Harap bijak dalam menentukan bacaan. Khusus Dewasa
Harap bijak dalam menentukan bacaan. Khusus Dewasa
Jesika adalah nama gadis cantik itu. Gadis yang kini sedang duduk di lobi salah satu hotel berbintang yang berada di pusat kota. Diantara gadis-gadis lain yang kebetulan ada disana, Jesika memang terlihat lebih mencolok. Parasnya yang cantik alami pastilah membuat laki-laki tergoda untuk meliriknya.
Termasuk beberapa laki-laki yang kebetulan juga berada disana. Tidak sedikit diantara lirikan tersebut sempat beradu dengan tatapan Jesika. saat itu terjadi diantara mereka ada yang melempar senyuman, ada pula yang langsung tertunduk malu. Sebuah hal yang biasa bagi Jesika, sehingga ia terlihat tidak terlalu terganggu karenanya.
Jesika mengalihkannya pandangan dari layar smart phone yang dipegangnya. Matanya melirik lagi ke arah laki-laki paruh baya yang duduk beberapa meter didepannya. Tatapan laki-laki itu masih ke arah yang sama seperti saat tadi pertama kali ia memergokinya. Tatapan nanar ke arah kedua pahanya. Ekspresi 'mupeng' tergambar jelas diwajahnya. Keberadaan sang istri disampingnya seakan dianggapnya tak ada.
"Huuupt..."
Jesika merubah posisi duduk dengan menyilangkan kedua kakinya. Mengunakan tas jinjing ia menutup celah diantara rok jeans pendek yang dipakainya. Perhatiannya pun kembali tertuju kepada sosial media yang tadi sempat teralihkan. Sebenarnya Jesika tidak masalah apabila laki-laki paruh baya itu ingin menikmati apa yang ada di balik roknya, asalkan ada kompensasi yang cocok.
Kompensasi? Iya, kompensasi berupa uang.
Di balik profesinya sebagai mahasiswi semester akhir, Jesika juga memiliki profesi lain sebagai wanita penggilan kelas atas alias lady escort. Profesi ini sudah ia jalani cukup lama, hampir sejak awal ia mulai menyandang gelar sebagai mahasiswi. Jika anda ingin saya membuka paha, maka kuraslah isi dompet anda.
Itulah persyaratan yang ditetapkan Jesika. Jesika tidaklah kebetulan berada di hotel berbintang itu. Di hotel itu Jesika sedang menunggu laki-laki yang memiliki cukup modal untuk memenuhi persyaratannya. Entah apa yang mendasari ia menjalani profesi ini.
Faktor ekonomi? Oh tentu tidak.
Jesika bukanlah tergolong gadis yang berasal dari keluarga berkekurangan secara ekonomi.
Faktor sosial? Jawabannya tidak juga.
Jesika tidak berada dalam lingkungan yang memungkinkan untuk menjerumuskannya kepada profesi tersebut. Mungkin untuk alasannya, biarlah gadis cantik itu saja yang mengetahuinya sendiri.
Beberapa menit menunggu akhirnya ponsel yang dipegangnya berbunyi. Jesika menekan tombol jawab. "Halo."
"Kamu dimana?"
"Jesika udah di lobi nih Om."
"Udah lama nunggu? Maaf tadi Om kejebak macet."
"Gak apa-apa kok Om," sahut Jesika.
"Kalau gitu kita ketemu di resepsionis aja, gimana?"
"Oke Om."
Jesika menutup ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas. Sebelum berdiri, sekali lagi Jesika melirik ke arah laki-laki dihadapannya. Masih dengan tatapan yang sama, masih dengan ekpresi yang sama. Dengan sengaja Jesika membuka sedikit lebar kedua paha saat mengembalikan silangan kakinya.
Jesika kembali membuka kedua pahanya saat memperbaiki posisi high heel yang dipakainya. Hanya saja kali lebih lebar dari sebelumnya. Semua gerakan itu sengaja ia lakukan dengan pelan dan perlahan. Jesika tahu benar kalau posisi kakinya saat ini membuat apa yang seharusnya tidak terlihat, menjadi terlihat.
