tajam sang gadis berambut panjang itu.
Hal itu membuat si gadis panik karena perubahan si ibu berbadan gempal tersebut.
"Sini koe (menggulung lengan baju), tak pelintir, habis itu tak remas biar remuk iku mulutmu! Bocah gendeng, bisanya kamu bilang aku yang gak lihat-lihat." ibu tersebut segera mendekat ke arah sang gadis.
Dua pria itu hanya bisa melihat tanpa bisa membantu, karena mereka pun terlihat bingung.
Mendapat hadiah seperti itu, dengan gerakan cepat, si gadis itu menaiki motornya dan meninggalkan pekarangan jalan yang membuatnya bertemu dengan ibu-ibu tersebut.
"Weeee, sini! Bocah ingusan! Mulut kok kayak pantat panci, item gak ada bentuk! Dia yang salah, malah dia nyalahin orang! Dasar mulut gak bertulaaaaang!" ibu itu masih marah-marah dengan wajahnya yang merah padam.
Dua orang yang bersama dengannya pun hanya bisa membantu menenangkannya.
Sementara itu di atas motor ...
Pov Ticha
Gila, bayangin dong kalian, guys. Ketemu sama ibu-ibu gembrot yang mukanya nyeremin. Dia yang salah malah dia yang ngomel, gak kebalik apa.
Sudah tahu gue mau lurus, eh dia malah lambai-lambai tangan. Emang dia mau nyerah? Nyerah ama siapa coba?
Pagi-pagi mau kerja malah bikin badmood! Gak banget ketemu sama ibu -ibu itu lagi!
Untung saja aku sudah sampai di kantor sebelum jam 7, kalau gak bisa berabe urusannya sama pak bos.
Secara aku ini kan berjabat sebagai sekretaris pak Erwin. Tahu kalian Erwin siapa?
Itu loh, Erwin yang anaknya pak Jimmi. Siapa sih yang gak kenal pak Jimmi, salah seorang pengusaha terpandang dan terkaya di Kalimantan. Tapi, pak Jimmi juga kaya loh di ibu kota metropolitan ini.
Yah, Jimmi Laurence Ekuardo. Seorang pengusaha terkaya dan terkejam di tanah Kalimantan, dia memiliki seorang anak laki-laki tunggal bernama Erwin Laurence Ekuardo dan seorang anak perempuan bernama Ovi Grisella Ekuardo, biasanya yang perempuan di panggil Ovi.
Eh, udah. Kenapa jadi ngenalin keluarga bosku sih, kan jadi ilangin image aku.
Bay the way, i'm Ticha. Nama lengkapku Trissiana Ticha Putri. Putri itu nama nenekku, jadi gak usah bingung.
Senangnya bekerja di perusahaan Ekuardo Group itu karena setiap harinya aku bisa bertatap muka dengan pewaris tunggal pak Jimmi, tapi untuk sekarang aku gak mau macam-macam. Karena emang pak Erwin terkesan jutek, cuek dan gak salah lagi dia bengis.
Dulu sempat aku tebar pesona sama pak Erwin, tapi bukannya di lirik malah di tarik, di jenggut, bahkan di tampar wajahku yang mulus.
Kalau inget waktu dulu, ngeri-ngeri sedap rasanya. Untung ganteng, kalau gak udah aku laporin polisi. Eh, tapi biarpun laporin, gak mungkin aku menang. Karena dia dari keluarga terhormat dan punya uang banyak, apalah dayaku yang remahan rengginang ini.
Aku sudah duduk di kursi kebangsaanku, tepatnya di seberang meja pak Erwin.
"Pagi, mbak Ticha. Cantik amat sih, mbak."
Iss, lelaki hidung belang malah datang, ngapai juga dia ke sini?
"Pagi juga, pak. Sehat pak?" senyumanku yang ramah membuatnya tersenyum gembira.
Mati kek lu.
"Duh, Allhamdulillah. Baik, mbak Ticha. Cantik amat sih, yah Allah."
Aduh, ini orang benar-benar nyebelin asli. Gini banget jadi orang cantik, di sukain sama jenis langkah.
Tapi, aku harus tetap terlihat baik ke semua orang. Imageku bisa-bisa anjlok kalau aku marahin si tua bangka ini.
