Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Jalan Hidup Kita
Jalan Hidup Kita

Jalan Hidup Kita

5.0
47 Bab
1.6K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

WARNING 21+ Ada beberapa adegan anu, tapi tidak tiap bab kok :) Setiap orang berhak mendapatkan kebahagiaan. Tapi bagaimana caranya meraih kebahagiaan itu? Mia Malva Elard, seorang perempuan yang berjuang mencari kebahagiaannya. Terlalu banyak kehilangan yang Mia rasakan membuatnya tidak mempercayai adanya cinta. Hingga Grayson Adelard datang ke hidup Mia dan menawarkan sebuah pernikahan. Apa kebahagiaan bisa didapatkan dari pernikahan dua hati yang terluka? Mia harus mencari jawabannya.

Bab 1 Kesedihan Amayra

Anak merupakan sebuah titipan rezeki yang dianugerahkan langsung oleh Tuhan kepada setiap pasangan. Akan tetapi, faktor kesehatan dan kesuburan juga termasuk pengaruh dari terciptanya seorang anak.

Di salah satu Rumah Sakit ternama di kota Jakarta, suasana di rumah sakit ini sangat tenang tidak ada keramaian. Hanya suara alat-alat rumah sakit yang menunjukan suara kerja mereka termasuk juga alat pemeriksaan kandungan yang sedang dinyalakan untuk memeriksa kandungan seseorang bernama Amayra.

"Dari hasil pemeriksaan yang telah kami lakukan, Nyonya Amayra tidak akan bisa mengandung dan kami menemukan sesuatu di rahim Nyonya, ada tumor yang sudah mulai menyebar di rahimnya. Kita harus melakukan operasi pengangkatan rahim."

Amayra menangis keras di pelukan suaminya, mencari dukungan dari Gray. Pria itu hanya terdiam, terlalu terkejut mendengar setiap ucapan dari Dokter Lisa—Dokter Kandungan di Rumah Sakit tersebut. Pupus sudah harapan pasangan pengantin ini untuk mendapatkan anak.

"Tindakan operasi harus cepat dilakukan." perkataan Dokter Lisa menambah kesedihan pasangan suami istri tersebut.

"Tidak mungkin, pasti ada cara lain lagi. Kau seorang Dokter 'kan, angkat penyakit ini. Aku harus memiliki bayi!" Amayra berteriak histeris. Sesak di dadanya terasa menyakitkan ketika mendengar pernyataan ini.

"Tenanglah Amayra." sang suami mencoba menenangkan istrinya.

"Kau tidak mengerti dan memahami perasaanku, Gray! Ini terlalu menyakitkan. Aku benci hidupku!"

Wanita pemilik rambut sebahu tersebut berdiri, kedua matanya yang berwarna coklat itu terus mengeluarkan air mata. Dengan langkah cepat dia meninggalkan ruangan Dokter dan tak lama kemudian Gray menyusulnya.

Amayra berlari di sepanjang koridor Rumah Sakit, melewati pintu keluar, taman, dan wanita itu terus berlari, berharap angin yang berhembus di tubuhnya menghilangkan sedikit kesedihannya.

"Amayra ….?!"

Tiba-tiba sebuah tarikan di lengannya yang cukup keras memaksanya berhenti, detik itu juga ia merasakan sebuah pelukan mendekap Amayra dengan erat. Terdengar isakan tangis wanita itu.

"Amayra, tenanglah sayang." bisik Gray di dekat telinga wanitanya.

"Aku selalu menjadi wanita yang payah, aku selalu payah. Aku tidak berguna. Aku tidak bisa membuatmu bahagia. Aku menghancurkan impian dan harapan kita. Bagaimana aku bisa menghadapi keluargamu, Gray!"

Air mata terus mengalir di kedua pipi Amayra, dia menunduk menyembunyikan wajah menyedihkannya di dada bidang Gray. Gray mengeratkan pelukannya sengaja membenamkan wajah rupawannya di lengkungan leher istrinya dan sesekali mengecupnya berharap Amayra lebih merasa tenang. Tidak ada wanita ataupun istri yang menginginkan ini terjadi, sudah empat tahun keduanya terikat dengan pernikahan suci dan selama itu pula mereka memiliki impian. Impian yang membuat keluarga Adelard kecil mereka menjadi lengkap. Namun sekarang hal itu hanya akan menjadi harapan kosong.