Lirikan Jesika berubah menjadi tatapan tepat saat laki-laki itu mengalihkan arah pandangannya. Kedua mata mereka beradu. Ekspresi laki-laki itu mendadak berubah tegang. Oke cukup, pikir Jesika. Diapitkan kembali kedua pahanya, lalu gadis cantik itu berdiri.
Laki-laki itu terlihat semakin tegang ketika Jesika berjalan menuju ke arahnya dan melempar senyuman. Laki-laki itu menjadi salah tingkah karena perbuatan nakalnya ketahuan. Melihat Jesika yang tersenyum kepada suaminya, si istri langsung melengos dan mencubit paha suaminya.
"Rasakan itu," gumam Jesika dalam hati.
Jesika dengan santainya berjalan melewati pasangan tersebut. Sekilas gadis cantik itu bisa mendengar sang istri menghardik suaminya. Guratan kepuasan terpancar di wajah Jesika. Paling tidak disaat yang sama ia mendapat pahala karena menghilangkan rasa penasaran laki-laki itu, sekaligus memberikan sedikit 'pelajaran' atas kenakalannya. Ia pun terus melanjutkan langkahnya menuju resepsionis.
"Jesika?" tanya seorang laki-laki yang berpenampilan necis di depan meja resepsionis.
"Pak Ganwa?"
"Waw ternyata benar kata teman Om, kamu cantik sekali."
"Terima kasih," ucap Jesika singkat sambil tersenyum. Mungkin pujian seperti ini sudah terlalu sering ia dengar, sehingga bukanlah sesuatu yang luar biasa untuk Jesika.
Laki-laki yang dipanggil Pak Ganwa itu berperawakan semampai. Agak terlihat pendek dibanding postur tubuh Jesika yang saat itu memakai high heel. Beberapa helai rambutnya sudah tampak memutih metampakkan kematangan usia – kalau tidak boleh disebut tua. Belum lagi kerutan-kerutan di wajahnya menambah kesan 'tua' tersebut.
Dari segi wajah, Pak Ganwa ini jauh dari yang dapat didefisikan sebagai tampan. Menurut informasi dari 'klien' langganan Jesika yang memperkenalkan mereka, Pak Ganwa ini adalah seorang pengacara. Ini juga terlihat dari setelan jas hitam yang dipakainya saat itu. Setelan itu jelas terlihat mahal.
Tapi wajah dan penampilan bukanlah yang utama. Di mata Jesika yang utama adalah si 'klien' bisa memenuhi standar harga yang ditetapkannya, itu saja.
"Kamu tunggu sebentar, biar Om nyelesaiin administrasinya dulu."
Jesika hanya mengangguk. "Silakan."
Sambil menunggu Pak Ganwa menyelesaikan urusannya, Jesika melihat-lihat dan berjalan-jalan ke sekitar. Ada sepasang turis asing di sampingnya terlihat sedang menyelesaikan pembayaran untuk check out. Dia mengambil brosur hotel yang disediakan di sudut meja resepsionis.
Jesika berdecak kagum dengan harga kamar hotel yang tertera di brosur. Pak Ganwa ini pastilah berdompet tebal sampai mampu mengajaknya ke hotel dengan tarif setinggi ini. Jesika terkesan.
"Oke sudah, yuk kita ke kamar."
Jesika meletakkan brosur itu kembali dan mengikuti langkah Pak Ganwa menuju lift. Tak lama pintu lift terbuka. Keduanya kemudian masuk ke dalam lift yang kebetulan kosong.
"Kamu gak kuliah hari ini?" tanya Pak Ganwa.
"Gak Om, Jesika udah gak kuliah tinggal nyusun."
"Oh dikit lagi wisuda dong?"
"Iya kalau lancar Om."
"Sudah bab berapa?"
"Masih bab dua sih, Om."