Apa, pasti kalian bilang kok tua bangka? Emang dia tua bangka, guys. Umurnya udah kepala 6, heran sih sama pak Erwin, kenapa jug masih pertahankan karyawan tua kayak gini.
"Puji Tuhan, Alhamdulillah. Syukur deh, pak. Bapak ke sini mau bersih-bersih?" sengaja aku berbasa-basi, karena seharusnya pak tua ini sudah selesai membersihkan ruangan kami.
Karena memang ruangan kami di bersihkan lebih dulu ketimbang ruangan yang lain.
Jijik banget aku liat si pak tua yang cengengesan memperlihatkan gigi depannya yang ompong, pengen banget aku tendang dia keluar dari ruanganku dan pak Erwin. Tapi, lagi-lagi karena image, aku gak mau kalau image ku jelek. Jadinya, aku tahan aja sama sikapnya.
"I-Ini, mbak. Saya boleh gak mbak pinjam seratus? Soalnya saya butuh banget buat beli beras sekilo sama lauk, mbak."
What? Pinjam seratus? Bukannya 2 hari yang lalu baru gajian yah. Kok dia malah mau minjam sih?
Kenapa juga tuh muka di melas-melassin!
"Hmm, maaf, pak. Bukannya lusa kemarin udah gajian yah? Emang uang gajian bapak sudah habis?"
Sumpah, eneg banget ngomong lembut ke tua bangka ini.
"Maaf yah, mbak. Kalau saya gak sopan. Tapi, uang gaji saya emang sudah habis, buat bayar utang semuanya, mbak."
Si tua bangka ini malah tambah memelas. Duh, jengkel banget sumpah.
"Maaf, pak. Saya gak ada duit! Lagian, baru kemarin bapak gajian. Kok habis? 4 juta bukan duit sedikit loh. 4 juta itu duit yang banyak!"
Kali ini males banget aku ngomong lembut sama dia, udah gak sudi. Tua bukannya sadar diri malah udah tua buat diri!
Aku lirik reaksinya si tua bangka itu, ternyata dia terkejut dengan perubahan sikap lembutku menjadi judes.
Saat dia masih menatap bingung ke arahku, aku mendengar suara langkah kaki yang mantap.
Segera aku berdiri, dan mendekati si tua bangka itu yang tak lain namanya adalah Pak Gali. Gali kuburan kali ah!
"Pak, saya itu benar-benar gak ada uang. Harusnya bapak jangan maksa saya gini dong. Lagian, baru juga kan bapak lusa kemarin gajian."
Aku berucap dengan lembut, sengaja wajah aku buat ketakutan, agar nanti saat pak Erwin melihat, ia mengira aku takut.
BERSAMBUNG
Single Parent yang menghidupi seorang anak, orang tua dan adiknya. Perasaannya campur aduk saat berada di lingkungan rumah dan lingkungan kerjaan. Menghadapi permasalahan yang sama membuat dirinya kerap emosi kepada orang-orang di sekitarnya. Gita namanya, seorang janda yang meninggalkan sang suami karena lelaki itu telah memiliki istri tanpa diketahui dirinya. Terkadang hidup memang tidak membuatnya beruntung. Namun, meskipun begitu Gita sama sekali tidak merutuki kehidupannya. Ia malah selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya sekarang. Jodoh? Tidak ada yang bisa menebak dengan siapa Gita akan bersanding, sama halnya dengan dirinya. Ia pun tidak tau siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Untuk sekarang Gita hanya memikirkan anak dan keluarga cemaranya. Ikuti kisah Gita di sini ...
Rani kehilangan sosok 2 orang kesayangannya dari masa lalunya, ia sedih tapi ia tetap menjalani kesehariannya seperti kebanyakan orang. Tanpa ia tau ia berada dalam lingkup dari salah seorang masa lalunya. Kisah kehidupan Rani yang dulu hambar kini terasa nikmat, satu persatu orang dari masa lalunya telah kembali. Ikuti kisahnya di sini ...
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Wanita bertubuh ideal tidak terlalu tinggi, badan padat terisi agak menonjol ke depan istilah kata postur Shopie itu bungkuk udang. Menjadi ciri khas bahwa memiliki gelora asmara menggebu-gebu jika saat memadu kasih dengan pasangannya. Membalikkan badan hendak melangkah ke arah pintu, perlahan berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu tiba-tiba ada tangan meraih pundak agak kasar. Tangan itu mendorong tubuh Sophia hingga bagian depan tubuh hangat menempel di dinding samping pintu kamar. "Aahh!" Mulutnya langsung di sumpal...
CERITA DEWASA GARIS KERAS! Ketika seorang mafia yang keji menaruh dendam pada wanita yang pernah dia cintai karena sebuah penghianatan. Sebuah jerat licik dia persiapkan untuk menghancurkan keluarga kecil dari wanita yang dia cintai itu tanpa rasa iba. Akankah Amanda sanggup mengalahkan arogansi dan kekejihan seorang Dominic Rodrigues. Tanggal satu akhirnya tetap tiba, Amanda harus kembali datang menemui Dom untuk membayar hutang suaminya atau kalau tidak Dom akan kembali memotong jari suami Amanda satu-persatu. "Puaskan aku, aku tidak mau kau hanya berbaring dan tertelungkup seperti batu!" "Ini hanya se*x kita tidak bercinta!" tegas Amanda. "Terserah apa yang kau ucapkan!" Cerita ini akan mengandung banyak misteri, dendam, kebencian dan plot yang kupastikan tidak akan bisa ditebak oleh pembaca. Rasakan sensasi membaca cerita roman dewasa yang lebih menantang. Siapkan jantung yang sehat! (Aku hanya akan menulis cerita dengan karakter wanita-wanita yang tangguh, karena aku ingin semua wanita menjadi hebat!)
Warning!!!!! 21++ Aku datang ke rumah mereka dengan niat yang tersembunyi. Dengan identitas yang kupalsukan, aku menjadi seorang pembantu, hanyalah bayang-bayang di antara kemewahan keluarga Hartanta. Mereka tidak pernah tahu siapa aku sebenarnya, dan itulah kekuatanku. Aku tak peduli dengan hinaan, tak peduli dengan tatapan merendahkan. Yang aku inginkan hanya satu: merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi milikku. Devan, suami Talitha, melihatku dengan mata penuh hasrat, tak menyadari bahwa aku adalah ancaman bagi dunianya. Talitha, istri yang begitu anggun, justru menyimpan ketertarikan yang tak pernah kubayangkan. Dan Gavin, adik Devan yang kembali dari luar negeri, menyeretku lebih jauh ke dalam pusaran ini dengan cinta dan gairah yang akhirnya membuatku mengandung anaknya. Tapi semua ini bukan karena cinta, bukan karena nafsu. Ini tentang kekuasaan. Tentang balas dendam. Aku relakan tubuhku untuk mendapatkan kembali apa yang telah diambil dariku. Mereka mengira aku lemah, mengira aku hanya bagian dari permainan mereka, tapi mereka salah. Akulah yang mengendalikan permainan ini. Namun, semakin aku terjebak dalam tipu daya ini, satu pertanyaan terus menghantui: Setelah semua ini-setelah aku mencapai tahta-apakah aku masih memiliki diriku sendiri? Atau semuanya akan hancur bersama rahasia yang kubawa?
Evelyn, yang dulunya seorang pewaris yang dimanja, tiba-tiba kehilangan segalanya ketika putri asli menjebaknya, tunangannya mengejeknya, dan orang tua angkatnya mengusirnya. Mereka semua ingin melihatnya jatuh. Namun, Evelyn mengungkap jati dirinya yang sebenarnya: pewaris kekayaan yang sangat besar, peretas terkenal, desainer perhiasan papan atas, penulis rahasia, dan dokter berbakat. Ngeri dengan kebangkitannya yang gemilang, orang tua angkatnya menuntut setengah dari kekayaan barunya. Elena mengungkap kekejaman mereka dan menolak. Mantannya memohon kesempatan kedua, tetapi dia mengejek, "Apakah menurutmu kamu pantas mendapatkannya?" Kemudian seorang tokoh besar yang berkuasa melamar dengan lembut, "Menikahlah denganku?"