"Apa yang kau katakan sayang?" Gray merangkum kedua pipi wanita itu, saling menempelkan kening sehingga dapat dia merasakan nafas hangat Amayra di wajahnya, "Kau kebahagiaanku, Amayra. Aku mencintaimu."

"Tapi ...."

"Asalkan kau ada disisiku, itu sudah cukup. Kalau kita tidak memiliki bayi memangnya kenapa? Kita masih tetap bahagia, Amayra. Kau dan aku masih bisa bahagia!"

Amayra memeluk Gray dengan erat, obat terbaik untuk sakit yang dia rasakan adalah cinta dari orang terdekat. Hidupnya sudah lebih dari cukup, dicintai oleh pria yang dia cintai, setidaknya itu yang dia pikirkan saat ini.

***

Rumah keluarga Adelard berdiri kokoh dan megah. Ukiran khas Italia sebagian menghiasi bagian-bagian rumah ini dan taman yang mengelilingi rumah itu tampak indah dengan beraneka bunga yang mulai bermekaran.

Sebuah mobil berwarna silver masuk melewati gerbang besi yang menjulang tinggi setelah seorang Security membukakan pintu tersebut. Itu mobil milik Gray—Grayson Adelard. Gray keluar lebih dahulu membukakan pintu untuk Amayra—Amayra Lenora Adelard. Tak lama kemudian seorang anak kecil berlari ke arahnya, menghambur memeluk Amayra dengan sangat erat.

"Tante, mana es krim favoritku?! Tante akan membelikanku es krim 'kan!" kedua pipi anak perempuan itu menggembung, sangat lucu. Amayra terkekeh saat melihatnya. Dicubitnya salah satu pipinya yang tembem.

"Baiklah sayang, Nana mau es krim rasa apa?"

"Hmm Apa ya, mau ...."

"Hey ... bocah, berhenti menjadi anak manja. Sekarang biarkan kami masuk dulu!" ucap Gray sambil menyentil hidung Nana, Nana memasang muka cemberutnya memeluk Amayra posesif.

"Mau es krim! Tante Ama ayo belikan es krim, jangan ajak Om!" rengek Nana yang terus bergelayut manja pada Amayra. Wanita itu hanya terkekeh kala Gray yang tidak mau mengalah malah menarik istrinya menjauh dari keponakannya.

"Eh, kalian sudah datang, Nana jangan nakal ...!" sebuah suara menginterupsi ketiganya, yang disapa langsung menatap ke asal suara. Amayra tersenyum, dipeluknya sahabat sekaligus kakak iparnya itu.

Daniela Kelly Adelard, wanita yang sudah menikah dengan Ray yang notabenenya adalah kakak Gray. Sudah menikah selama 9 tahun dan kini keduanya telah dikarunia seorang anak perempuan berusia 8 tahun, Nana Della Adelard yang sangat manja kepada Amayra.

"Tidak apa-apa Daniela namanya juga anak-anak."

"Jangan memanjakannya Amayra, dia itu nakal!" ujar Daniela sambil melihat anak satu-satunya itu sedang bersenda gurau atau lebih tepatnya di 'bully'' Gray dengan mencubiti pipinya yang chubby.

"Jangan begitu pada putriku sayang, kau mau ku hukum?!"

Sebuah suara menginterupsi kedua Ibu Rumah Tangga yang sedang asyik bergosip, keduanya menoleh dan melihat Ray—Raymond Adelard—yang berjalan mendekati mereka. Daniela langsung menghadiahi Ray dengan cubitan kecil di perutnya.

"Kak Ray, bergosip adalah kebiasaan kaum wanita yang menyenangkan jadi kau jangan iri!" canda Amayra kepada kakak suaminya itu.