Percakapan mereka terhenti ketika pintu lift di depan mereka terbuka. Terkejutlah Jesika ketika melihat seorang laki-laki yang berdiri diluar lift. Laki-laki itu sepertinya hampir sebaya dengan Pak Ganwa. Saat itu ia terlihat sedang menggandeng seorang gadis. Tidak kalah mengejutkan lagi adalah kalau ternyata Pak Ganwa juga mengenal laki-laki paruh baya tersebut.
"Hei Pak Lukman, kok udah keluyuran jam segini," sapa Pak Ganwa menyapa laki-laki itu sambil menepuk pundaknya.
"Eh Pak, Bapak sendiri ngapain di sini?"
Pak Ganwa dan laki-laki itu berjabat tangan. Keduanya tertawa bak kenalan lama yang sudah lama tidak berjumpa. Dilain pihak Jesika tampak panik. Dia berusaha memalingkan wajahnya, walaupun dia tahu kalau usahanya itu pastilah sia-sia belaka.
"Biasalah nyalurin hobby, hahaha." Pak Ganwa melepaskan jabatan tangan mereka.
"Cewek baru lagi nih? Hahaha," tanya Pak Lukman
"Rekomendasi temen, gak enak kalau gak dicoba, hahaha," timpal Pak Ganwa.
"Sama dong, saya juga habis nyoba rekomendasi temen, nih." Jawaban enteng dari Pak Lukman. Sepertinya dia juga baru selesai menyalurkan hobbynya.
Ketika mata Pak Lukman menatap ke arahnya, Jesika ibarat terkena petir di siang bolong. Keduanya terlihat kaget, sangat kaget. Pak Lukman tampak kikuk sama halnya dengan yang dirasakan Jesika saat itu. Keduanya ternyata memang saling mengenal.
Laki-laki paruh baya itu adalah Pak Lukmansyah atau biasa ia panggil Pak Lukman. Pak Lukman adalah ayah dari Felisia, sahabat karibnya di kampus. Jesika dan Felisa sudah bersahabat karib sejak SMA. Baik Jesika maupun Felisia sudah saling mengenal keluarga masing-masing dengan sangat dekat. Jesika bahkan cukup akrab dengan Rifky adiknya Felisa yang kini masih SMA.
Jesika sudah terbiasa menginap di rumah Felisia, demikian pula sebaliknya. Jadi, Pak Lukman bukanlah sosok yang asing bagi Jesika. Di mata Jesika, Pak Lukman seorang ayah yang simpatik dan kebapakan. Jauh sekali dari kesan laki-laki mata keranjang yang suka mencicipi gadis-gadis muda.
Kini dia mendapti langsung jika Pak Lukman sedang menggandeng seorang gadis muda. Jesika sangat yakin jika ayah temannya itu baru selesai menikmati kehangatan tubuh gadis yang sedang digandengnya itu. Gadis yang dia sangka usianya lebih pantas jadi adiknya Felisa, atau pacarnya Rifky, adiknya Felisia.
Tak kalah terkejutnya dengan Jesika, Pak Lukman juga berpikiran yang sama. Di mata Pak Lukman, Jesika adalah sosok gadis muda yang baik dan cerdas. Memang dia dan putrinya sering pergi menghabiskan malam di klub atau sekedar hang out, namun itu dinilainya masih pada batas-batas kewajaran.
Hampir tidak ada secuil pun dalam pikiran Pak Lukman kalau Jesika adalah seorang gadis yang bisa di-booking. Memang dia tidak bisa begitu saja menuduh Jesika demikian. Namun dia cukup tahu tabiat mesum rekannya, Pak Ganwa.
Apakah Jesika salah satu wanita sampanan Pak Ganwa? Mungkin saja, namun kali ini bukanlah saat yang tepat bagi Pak Lukman untuk mencari tahu kebenarannya.
"Eh kenapa kamu, Luk, kayak gak pernah liat cewek cantik aja, heheheh." Pak Ganwa kembali menepuk pundak Pak Lukman.
Pak Lukman tersadar dari lamunannya. Sambil tergagap dia hanya menjawab singkat, "Saya musti buru-buru ke kantor lagi nih Pak, ada meeting setengah jam lagi."
"Oke lah, entar kabar-kabar kalau ada barang yang fresh ya, hehehehe," timpal Pak Ganwa cengengesan. Sementara Pak Lukman hanya tersenyum kecil.
Lalu dengan wajah yang masih menunjukkan kekikukan, cemas dan khawatirnya, Pak Lukman menggandeng tangan gadis belia usia SMA di sebelahnya itu masuk ke dalam lift.
Jesika menghembuskan napas lega. Paling tidak saat itu baik Pak Lukman maupun dirinya tidak saling membuka identitas, walaupun keduanya sudah pasti tidak bisa mengelak setelah ini. Mereka berdua tidak menyangka akan bertemu dalam situasi seperti ini.
Untungnya saja mereka bisa kompak bersandiwara untuk berpura-pura tidak saling mengenal. Dalam hati Jesika terbersit rasa was-was apabila harus bertemu lagi dengan Pak Lukman setelah kejadian ini.
"Yu!" ajak Pak Ganwa.
Jesika sedikit terkaget namun cepat bisa mengusai diri. Dengan tersenyum, gadis cantik itu menerima rangkulan Pak Ganwa dan berjalan menuju kamar.
Pasca masuk ke dalam kamar tak banyak yang bisa diceritakan. Seperti layaknya 'klien' berumur lainnya, Pak Ganwa tidak sejago bicaranya ketika beradu di atas ranjang. Bahkan Jesika harus berusaha ekstra keras untuk membuat 'senjata' Pak Ganwa siap tempur.
Untuk pelanggan berusia muda, mungkin hanya dengan membuka pakaian saja sudah mampu membuat mereka tegang. Namun untuk Pak Ganwa, bahkan kocokan dan kuluman dalam keadaan telanjang bulat pun, ternyata tidak mempan untuk membuatnya ereksi. Sampai akhirnya ketika 'senjata' itu berhasil dibangunkan, beberapa goyangan pinggul Jesika dengan cepat membuatnya muntah dan tidur kembali.
"Gak apa-apa kok Om, mungkin Om lagi capek." Akhirnya Jesika harus membesarkan hati sang 'klien' ketika lelaki berusia hampir senja itu meminta ronde kedua, namun tak kunjung mampu melakukannya.
Jesika sampai harus memberikan kocokan dan kuluman ekstra atas permintaan Pak Ganwa, namun semuanya sia-sia. Pemainan birahi itu pun berunjung dengan Jesika yang tampak seperti seperti baby sitter yang sedang menyusui bayi besarnya. Bayi besar bernama Ganwa Garninda Nusantara.
"Om masih boleh kan nelpon kamu lagi, Jes?" tanya Pak Ganwa.
"Boleh dong Om, boleh banget," sahut gadis cantik itu begitu selesai memakai kaos ketat model tanktopnya.
"Boleh Om minta cium?" pinta kolega Pak Lukman itu.
Jesika tersenyum dan berjalan mendekati Pak Ganwa yang masih duduk telanjang di atas ranjang. Diciumnya bibir lelaki tua itu dengan cukup lama, kemudian diakhiri dengan sapuan lidah. Jesika juga membiarkan sejenak Pak Ganwa meremas-remas payudaranya sebelum mereka berpisah.
Untuk uang sebanyak yang diserahkan Pak Ganwa, hari ini termasuk kerja yang sangat ringan bagi Jesika.
Dengan uang sebanyak itu, untuk sementara Jesika bahkan dapat melupakan pertemuannya dengan Pak Lukman. Namun itu hanya untuk sementara saja. Jesika sangat meyakini ayah Felisia, sahabatnya itu akan menghubunginya di lain waktu. Jesika terpaksa menyusun rencana agar semua tidak terjadi.
^*^
Agar khasanahnya semakin lengkap, jangan lupa baca juga cerita hot super baper, full darama panas dan pesan moral terselubung.
'TAKDIR CINTA GIGOLO KAMPUNG' Dijamin baper.
Silakan cari aja di pencarian atau daftar cerita karya Fajar Merona di lapak ini.
^*^
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
‘Ikuti terus jatuh bangun perjalanan Sang Gigolo Kampung yang bertekad insyaf, keluar dari cengkraman dosa dan nista hitam pekat. Simak juga lika liku keseruan saat Sang Gigolo Kampung menemukan dan memperjuangkan cinta sucinya yang sangat berbahaya, bahkan mengancam banyak nyawa. Dijamin super baper dengan segala drama-drama cintanya yang nyeleneh, alur tak biasa serta dalam penuturan dan penulisan yang apik. Panas penuh gairah namun juga mengandung banyak pesan moral yang mendalam.
Godaan Liar Sang Ustazah ini memuat unsur kedewasaan yang cukup eksplisit dan ditujukan khusus untuk pembaca berusia 21 tahun ke atas. Bukan untuk mengajak pada dosa, bukan pula untuk menghakimi siapa pun. Cerita ini hadir sebagai bentuk refleksi dan hiburan, menyentuh realita-realita yang mungkin jarang dibicarakan, namun nyata dalam kehidupan. Karena tak semua kisah hidup berjalan lurus dan suci seperti yang kita bayangkan. Di balik senyum, ada luka. Di balik keputusan, ada dilema. Dan di balik romansa, ada rindu yang tak selalu sederhana. Romantika hidup ini terlalu berharga untuk sekadar diabaikan. Kadang, justru dari cerita-cerita yang kita anggap "gelap" itulah, kita bisa menemukan cahaya: tentang siapa kita sebenarnya, dan apa yang sedang kita cari di dunia ini. Selamat membaca. Semoga ada yang bisa dipahami... dan barangkali juga ada banyak manfaatnya dari hanya sekedar hiburan semata. Mohon maaf jika banyak hal yang masih kurang nyaman untuk dibaca. Terima kasih.
"Masukin kak... Aahhh... Aku sudah gak tahan..." Zhea mengerang. Kedua tangannya telah berpindah ke atas kedua payudaranya yang berukuran 34B dengan puting berwarna merah muda yang nampak menggemaskan ditambah dengan kulitnya yang putih mulus. Kedua tangan Zhea meremas-remas payudaranya menantikan vaginanya diterobos oleh penis milik suaminya tersebut. Permintaan tersebut tak juga digubris oleh pria yang berstatus sebagai suami dari seorang wanita yang sedang terlentang pasrah menunggu hujaman penis 10cm nya. Pria itu tetap sibuk menggesekkan penisnya yang tak kunjung berdiri sedangkan vagina milik istrinya telah sangat menantikan hujaman dari penis miliknya. "Gak berdiri lagi ya kak?" Tanya Zhea. "Gak tau nih, kok gak bisa berdiri sih" jawab Muchlis. "Ya sudah, gesek gesek saja kak.. yang penting kakak puas" ujar Zhea kepada pria berusia 34 tahun itu
Andres dikenal sebagai orang yang tidak berperasaan dan kejam sampai dia bertemu Corinna, wanita yang satu tindakan heroiknya mencairkan hatinya yang dingin. Karena tipu muslihat ayah dan ibu tirinya, Corinna hampir kehilangan nyawanya. Untungnya, nasib campur tangan ketika dia menyelamatkan Andres, pewaris keluarga yang paling berpengaruh di Kota Driyver. Ketika insiden itu mendorong mereka untuk bekerja sama, bantuan timbal balik mereka dengan cepat berkembang menjadi romansa yang tak terduga, membuat seluruh kota tidak percaya. Bagaimana mungkin bujangan yang terkenal menyendiri itu berubah menjadi pria yang dilanda cinta ini?
Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
© 2018-now Bakisah
TOP
GOOGLE PLAY