"Mana mungkin iri! Hey, Adikku yang bodoh berhenti menganiaya anakku!" seru Ray saat melihat anak kesayangannya diganggu sang adik. Gray menyeringai menatapnya.

"Kakak yang cerewet dan bodoh, aku suka melihat wajah seriusmu itu menunjukkan dirimu kalau kau benar-benar tidak bodoh …." Gray pun menggendong Nana dan masuk kedalam mobil miliknya, "Tapi kali ini Nana harus bersamaku!"

"Gray, mau kau bawa kemana anakku yang imut itu! Awas saja kalau kau mengajarkan yang aneh-aneh!"

"Tenanglah Ray, Gray hanya ingin mengajak jalan-jalan saja. Kau terlalu berlebihan." Daniela memutar matanya malas dengan sikap suaminya yang terlalu posesif terlebih lagi kepada putri semata wayang mereka. Amayra tertawa melihat kekonyolan di depannya.

"Bodoh, kenapa dia tidak membuat anak sendiri saja. Ini sangat menjengkelkan!" tanpa disadarinya ucapan Ray itu sukses membuat Amayra terdiam hingga Daniela langsung menepuk bahu Ray.

"Maaf Amayra, aku ...."

"Tidak apa-apa Kak ...." Amayra tersenyum, dadanya kembali merasakan perih.

*

Nama cafe itu Cafe Snow, terletak dipinggir laut. Tempat yang cukup strategis karena dekat jalan raya dan gedung-gedung perkantoran. Penikmat es krim juga akan disuguhkan panorama pantai yang indah. Desir angin dari lautan membuat daun-daun pohon nyiur melambai di sepanjang pantai.

"Nana mau es krim rasa apa?" tanya Gray, kedua tangannya memegang setir kemudi mobilnya dan menatap jalan yang dilaluinya. Sesekali dilihatnya anak perempuan yang sedang memainkan boneka barbienya.

"Es krim rasa strawberry!"

Gray mengangguk mendengar permintaan keponakannya itu. Dia menjalankan mobilnya menuju sebuah cafe. Mobil itu terparkir manis di tempat parkir yang disediakan.

Ting

Saat membuka pintu cafe otomatis akan terdengar lonceng berbunyi dan sapaan dari orang berkostum es krim yang merupakan maskot cafe tersebut. Bahkan beberapa orang yang mengunjungi cafe itu menatap Gray dengan tatapan kagum dan teriakan memuja.

Gray hanya tersenyum.

Grayson Adelard, pria berusia 26 tahun, bermata tajam, memiliki rambut berwarna hitam dan proporsional. Wajahnya yang tampan dan karir yang cemerlang membuat fotonya selalu menghiasi sosial media setiap harinya. Gray adalah pemilik restoran terbesar di Jakarta, kepopuleran restorannya bukan hanya di dalam negeri bahkan juga di luar negeri. Tapi untuk sekarang dia hanyalah seorang Om biasa.

"Selamat datang! Jiwamu akan merasakan kesejukan karena rasa es krimku! Selamat menikmati!" seru perempuan berkostum badut maskot dengan ceria dan semangat.

Melihat maskot itu Nana berteriak senang, dia bahkan memeluknya dengan erat. Sang maskot kehilangan keseimbangan, dia mulai terhuyung namun pergerakannya terhenti karena Gray menahannya yang hampir jatuh. Di bagian kepala kostum es krim tersebut ada lubang kecil, wajah Gray yang tampan terlihat dari lubang itu.

"Hampir saja kau membuat maskotnya jatuh, Nana!" Gray menghela nafas lalu membantu si maskot berdiri tegak, hampir saja keponakannya membuat kekacauan di cafe tersebut.

"Terima kasih."

"Maafkan keponakanku, dia terlalu bersemangat." Gray melirik keponakannya, "Nana, ayo minta maaf!"

Nana cemberut dan menundukkan kepala, "Maafkan aku."

Maskot berkostum es krim itu memberikan stiker bergambar es krim pada Nana.

"Aku baik-baik saja. Apa kau mau makan es krim?" Maskot itu berbicara ramah pada anak kecil didepannya. Si gadis kecil tersenyum senang.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY